“Gimana mau dapat suami, kamu saja Sukanya rebahan di kamar” “Tapi dari dulu mama kan selalu ngelarang aku buat main di luar”
Bisa-bisanya saat sedang santai dari kerja sebagai jurnalis yang melelahkan mama berbicara padaku mengenai “SUAMI” bukannya aku tidak mau menikah tapi hanya saja aku belum siap dan sejujurnya aku sangat menyukai diriku sendirian alias lajang, seumur hidup pun aku belum pernah melakukan hal seperti kebanyakan orang yaitu pacaran dulu memang pernah ada yang mengajakku berpacaran hanya saja aku sudah berpegang teguh pada pendirianku yaitu AKU TIDAK AKAN PACARAN SEBELUM MENIKAH
Lagian umurku saat ini juga masih terbilang muda yaitu 27 tahun dan masih melajang. Sepertinya Lingkungan rumahku ini benar-benar terkesan menyebalkan yang mengharuskan seorang gadis sepertiku harus segera menikah saat masih muda bahkan para tetanggaku yang memiliki anak gadis rata-rata sudah menikah maksimal saat berumur 23 tahun kadang aku merasa kasian sama mereka karena ternyata kebanyakan dari mereka sudah berpisah alias cerai seharusnya Mama bisa melihat itu sebagai tanda bahwa dalam menikah kita tidak bisa melakukannya terburu-buru. Sedangkan papa berbeda dengan Mama yang menyuruhku untuk mencari jodoh berdasarkan sifatnya dan juga perlakuan. Papa memang benar-benar bijak dari dulu aku merasa dari kedua orangtuaku Papa hanyalah satu-satunya orang yang benar-benar lebih baik dalam mendidik anak-anaknya dari pada Mama tapi meski begitu aku tetap menyayangi Mama dan aku juga sayang kepada kedua orangtuaku.
“Ya kalo kamu memang tidak mau besok kamu siap-siap ya” Kata Mama “Siap-siap apa Ma?” “Besok Mama akan mengundang tamu yang akan Mama jodohkan buat kamu” “APAAAA” Aku hanya bisa panik sedangkan aku bisa mendengarkan Papa dan Mama tertawa.
Keesokannya di tanggal merah mama mengadakan acara makan-makan di rumah yang pasti Mama mengundang juga teman-temannya, aku hanya bisa menggelengkan kepala mengalami hal seperti ini. Untung saja diriku pemberani untuk semua hal maka untuk hal perjodohan seperti ini aku tidak perlu takut. Saat ini aku berjalan ke warung untuk membeli bahan masakan yang sudah habis saat tiba di warung aku berharap antrian bisa lebih cepat bergerak agar aku bisa kembali ke rumah sebelum acara berlangsung beberapa menit setelahnya aku membayar belanjaanku sekarang tinggal pulang.
“Permisi” “Ya” “Sepertinya kamu mengambil barang yang salah” Aku menoleh menuju ke suara itu mendapati seorang pria yang belum pernah aku lihat aku langsung memeriksa plastik yang aku bawa dan ternyata itu memang bukan milikku. “Maaf” kataku Kami berdua saling mengembalikan plastik kami yang tertukar. Aku pun pamit dan berjalan keluar.
Saat sudah jauh berjalan dari warung aku menyadari bahwa barang yang aku bawa sangat berat membuatku lelah berhenti berjalan saat sedang mengumpulkan tenaga aku melihat sebuah motor berhenti di depanku dan yang mengendarai motor itu adalah pria tadi yang barusan aku temui di warung. “Halo, kamu butuh tumpangan?” Kata pria itu Aku menolak tapi dia memaksa karena ingin mengantarku pulang aku langsung menerimanya karena aku benar-benar lelah saat harus membawa barang ini ke rumah, padahal rumahku masih jauh belum lagi jalanan disini buruk dan menanjak sedangkan jika dia memiliki niat buruk maka aku tak segan melawannya aku tidak takut karena aku bisa melakukannya.
Sepanjang perjalanan kami hanya saling diam tek terasa motor ini sudah membawaku tiba di rumah. “Jadi ini rumah kamu ya?” “Bukan ini rumah orangtuaku” Kataku “Berarti kamu putrinya ya?” “Ya iyalah” Sahutku
Kami kembali terdiam aku pamit dengan pria itu saat aku ingin berjalan pergi tiba-tiba. “Lah kamu udah disini Jak” Kata Mama sembari berjalan ke arah kami “Mama kenal dia?” Tanyaku “Ya iyalah, dia ini adalah orang yang mama maksud” “Maksudnya apa ma?” tanyaku “Ya ini orang yang mau mama jodohin buat jadi suami kamu” Aku hanya bisa terkejut sembari melihat pria itu tertawa.
Cerpen Karangan: Shofa Nur Annisa Deas Blog / Facebook: Shofa Deas Shofa Deas adalah nama pena dari Shofa Nur Annisa Deas. Saat ini dirinya sedang mencari cerita hidupnya karena menurutnya setiap hidup itu adalah cerita
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 16 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com