Ini adalah hari ke delapan setelah kepergianmu. Sehari sebelum menghilangnya dirimu, aku mencoba untuk berpikir positif bahwa dirimu mungkin sedang sibuk. Tapi dua hari kemudian kamu membuat instastory di Instagram yang memperlihatkan kamu baik baik saja. Senyum yang terbit di bibirmu menandakan kalau dirimu bahagia tanpaku.
Dari situ aku sadar, aku bukan dari bagian kebahagiaanmu lagi. Pesan yang aku kirim tak pernah kamu baca sejak saat itu.
Sekarang kita seasing itu ya?
Siang ini, aku mengunjungi toko buku kesukaan kita. Sekarang, toko buku itu menjadi sepi. Ya, karena kamu. Aku menjelajahi deretan rak buku yang terasa sunyi. Suara Ac yang dingin pun, aku bisa mendengarnya. Hingga tiba tiba
“Loh Mbak Nadia sendirian aja? Mas Arlan kemana?” tanya Petugas yang sering kupanggil Pak Herman memang tau kedekatanku dengan lelaki-hilang-tanpa-kabar itu. “Ah … Mas Arlan lagi sibuk. Jadi saya kesini sendirian.” “Tumben tumbenan ya, Mas Arlan sibuk,” tawa Pak Herman, yang aku tau Arlan sangat membenci kesibukan. DItambah tugas yang menumpuk, dan Pak Herman tau itu. “Namanya juga mau lulus, Pak.” Arlan itu kakak kelasku. “Ya sudah Ya sudah, dilanjut membacanya.”
Obrolan singkat itu membuatku berpikir, Arlan sedang tak ingin diganggu. Tapi, aku merindukan dia, walaupun aku bukan siapa siapanya.
Ngomong_ngomong, aku dan Arlan sangat suka novel Karya Tere Liye. Jadi untuk melepas rindunya, aku mencari buku tersebut.
Saat di deretan novel Sastra, aku tak sengaja menabrak bahu kekar seseorang. “Eh, maaf.” Aku membantunya mengambil buku yang terjatuh. Disitu, bola mataku menfokus kepada bayangan Arlan. Seolah tubuh lelaki itu adalah Arlan. “Saya yang minta maaf, saya terlalu fokus buat baca,” katanya menunduk. Aku berharap dia adalah Arlan. Tapi kenyataan menamparku lagi. “Ah iya.” Aku melnjutkan langkah yang tertunda.
Arlan, dimana dirimu sekarang? Aku mencoba mencari tau tentangmu dari berbagai sumber. Tapi, hasilnya nihil.
Aku bukan hanya kehilangan sosok teman. Aku juga kehilangan rumah. Aku sekarang kesepian. Aku mencoba mencari penggati sosok dirimu seperti yang kamu perintah. Tapi, aku tetap maunya kamu. Kamu mau pergi kemana Arlan? Apakah kamu tidak merindukanku kembali? Apakah kamu tidak berniat untuk menghubungiku? Aku rindu suaramu, semua tentangmu. Aku rindu.
Semoga kamu lekas membaik ya, segeralah menghubungi aku. Aku selalu menunggu notif pesan darimu. Meskipun nanti, semua hanya mimpi.
Cerpen Karangan: Nadia Luthfita Faadhilla Untukmu, yang sekarang menjadi asing.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com