Di hamparan bukit Sylvia sembari menatapi cakrawala, tubuhku bersandar di dekat bebatuan. Ku menanti senja di hamparan bukit itu, sambil menikmati panorama yang menghiasi bukit itu.
Kucoba alihkan tatapan mataku ke arah barat, tanpa sengaja aku melihat gadis yang parasnya cantik nan rupawan; hidung mancung seperti bukit Sylvia; kulit putih bagaikan kota super premium, rambut panjang selalu membawa aura kecantikan yang luar biasa.
Bukit Sylvia adalah salah satu tempat pariwisata di Labuan Bajo. Tempat ini menjadi sejarah pertama kali, dimana saya bisa ketemu langsung dengan gadis yang aku kagumi. Meskipun waktu itu tidak saling bertatapan muka, tak saling tegur dan sapa. Rasanya hati ini menaruh dalam kehidupannya, tapi itu hanya sebatas anganku yang berlebihan. Kurasa itu tidak apa-apa, karena tidak ada yang pernah mengajarkan rasa suka tumbuh tanpa sepengetahuan diri.
Memang sebelumnya kami kenal lewat media Whatsapp, tapi hubungan dan komunikasinya tidak terlalu akrab. Selama berteman di via whatsapp, saya cukup mengaguminya saja. Mengagumi seseorang dalam diam, memberi asa setiap rasa. Mencintai dalam diam, berharap selain aku dan Tuhan, kau tahu.
Berteman di via Whatsapp hanya menjadi penonton story. Entah apa jemari ini terasa kaku, ketika menyentuh huruf pada tombol di layar ponselku. Hingga tangan ini terasa kaku mengirim pesan untuknya.
Perjumpaannya tidak sampai selesai di Bukit Sylvia. Ternyata waktu bisa mempertemukan kami kembali di pertengah kota Ruteng. Kota ini dijuluki sebagai kota dingin, karena memang cuacanya terlalu dingin. Kota yang biasanya kami beraktivitas setiap hari untuk mengeyam pendidikan di perguruan tinggi, yaitu sebagai mahasiswa di kampus UNIKA Santu Paulus Ruteng.
Namanya Adventiana, kini sedang duduk di bangku kuliah semester 07 sama seperti saya. Hanya karena jurusan kami berbeda. Perjumpaan pertama kali di Bukit Sylvia, karena memang waktu itu kami sama-sama melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa. Dinginnya kota itu, bisa menjadi suasana hangat, ketika aku dan kau menemukan rasa yang sama.
Hotel Ranaka menjadi perjumpaan kami untuk kedua kalinya. Ini yang menjadi kesempatan emas buat saya untuk mengenal dia yang lebih dalam dan ternyata setalah saya kenal, dia orangnya baik dan mudah diajak ngobrol.
Bulan telah mulai naik ke tengah langit, itu pertanda kesunyian malam akan terjadi. Hotel Ranaka menjadi tempat pertama kali aku bisa bertatap muka secara empat mata, saling sapa bahkan diajak ngobrol.
Serasa malam itu milik kami berdua, banyak gombal dan puitis yang membuat dia baper di malam itu.
Bulan, bintang, Hotel Ranaka menjadi saksi bisu bisikan mesra kami di malam yang sunyi itu. Keelokannya membuat aku semakin jatuh cinta, hingga membawa susana hati semakin hangat di malam yang penuh makna itu.
Disela-sela itu, ia bertanya dengan saya. “Kaka lahir tanggal dan bulan berapa?”. “Saya lahir tanggal, 14 Desember. Orangtua saya memberi saya nama Adventus karena saya lahir bertepatan pada masa Adven. Kaka, saya juga lahir bertepatan masa Adven. Tapi saya lahir tanggal, 07 Desember. Atas dasar ini Bapa dan Mama saya juga memberi saya nama Adventiana”. “Wadu… saya tidak percaya, pasti kau becanda!” Lalu, ia berkata. “Kalau kaka tidak percaya, lihat di saya punya biografi Facebook.”
Setelah saya lihat, ternyata benar. Ia lahir tanggal 07 Desember.
Perjumpaaan Adventus dan Adventiana sunggu luar biasa. Ternyata ada kesamaan yang ada di dalam diri mereka. Sesungguhnya tak ada yang dapat menghalangi kemana jalannya hati, karena hati tahu kemana pemiliknya yang sesungguhnya. Mungkin ini adalah takdirku menemukan orang yang paling tepat yang menjadi penentu pilihan terakhir.
Mungkin batinku selalu bertanya, kapan aku menjemputmu?
Adventiana. Keputusan ada semua padamu dan aku tunggu jawaban akhir darimu. Entah itu kapan, aku tetap menunggumu di kota dingin.
Cerpen Karangan: Aventus Purnama Dep Blog / Facebook: Adventuz Dep Aventus Purnama Dep, Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNIKA Santu Paulus Ruteng. Selain itu, pegiat literasi menulis di berbagai media online. Mengikuti berbagai lomba penulisan, baik itu essai, opini, KTI, puisi dan sering juara. #Maria Belos