Matahari terus bergulir, waktu pun tidak akan mengenal siapa pun untuk bergerak, yang tua akan semakin tua dan mati, yang terlahir akan menjadi balita dan terus tumbuh. Lima tahun Raju bersama orang tua yang dianggapnya sebagai kakeknya sendiri itu, dari beliau Raju telah belajar banyak hal. Dari keagamaan, budi pekerti dan belajar untuk hidup lebih mandiri.
Pada akhirnya Perpisahan itu pun harus tiba, kakek itu meminta Raju untuk pergi meninggalkan dan melanjutkan keinginannya untuk menncari Annisanya yang tak pernah bisa ia lupakan selama lima tahun ini. Meski pun ia sangat berat untuk meninggalkan kakeknya ini, di sudut hatinya yang lain sangat senang membayangkan ia akan berjumpa kembali dengan orang yang selama ini dia khawatirkan. Ia sangat yakin, ia tidak akan salah, bahwa Annisanya masih hidup, Allah pasti akan memberi apa pun yang terbaik untuknya.
Demikianlah, Seperti memang sangat kebetulan, hampir dua minggu ia berjalan tanpa henti dan merasa sudah menemukan apa yang ia cari ketika melihat Annisa dari persimpangan itu. Raju sangat senang hingga bisa membuat ia tersenyum dan melambaikan tangannya tak sadar, meski setelahnya ia gugup saat melihat dan ragu apakah ini benar Annisanya yang dulu?
“pasti bukan itu kan, pasti bukan itu yang ingin kamu katakan. Annisak-Annisak… kamu pikir namaku Annisak?”, ketus Annisa lagi dan kini menghentikan langkahnya sehingga tidak sengaja mata Mereka saling bersitatap. “ah iya… iya.” “iya iya apaan dah”, Annisa masih galak meski pun ia sangat yakin bahwa ini benar-benar orang yang dia cari, bahwa ini orang yang dia tunggu-tunggu selama lima tahun setelah kejadian itu.
“Kamu mau ke mana sepagi ini?”, Cowok itu mencoba mengalihkan persoalan meski ia tau tak akan berhasil kalau memang ini benar Annisa yang dia cari. “Emang ada urusannya sama situ kalau aku mau kemana aja?”, Annisa tidak peduli lagi dan terus berjalan cepat berharap Cowok ini terus mengikutinya karena entah mengapa, ia yakin bahwa ini kakaknya yang ia tunggu. Ternyata, Cowok ini hanya terdiam ditempatnya, ia tidak berjalan lagi mengikuti Annisa sehingga tanpa sadar Annisa berbalik arah dan Mereka bertatapan lagi cukup lama. Sepersekian detik setelahnya, Annisa baru tersadar dan ia kebingungan. Seperti mengerti, Cowok ini bejalan mendekatinya sambil berkata, “kenapakah, ayolah Kita jalan sama-sama kalau memang tujuan arahmu ke sana, aku pun ingin lihat-lihat suasana kota yang ramai di depan sana.”
Tanpa berkata apa pun, Annisa langsung berbalik dan wajahnya sedikit memerah karena malu. Ia sangat tau, inilah sikap yang sering diperlihatkan oleh kakaknya dulu saat ia mengalah dari apa pun persoalan yang timbul diantara Mereka. Setelah cukup lama berjalan tanpa berkata apa, Annisa sedikit tersenyum melihat kampusnya sudah dekat dan ia mempercepat jalannya dan meninggalkan Raju dibelakang yang sengaja tidak mengikutinya lagi.
Matahari terus bergeser hingga panasnya di atas kepala dan akhirnya sedikit tergelincir ke arah barat. Annisa yang berjalan pulang seperti masih bermimpi, ia berharap akan berjumpa dengan Cowok tersebut dan ingin bertanya sejelasnya tentang siapa sesungguhnya dia. Ia menyesal mengapa tadi tidak minta Cowok itu untuk bertemu lagi dengannya? Dan lagi-lagi dalam lamunannya ia tersentak karena di persimpangan yang sama, ia melihat Cowok itu, hampir saja ia melonjak kegirangan karena itulah yang dia harapkan. Kini ia tidak membawa sikapnya seperti tadi pagi, ia sengaja mendekati dan duduk di sebelah Cowok itu di atas batu yang berserakan di persimpangan itu.
