Seperti halnya pelangi akan datang jika hujan berhenti. Tapi memang tidak ada yang tau kapan datangnya, seperti halnya haru yang akan berubah menjadi kebahagiaan. Percuma saja aku mengenalkan banyak hal tentang sebuah kopi yang sering kita nikmati di waktu bersama, tetap saja takdirnya kopi adalah pahit!
Aku masih ingat dengan rima yang kau ucapkan tentang kesan pertemuan itu, katamu bahagia & aku adalah orang yang pertama mengenalkan kopi saat kau belum suka kopi.
Kedai di pinggiran kota ini seakan menampakan raut klise lama, tentang seorang perempuan yang kukenal lewat sapaan dibalik kesendiranmu menikmati hidangan. Aku hanyalah sebuah kaca, yang hanya bisa menjadi cerminanmu ketika dibutuhkan. Menjadi cerminan paras wajah seseorang, menjadi sebuah tempat yang dilirik sekian kali namun ditinggalkan tanpa pamit.
Sejauh ini jujur saja, aku hanya menunggu kata pamit sebelum kepergianmu. Bagaimana tidak? Kamu pergi tanpa kabar yang kudapati. Setelah itu silahkan kamu pergi, aku ikhlaskan jika itu memang keinginanmu & aku tidak pernah memaksakan kehendak seorang perempuan.
Cerpen Karangan: Asep Mugni Munggaran Blog / Facebook: Deas Mugni