Dia hanya seperti orang biasa pada umumnya yang menginginkan keinginan duniawi dan keinginan surgawi terpenuhi. Dia yang pernah merasakan cinta sekali, tidak pernah melupakan orang yang telah tenggelam dalam lautan merah muda. Cinta yang berasal dari rasa kecemburuan, keinginan menjadi seperti orang yang idolakan yang membuatnya mengerti arti rasa suka dan ingin memiliki yang utuh. Cinta yang semakin tumbuh ketika dua manusia yang saling menatap dengan rasa kekaguman yang timbul terhadap pujaan.
Mata hitam gelap murni yang diperindah kacamatanya membuat Syaid tidak pernah lepas menatap idolanya itu. Walau tahu tidak mungkin bersama, Dia tetap mencoba di sampingnya. Ketidakmungkinan yang timbul akibat begitu banyak kemiripan dan perbedaan membuatnya memendam rasa yang ia simpan untuk sang calon kekasih.
Tembok yang begitu besar yang harus ia langgar ketika berusaha mencoba bersama pujaan. Rasa Senang dan Sedih juga tidak lagi hanya bergantung padanya tetapi juga perasaan sang pedoman. Rasa yang timbul ingin berkompetisi juga kalah hanya karena warna merah muda. Biru, Ungu juga tidak luput dari hidupnya. Warna yang selalu mengingatkan betapa tenang dan mendalam pemikiran yang dipunya.
Tapi seketika pandangan berubah menjadi hitam tanpa cahaya ketika merah muda memudar dari sebuah hati. Jarak yang ada mempercepat proses kehilangan.
Tenggelam dalam lautan kesedihan dan mencari orang untuk disalahkan. Diri semakin jauh publik. Tidak bisa bermuka dua. Kemurnian telah lenyap. Semakin duniawi semakin menjauh dari yang kuasa. Semakin sulit kembali. Kehilangan jati diri. Tersenyum menutupi kesedihan. Kapan sakit ini terobati.
Berdoa pada yang kuasa untuk semakin menyulutkan hidupnya untuk bisa lepas dari jeratan dosa yang timbul akibat merah muda.
Cerpen Karangan: 11265