Ternyata benar, cinta pertama hampir tidak pernah berhasil dan selalu saja berakhir dengan kegagalan tapi entah mengapa selalu berhasil meninggalkan banyak kenangan.
Mari kita sejenak melihat ke masa lalu, dimana setiap orang pasti punya cinta pertamanya masing-masing. Iya, cinta pertama yang berhasil menggetarkan hati dan membuat kita sulit memahami bagaimana sebenarnya cinta bisa bekerja pada ketidaksempurnaan sehingga bisa menjadi sempurna.
Hari itu tanggal 30 November 2001, aku berusia 17 tahun. Pertama kali aku bertemu cinta pertamaku di sebuah rumah sakit, saat itu aku mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor yang mengakibatkan kakiku patah dan harus dirawat di rumah sakit selama 1 bulan. Saat itu aku duduk di bangku kelas 1 SMA dimana saat SMA semua terasa menyenangkan, baik kisah percintaan maupun teman-teman.
Sore hari itu senja sangat indah. Senja pertama kali yang kulihat selama aku berada di rumah sakit ini, aku merasa sedih karena tidak bisa secepatnya kembali ke sekolah karena masih harus dirawat di rumah sakit. Aku memandang ke langit dan senja tampak sangat indah, tiba-tiba momenku menikmati senja dihancurkan oleh suara teriakan suster yang sedang memanggil sebuah nama yaitu “Arka”.
“Arka, jangan lari-lari kembali kemari. Kamu harus minum obatmu”.
Aku mencoba tak menghiraukan suara berisik itu, supaya suara tersebut tidak terus terdengar aku memutuskan memasang earphone di kedua telingaku sambil menatap langit senja sore itu.
“langit senja yang indah diiringi musik yang mengalun lembut, ah damainya.” Batinku.
Tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka dan tampak sosok laki-laki yang tampan dengan kulit putih pucat, hidung mancung, bibir merah tipis, rambut yang pendek dan rapi, laki-laki itu tinggi dan benar benar sangat tampan. Kami bertatapan selama beberapa detik dan aku segera mengalihkan pandanganku karena pasti pipiku sudah seperti tomat.
“Hei, aku numpang bersembunyi di sini ya, tolong jangan bilang siapa-siapa dan aku akan sangat berterima kasih” Dan dengan bodohnya aku mengangguk menandakan “Iya”. Ah, mungkin aku terpesona oleh ketampananannya.
Senja sudah tidak ada lagi karena matahari benar-benar hampir sepenuhnya tenggelam. Laki-laki itu juga masih duduk bersandar di dinding tertutupi oleh tirai. “Hei, sebaiknya kamu segera kembali ke kamarmu para suster dan keluargamu akan khawatir”
Laki-laki itu tidak menjawab, kusibak tirai tersebut dan kudapati dia tertidur pulas, semakin dipandang semakin jelas ketampanannya. Aku terus memandangnya sampai tiba-tiba matanya terbuka. “Sudah puas memandangi wajahku yang tampan ini, cantik?” Ucapnya dengan lembut padaku.
Aku pun segera mengalihkan pandanganku, “Oh, masih hidup ternyata. Kukira kau sudah…” Aku tak melanjutkan bicaraku dan melihat ke arahnya untuk melihat ekspresi apa yang ditunjukkannya atas perkataanku tadi dan ternyata dia tertawa.
“Apa yang lucu?” Tanyaku padanya, “lucu, hahha, lucu sekali hahhah” Jawabnya sambil tertawa, Aku merengut menatap ke arahnya.
“Hahahhah baiklah, baiklah. Aku akan kembali sampai bertemu lagi nanti” Ucapnya sambil berjalan keluar dari ruangan.
Baru keluar beberapa detik dia kembali ke dalam, “oh iya, siapa nama mu?” Tanyanya padaku. “Aku Kayla” Jawabku, tanpa menanyakan namanya kembali. Sebenarnya aku ingin menanyakan namanya tapi aku gengsi. “Nama yang cantik seperti orangnya, oh ya perkenalkan aku Arka. Salam kenal Kay dan semoga cepat sembuh” Ucapnya sambil tersenyum, dan itu senyum termanis yang pernah kulihat sampai aku tidak mampu berkata-kata.
Sejak saat itu kami menjadi dekat, hampir setiap hari dia selalu datang ke kamarku terkadang sampai dijemput oleh suster untuk kembali ke kamarnya.
Cerpen Karangan: Tri Blog / Facebook: Tri
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 7 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com