“Mengapa kamu malah duduk di sini, apakah nanti nggak kemalaman?”, Cowok itu bertanya sambil menatap Annisa dengan tatapan yang sudah sangat dikenalnya. “Aku capek, mau istirahat sebentar mumpung ada temennya.” “kamu nggak takut aku apa-apain?”, Cowok ini sedikit lebih mendekat ke arah Annisa. Hatinya berdebar, kini ia sangat yakin bahwa ini benar kakaknya, kata-kata ini meski tidak sering diucapkan, tapi sikap dan gayanya ia sangat hafal, ia tidak mungkin salah lagi. Itu yang menyebabkan ia tidak bergeser sedikit pun, ia ingin menunggu apa yang akan dilakukan kakaknya ini.
Setelah lama menunggu tidak ada pergerakan apa pun dari Cowok itu, Annisa coba beranikan diri untuk bertanya “apakah… apakah kakak ini beneran kakakku Raju?” “apakah… apakah kamu ini beneran annisa?” Mereka tersentak dan terlihat wajah bodoh dari keduanya karena saling bertanya akan hal yang sama meski dengan nama yang berbeda. Awalnya masih saling tersenyum, namun tidak tertahankan, Mereka saling tertawa dan Raju menahan sekuatnya rasa yang ingin memeluk serta ingin mencium Anisa sejadi-jadinya karena ia teramat sangat yakin bahwa inilah bidadari yang ia cari selama ini. Namun tidak begitu dengan Annisa, ia tidak kuat menahan dan airmatanya langsung menetes membasahi kedua pipinya dan saat Raju membuka tangannya, Annisa langsung seolah meloncat kepelukan Raju dan menangis sejadi-jadinya. Ya, dia tidak akan ragu, ini kakaknya yang sejati, inilah pangeran yang ia mau ada dalam hidupnya, inilah orangnya yang memberikan perlindungan batin yang kuat sebelum kejadian lima tahun yang lalu.
“kakak… kakak… kakaaaaaak”, hanya itu yang terdengar dalam isaknya yang sangat mengharubiru itu. Raju hanya terdiam, ia mempererat pelukannya dan mengusap-usap kepala yang tertutup kerudung itu dengan penuh rasa kasih dan sayang yang begitu besar dan meluap saat itu. Karena senja hampir tiba, Mereka memutuskan untuk pulang kerumah Annisa dan Raju disambut baik oleh kedua orangtua Annisa dan adiknya. Mereka bercerita hingga larut malam, sehingga raju tau, bahwa Annisa dan orang tuanya selamat bersama sedikit orang lainnya yang selamat saat itu. Annisa menambahkan, Bahwa ia sempat pingsan dimainkan gelombang airbah yang menggila itu, dan ketika ia sadar, banyak orang yang mengelilinginya dalam salah satu tenda darurat ditempat itu sampai akhirnya ia dipertemukan dengan orangtuanya dan Mereka berhasil mempunyai tempat tinggal seperti saat sekarang ini.
Tidak terasa, waktu benar-benar larut pada tengah malam. Tiba-tiba suasana menjadi gelap, lampu-lampu padam, mengingatkan Annisa pada kejadian lima tahun belakangan ini. Namun hampir saja Ia berteriak saat ada yang memeluknya, dan lampu kembali menyala dan Raju mengucapkan selamat ulang tahun untukknya yang ke sembilanbelas tahun.
“Selamat ulang tahun yang ke sembilanbelas untukmu yaa? Aku senang Kita bisa berkumpul lagi dan merayakan hari ulang tahun ini bersama-sama. Yang ingin aku tanyakan, masihkah… masihkah annisa ini Annisaku yang dulu? Annisaku?” Annisa Tersenyum malu dan wajahnya memanas dan sangat merona merah. Ingin dia berlari dari tempat itu tapi ia juga ingin terus dalam pelukan kakaknya yang sangat ia sayangi ini. “ah… kakak… kakak, kakaku… kakaku”, hanya itu yang mampu terucap dari bibir yang mungil itu, namun itu sudah lebih dari cukup untuk Raju, ia langsung memandang ke arah orang tua Annisa yang tersenyum melihat adegan kedua remaja tersebut. Mereka sangat tau, betapa putri Mereka mengharap untuk kedatangan yang selalu disebutnya kakak ini.
