“Aku pergi sebentar, aku janji akan kembali menemui kamu dan melamarmu, kamu bisa kan menunggu aku?” tanya seorang laki-laki. “Iya aku akan menunggu kamu dan menunggu janjimu” jawab seorang wanita dengan mata yang berkaca-kaca. “Terima kasih, aku pergi dulu sampai jumpa lagi” kata terakhir yang diucapkan kepada kekasihnya
Wanita itu tersadar dari lamunannya tentang pecakapan terakhirnya dengan sang kekasih. Dia tersenyum getir lalu kembali memandangi rel kereta dengan tatapan sendu. Langit sudah mulai gelap, ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 18.00, ia beranjak dari tempat duduknya untuk pulang ke rumahnya. Dia Bernama Willy yang selalu menunggu kekasihnya di tepi stasiun pukul 15.00. Ia mempunyai kekasih bernama Rio, mereka sudah menjalin hubungan 3 tahun lamanya. Tentu saja 3 tahun bukanlah waktu yang singkat apalagi sudah banyak kenangan yang mereka ukir bersama. Rio merupakan anak tunggal, kedua orangtuanya baru saja meninggal dunia akibat tabrak lari. Sekarang ia tinggal sendirian, ia juga bekerja menjadi pelayan di sebuah café. Tentu saja pendapatannya itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari .Hingga suatu saat, salah satu saudaranya menawarkan kepada Rio agar tinggal bersamanya dan berkerja di pabriknya. Rio menerima tawaran pamannya tersebut, dan dia akan pindah ke luar kota untuk tinggal dan bekerja di sana.
Suatu hari ia menemui Willy dan menceritakan tentang rencananya tersebut. “Kalau itu mau kamu aku setuju, lagi pula kamu pasti kesepian tinggal di sini sendirian” Ucap Willy “Iya, terima kasih sudah mengerti aku secepatnya akan Kembali menemui kamu” kata Rio dengan senyumannya
Pada hari itu Willy mengantar Rio ke Stasiun pukul 15.00. Keduanya merasa sedih karena harus berpisah, namun Willy berusaha menahan tangisnya supaya Rio tidak terlalu memikirkankannya. Rio memeluk willy dengan erat, tangisannya tidak bisa ditampung lagi. Mereka saling meluapkan kesedihannya sampai kereta tiba.
Namun, tidak disangka itu pertemuan terakhir dengannya. Setelah 1 bulan Rio pergi, ia tiada kabar. Bahkan Rio tidak mengirim pesan kepadanya lagi dan menghilang seperti ditelan bumi. Willy sudah berusaha keras mencari kabar Rio dengan menanyakan kepada teman-teman Rio, namun usahanya tidak membuahkan hasil. Willy hanya bisa pasrah menunggu Rio kembali, setiap sore pukul 15.00 ia pergi ke stasiun dan duduk disana sampai gelap. Ia memandangi orang-orang dan sesekali ia membayangkan hari-harinya bersama Rio dulu. Bahkan, petugas stasiun sampai hafal kepadanya karena setiap hari datang ke stasiun dengan jam yang sama.
Suatu hari ia pulang ke rumah dari stasiun seperti biasa, pintu rumah saat itu sedang terbuka lebar menandakan sedang ada tamu yang berkunjung. Ternyata benar ada seorang laki-laki seumurannya sedang berbincang bersama bapak. Lalu muncul ibu dari belakang membawa dua cangkir teh.
“Eh Willy sudah pulang, sini nak” Ucap sang Ibu “Perkenalkan ini anak teman bapak namanya Satria, dia seumuran sama kamu” kata sang bapak Willy berkenalan dengan Satria, mereka saling berjabat tangan. Satria adalah anak dari teman bapaknya ia mempunyai sebuah usaha travel sendiri, dari penampilan dan cara bicaranya Satria adalah seseorang yang berkepribadian baik. Willy sempat tertegun melihatnya. Setelah Satria pamit pulang, ibu dan bapaknya menngajak Willy berbincang di ruang tengah.
“Willy, ibu tahu kamu dari stasiun seperti biasa rasanya sudah cukup kamu menunggu Rio yang tidak jelas kabarnya” kata sang ibu dengan lembut “Iya nak, sudah hampir satu tahun kmu menunggu tapi masih tidak ada kabar dari Rio, bapak tahu itu menyakitkan. Bagaimana kamu coba menjalani hubungan dengan satria anak teman bapak tadi?” tanya bapaknya “Bapak sama ibu kenapa begitu, aku tidak mau lagi pula Rio itu urusan aku” ucap Willy dengan nada marah
Keesokan harinya seperti biasa Willy pergi ke stasiun pukul 15.00. Namun Willy masih memikirkan perkataan kedua orangtuanya waktu itu, jujur saja Willy sudah lelah dengan semua ini, benar perkataan bapaknya semua ini teryata menyakitkan.
Setelah hari itu Satria semakin sering datang ke rumah, Willy juga berbincang dengan Satria. Ternyata ia orang yang baik. Semenjak Willy mulai dekat dengan Satria, ia sudah jarang pergi ke stasiun lagi. Kedua orangtuanya bersyukur karena anaknya sudah tidak sedih seperti dulu, dan diam-diam membuka hati kepada orang lain.
Willy dan Satria semakin hari juga makin dekat, hingga suatu satria berbicara “Willy, kita sudah cukup lama dekat tapi aku mau kita lebih dekat lagi, aku juga mau menciptakan kenangan baru bersama kamu. Senin besok aku akan membawa keluargaku untuk melamar kamu, apakah kamu mau?” tanya satria “Kenapa tiba-tiba sekali, sebelumnya terima kasih, kamu sudah mengobati luka masa lalu aku sebagai balasannya aku mau Satria, aku tunggu kedatangan kamu di rumah” jawab Willy. Setelah itu Willy dan Satria bertunangan dan tidak lama kemudian mereka menikah.
Selama ini Willy dengan setia menungu Rio pulang, namun ternyata Tuhan kirimkan penggantinya yang lebih baik. Bahkan, sampai menikah Willy tidak tahu bagaimana kabar Rio. Teman-teman Rio juga tidak tahu kabarnya. Namun, Willy pelan-pelan menghapus kenangannya dengan masa lalunya dan saat ini ia mengukir kennagan baru dengan orang yang baru.
Cerpen Karangan: Arlina