“Eh eh, lu kenapa Ta? Ada yang sakit? Lu diapain tadi sama si brengsek itu? Ada yang luka?” tanya Javier khawatir Meta menyeka air matanya sambil tersenyum manis. Ia sedikit tertawa, membuat Javier semakin bingung. Ia takut Meta trauma dan menjadi gila. “Hehehe, gapapa kok Jav. Palingan pipi gue doang nih masih rada ngilu gara-gara ditampar tadi, tapi sekarang udah mendingan sih. Makasih banyak ya Jav, lu udah nolong gue. Mungkin kalo gak ada lu, gue udah diapa-apain sama cowok brengsek itu” ujar Meta seraya senyum pada Javier. Javier yang diberi senyum manis tersebut langsung memalingkan wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus. “Nggak nggakpapa kok, eh maksud gue santai aja, Ta. Gue juga tadi kebetulan aja mau ke toilet, eh malah ketemu lu berdua. Ya jadilah gue ngeliat kejadian gak pantes kayak tadi. Lagian, lu kan tadi udah gue ingetin pas pake baju kayak gini, lu malahan bodo amat. Gue tau ko baju lu bagus, tapi seenggaknya ketutup sedikit lah, Ta. Malah menurut gue, lu pasti bakalan lebih cantik kalo pake baju yang lebih ketutup, apalagi kalo ditambah jilbab. Pasti cantik lu lebih-lebih deh” ucap Javier panjang lebar dengan jujur, dan menambah rasa malu yang ada di dalam dirinya. Yang dipuji juga ikut tersipu malu mendengar perkataan dari lawan jenisnya
“E-eh bukan gitu maksud gue. Maksud gue tuh semua cewek kalo pake pakaian yang ketutup itu kan pasti jadi lebih cantik gitu lho, soalnya lebih terjaga, gitu maksud gue. Lu ngerti maksud gue kan, Ta?” Javier menjelaskan maksud ucapan panjang lebar ia tadi. Meta hanya tersipu sembari tertawa melihat tingkah Javier yang sedang dirundung rasa malu seperti itu.
Meta mengangguk. Javier terlihat senang akan respon yang diberi oleh gadis di depannya itu. Setelah pembicaraan singkat yang terjalin, Meta menigingat perkataan ibunya untuk tidak pulang terlalu larut, dan meminta Javier untuk mengantarnya pulang,
“Makasih Jav, lu udah bantu gue sadar dari omongan lu. Ya walaupun ibu gue juga sebenernya udah ngingetin, hmm tapi ya cuma jadi angin lalu buat gue. Hmmm, btw boleh tolong anter gue pulang sekarang?” pinta Meta lembut Javier mengangguk dan langsung membantu Meta berdiri “Yaudah, ayuk gue anter pulang sekarang” jawab Javier
Di perjalanan pulang, mereka saling bercerita dan bersenda gurau sambil menikmati angin yang berhembus. Di atas motor juga, Javier dengan halus meminta Meta untuk mengenakan pakaian yang lebih tertutup lagi, agar terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan seperti tadi. Sesampainya di rumah, Ibu Meta menyambut mereka dengan ramah. Ibu Meta masih belum tau kejadian apa yang telah menimpa putrinya.
Saat di ruang tamu, Meta menceritakan kejadian yang tadi menimpa dirinya dan bagaimana Javier menolongnya. Ia juga menceritakan niatnya untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Mendengar penjelasan dari sang anak, Ibu Meta langsung menangis dan memeluk anaknya dengan penuh rasa sayang. Ia sangat bersyukur karena anaknya dipertemukan oleh lelaki yang baik dan juga bisa memberi nasihat positif kepada anaknya.