“Ibu dan ayah, maafkan Saya, mungkin saya berlaku lancang, namun karena saya tidak memiliki orangtua lagi… saya ingin melamar Anisa untuk menjadi Annisaku yang sesungguhnya, saya ingin menjadi suaminya Annisa bu, ayah.”, dengan sedikit kegugupan yang diusahakan tenang, Raju berusaha menyampaikan isi hatinya yang bulat ingin memperistri bidadari yang berada dalam pelukkannya saat ini. Annisa sangat terkejut mendengar ini, lagi-lagi ia ingin lepas dan berlari, namun ia lebih penasaran apakah ibu dan ayahnya akan setuju.
“Kami tidak pernah mempersoalkan kamu itu siapa anaku, bahkan kami menganggapmu sebagai anak sendiri. Namun sekarang ternyata Allah berkehendak lain, kamu ternyata mencintai Annisa bukan hanya sebagai kakak adik, tapi lebih dari itu akan menjadikannya istrimu. Kami sangat setuju, meski pun itu semua tidak terlepas dari keinginnan Annisa sendiri”, Ayah Annisa berkata sambil menatap putrinya dengan maklum, bahwa putrinya ini sangat ingin bersanding dengan kakaknya ini.
“karena ini sudah larut malam, sebaiknya hal ini Kita bicarakan lagi besok dan apa bila perlu lamarannya Kita selenggarakan pada hari itu juga”, kata ibu sambil berdiri dan mengajak ayah membiarkan Raju dan Annisa berdua seolah memberikan kesempatan kepada dua insan itu untuk saling melepas rindu.
Setelah dua orang tua Annisa pergi, tinggalah Mereka berdua yang kini merasa canggung. “benarkah… benarkah Kita akan menjadi suami istri, kak?”, Annisa memecah keheningan itu. “tentu Sayang, bukankah kamu ingin menjadi Annisaku selama-lamanya?”, Lagi-lagi wajah Annisa merona merah karena mendapat panggilan sayang itu. “i-iya kak, aku mau… aku mau”, hanya itu yang terdengar.
Selanjutnya Mereka tenggelam dalam pelukan yang dalam. Mereka sangat nyaman dalam posisi seperti ini, saling memeluk dan dipeluk, hal yang Mereka tunggu semenjak lima tahun yang lalu setelah Mereka berpisah. Jika teringat kejadian yang membuat Mereka terpisah, ingin rasanya membenamkan tubuh satu sama lain masuk dan menyatu hingga tidak ada satu pun yang mampu memisahkannya lagi.
“aku mencintaimu Annisa, Sayangku, bidadariku, janganlah kamu lepas dariku lagi”, Airmata itu menetes dipipi Annisa tak terasa setelah mendengar kalimat itu. Sambil terisak tertahan ia ingin berkata, namun harus sedikit meredakan gejolak hatinya sebelum ia mampu berkata, “Aku pun mencintai kakak, Sayangku, kakakku, kekasihku, pangeranku, aku pun nggak mau ditinggal kakak, aku mau hidup dan matiku bersama kakak selalu Insya Allah.”
Suasana yang haru itu membuat Raju pun tidak sanggup menahan airmatanya untuk jatuh menetes perlahan. Mereka menangis dalam cinta yang akhirnya dipertemukan. Semoga tidak ada yang akan memisahkan Mereka sampai Allah mempertemukan Mereka kembali dalam cinta dan syurganya yang kekal.
Sampai di sini selesailah cerita ini, semoga pembaca terhibur dan bisa mengambil manfaat dari tulisan sederhana ini. Saya memohon maaf jika dalam tulisan ini masih terdapat banyak penempatan kata yang lemah atau kurang sama sekali. Saya masih harus banyak belajar, kritik dan saran yang membangun ditunggu selalu. Aceh, 6:49 AM 1/18/2022
Cerpen Karangan: Raju Laini Facebook: facebook.com/raju.laini.7 Saya lahir di Aceh, Ibu saya keturunan india dan aceh, sedangkan ayah Saya asli keturunan jawa. Saya baru belajar menulis, ide yang muncul pun masih spontanitas saja, masih harus banyak belajar dalam tulis menulis.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com