Malam-malam kala penuh obrolan, malam-malam kala dihiasi bintang gemintang, malam-malam ketika terjalin mimpi dan harapan, malam-malam yang dirindukan. Malam-malam yang tak kan dilupakan. Malam-malam yang mustahil terulang. Malam-malam yang malang.
Malamku pernah dipenuhi olehmu, sebelum kosong seperti wadah kepompong. Malamku pernah seindah itu, dihiasi suara tawa nan candu. Malamku pernah menyia-nyiakan tidurnya demi sebuah nyanyian rindu. Malamku kehilangan gelapnya karena sinarmu. Malamku tak tidur, tetap hidup sampai pagi menyalak, memarahiku karena esok masih banyak pekerjaan. Aku terlena, pagiku terlupa. Pantas saja ia murka. Embun nguap gitu saja. Malas ia.
Malamku kembali normal. Seperti orang biasa tak spesial. Lelah, letih, lesu, jadi satu. Bonus kesepian. Malam yang dinanti, jadi malam yang paling berusaha dihindari. Pagi yang cemburu kembali mendapat perhatianku. Aku bergegas, bersepatu, pergi ke tempat kerjaku. Pagi senang sekali. Mengira aku antusias menjalani hari. Padahal aku sedang dalam masa berlari. Hingga malam kembali, lalu aku tertidur lagi. Dan terus kuulangi.
Menjalani kehidupan yang datar, rasa-rasa yang hambar. Seperti pelangi kehilangan warna. Seperti bejana kosong isinya. Dulu tanpamu biasa saja, setelahmu aku tak berdaya. Waktu bersamamu telah mengubah caraku menikmati hidup. Perlahan aku peduli, perlahan aku mengerti, perlahan aku membuka hati.
Mungkin hadirmu memang untuk membuatku kembali menjadi manusia. Tahun-tahun lalu menjalani hidup hanya sesuai rencana, terbebani target dan ambisi tak terkendali, tak sempat bahagia. Namun sekarang bahagianya juga telah usai.
Dulu aku membara, penuh dengan cita-cita, tapi tanpa cinta. Sekarang aku cinta, tapi kehilangan cita-cita yang aku ingin kita lalui bersama. Aku tahu, ambisi memang percuma. Kita tidak bisa memiliki semua. Dulu dan sekarang, pagi, siang, dan malam, semua waktuku berada dan beradu dalam pilu karenamu. Rasa sendu sayu melebur jadi satu. Aku tahu aku tidak hancur, hanya kehilangan sebagian diri dalam meraih mimpi. Tidak masalah, nanti pasti tumbuh lagi.
Cerpen Karangan: Wuri Wijaya Ningrum
Diri ini tidak hanya diisi oleh darah, daging, dan tulang. Tapi juga ada bagian dari luar yang turut serta membentuknya. Datang dan hilang, tidak bisa dimiliki.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 24 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com