“Ibu seneng Meta, akhirnya kamu bisa ketemu sama orang yang bisa bikin mata kamu ‘terbuka.’ Atau mungkin ini tanda jawaban dari do’a ibu selama ini yang selalu mau kamu jadi anak sholehah ya? Hehehe” ujar Ibu Meta sambil sedikit menahan air mata dibarengi dengan tawa ringan “Makasih banyak ya nak, kamu udah ngebantu Meta tadi. Oh iya, sepertinya ibu pernah liat kamu. Kalo gak salah ingat, kamu itu anak ketua majelis kajian ilmu yang suka ibu datengin ya? Kok kamu bisa ikut Meta dan temen-temennya ke tempat karaoke, nak?” lanjutnya “Hehehe, iya, bu. Saya Javier, anak ketua majelis kajian ilmu. Sebenarnya tadi saya diajak sama dua teman saya buat belanja baju. Ternyata, pas di jalan saya diajak mereka buat jemput pacar teman saya sama temannya yang ternyata Meta. Sampai disana, saya kira mau belanja baju bareng, eh ternyata malah mampir ke karaoke. Karena saya merasa gak enak kalau menolak ajakan mereka, jadilah saya ikut dan jadi penonton aja di sana deh hehehe” jawab Javier dengan menundukkan wajahnya, tanda malu atas perbuatannya. “Oh, begitu. Oh iya, nak. Aduh, bagaimana ya ibu mintanya, hehehe. Nak Javier kan pintar mengaji, apa boleh kalau ibu minta nak Javier untuk mengajari Meta mengaji?” tanya Ibu Meta dengan sedikit malu
“Kalau Meta mau, Meta boleh kok datang ke rumah kapan saja, bu. Atau kalau Meta takut datang sendiri, boleh datang bersama ibu nanti. Tiap ada jadwal kajian, saya selalu ada di rumah kok” senyum manis tersimpul di wajah Javier. Meta yang melihatnya tersipu malu, ia tak menyangka Javier punya senyum semanis ini. Meta hanya bisa memalingkan wajahnya seraya mengangguk pelan, tanda menyetujui perkataan Javier “Alhamdulillah kalau Meta mau. Kalau begitu, saya izin pamit pulang ya, bu, Meta. Wassalammu’alaikum” pamit Javier “Makasih banyak ya sekali lagi, nak. Hati-hati di jalan. Wa’alaikumussalam” jawab Ibu Meta “Makasih ya Jav, hati-hati di jalan” ikut Meta menimpali pamit Javier
Minggu pagi ini, Meta yang biasanya masih bermesraaan dengan kasurnya, sekarang sedang memakai jilbab untuk bersiap pergi ke pengajian bersama ibunya. Ia sudah berjanji kepada Allah untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba ia teringat kejadian yang lalu, dan sekarang ia merasa sangat bersyukur dengan dirinya yang memiliki niat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan menjadi anak sholehah seperti kemauan ibunya sedari dulu.
“Meta, udah selesai siap-siapnya? Gausah cakep-cakep, Javier kayaknya juga suka kamu apa adanya kok” ledek ibu kepada putrinya. Yang diledek hanya bisa tersipu malu dan menyanggah perkataan ibunya “Ih, engga gitu, bu. Ih, ibu mah” rengek Meta
Ibu Meta berjalan memasuki kamar anaknya, dan mendekatinya “Semangat banget sih sayang? Hayo, niatnya lurusin. Jangan semangat karena ada Javiernya aja. Inget, niatnya harus buat Allah dan diri kamu sendiri ya, kesayangan ibu” ujar ibu halus sembari membelai rambut Meta dengan penuh rasa cinta “Iya, bu. Aku niat karena Allah dan ngejalanin buat diri aku kok. Hmm, kalau Javiernya sih alesan yang kesekian aja. Kita juga kan cuma teman, bu. Baru kenal juga” jawab Meta sedikit tertawa mendengar perkataan yang ia lontarkan sendiri “Tak kenal maka tak sayang. Yang pentingkan kenal dulu, masalah sayangnya mah nanti aja, berjalannya waktu, butuh proses” ibu tertawa girang. Meta hanya bisa menggembungkan pipinya yang sudah merah merona itu
“META! AYO! KAJIANNYA UDAH MAU DIMULAI” teriak seseorang dari ruang tamu rumah, yang ternyata adalah Javier. Ya, Javier sudah menunggu Meta sejak tadi. Ibu Meta yang mempersilahkan Javier masuk dan menunggu Meta. ‘Ia benar-benar menungguku’ Senyum kecil tersimpul di wajah Meta. Ia langsung menarik tangan ibunya dan berlari kecil “IYA INI GUE UDAH SIAP KOK!” Meta membali teriak Javier dengan riang
Cerpen Karangan: Maura Afdalia Anwar Blog / Facebook: Maura Afdalia Anwar Maura Afdalia anwar, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 7 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com