Beberapa bulan yang lalu ada malam yang terberat bagiku, yaitu di mana aku mendapat kabar tentang kepergianmu. Dan malam ini bagiku ialah malam yang istimewa, karena malam ini aku mendapat kabar tentang kembalinya dirimu. Malam ini terasa sangatlah cepat, setelah ibadah magrib ku bergegas untuk mempersiapkan segala keperluan untuk bertemu denganmu besok, mulai dari membeli bunga, hadiah, makanan, dan segala kebutuhanmu. Setelah membeli segala yang diperlukanku bergegas pulang untuk membungkus dan menghias semua barang-barang yang akan kuberikan padamu pada esok hari.
Tiba-tiba pada jam 22.30 malam aku dikabarkan oleh pihak bandara bahwa semua korban selamat sudah dibawa ke rumah sakit dan keluarga korban bisa menjenguk korban besok pagi pada jam 09.00 pagi sampai jam 16.00 sore dengan mengurus semua keperluan kepulangan korban.
Pada keesokan hari, aku merasa waktu itu berjalan sangatlah lambat, kulihat dari jam dinding tidak bergerak dari angka 6, padahal aku sudah sarapan dan duduk di meja makan sedari tadi. “duuhhh lama bangettt apa jamnya baterainya habis ya, ga mungkin sih kan jarum detikannya masih gerak. Mungkin ini aku aja yang gak sabaran” gumamku sambil menahan ketawa.
Aku berangkat dari rumah pukul 08.00 dan sampai di rumah sakit pukul 08.30 tidak lupa aku membawa semua keperluan dan hadiah-hadiah dariku yang akan kuberikan untuknya. Setelah sampai segera kurus keperluan dia dan tepat pukul 09.00 ku mulai menyusuri lorong-lorong rumah sakit untuk menuju ke ruangannya.
Tak lama ku sampai di depan ruangannya, terlihat ada seorang suster yang berjaga di depan ruangan tersebut dan aku bertanya tentang keberadaan Davin. Mungkin kalian bertanya-tanya siapa itu Davin? Dia adalah kekasih saya sejak masih di bangku kuliah.
Aku bertanya kepada suster “sus apakah di ruangan ini ada korban kecelakaan pesawat yang bernama Davin?” “Oh iya bener bu apakah anda keluarga dari pak Davin?” jawab suster. “Iya sus, saya keluarga dari pak Davin” jawabku sambil memberikan dokumen-dokumen kepulangannya. “Oh iya Bu, mari saya antar untuk bertemu pak Davin”. Ku berjalan beriringan dengan suster, jantungku terasa berdebar-debar dan tanganku terasa sangat dingin. Aku bertanya-tanya kepada diriku apakah ini nyata?.
Setelah sampai di depan ranjang Davin suster mengatakan “Bu ini ranjang pak Davin, tolong jangan mengganggu kenyamanan di ruangan ini karena pasien-pasien masih mengalami trauma akibat kecelakaan kemarin. Saya tinggal kembali ke depan ya Bu!” “Iya sus” jawabku. Lalu aku bertanya “eh sus gimana tentang kepulangan pak Davin ini apakah hari ini sudah bisa dibawa pulang?”. “Sebentar ya Bu, saya akan mengurus dokumen-dokumen kepulangan pak Davin lalu saya akan ke sini membawa dokter untuk memeriksa keadaan pak Davin untuk mengetahui apakah pak Davin ini sudah bisa dibawa pulang apa belum” jawab suster. “Oo iya sus makasih” jawabku “Sama sama bu”
Kubuka tirai yang menyekat ranjang pak Davin dengan ranjang pasien lainnya. Saat itu pikiranku campur aduk ada senang ada sedih tidak karuan. Terlihat ada seorang laki-laki muda yang sedang terlelap di atas ranjang. Ku mendekat untuk memastikan apakah ini benar-benar Davin. Iya ternyata ini memang benar-benar Davin.
Tiba-tiba ku teringat akan kata-kata Davin pada saat kita menjenguk pak dosen saat sakit di rumah sakit, Ia berkata “nir, saat kita menjenguk orang sakit doakanlah dia supaya Allah angkat penyakitnya dan sehat seperti sedia kala jangan utamakan oleh-olehnya ataupun uang sumbangan yang kita bawa!” Ya, memang Davin suka memberikan ilmu-ilmu baru untukku selain dia ganteng, berkehidupan mapan dia juga mengerti tentang agama, itu semua yang membuat aku tertarik padanya.
Bergegas ku menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan salat sunah Dhuha di samping ranjangnya setelah salat aku berdoa untuk kesembuhannya. Saking seriusnya aku sampai aku tidak sadar bahwa Davin sudah sadar dan menatapku, aku kaget dan tidak bisa berkata-kata, sampai akhirnya ia memanggilku “nirr, apakah itu benar kamu?” Aku mencoba untuk menenangkan diriku dan menjawab pertanyaannya “iya Vin ini aku nira. Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa ada yang sakit? Apa ada yang kamu perlukan?” “Sssstt, satu-satu dong tanyanya aku gimana mau menjawabnya!” jawab Davin sambil tersenyum padaku. Dalam hati aku berkata “Masya Allah, Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Aku salting parah!!!!” “Nir tolong hubungi keluargaku suruh datang dan kita akan pulang sama-sama aku sudah baik-baik saja!” pinta dia “Ya baiklah” jawabku
Aku menghubungi mamanya mas Davin dan mengabarkan bahwa mas Davin sudah ditemukan dan sekarang masih di rumah sakit, ku meminta agar mamanya mas Davin dan keluarga bisa ke sini.
“Mas, makan dulu ya aku udah bawain makanan buat kamu” kataku sambil menyiapkan satu piring makanan untuk mas Davin dan menaruhnya di atas meja makan pasien. “Iya sih aku lapar tapi nggak bisa makan soalnya pengennya disuapin ha ha haaa” guraunya “Ih mas udah cepet makan!”
Aku melihatnya makan dengan lahap di dalam hatiku aku berkata “apakah ini yang dinamakan gamon (gagal move on) Dia benar-benar tidak berubah sama sekali dia adalah lelaki yang humoris tetapi juga tegas. Kalau kata orang Jawa “idaman pool pokoke!”
Tidak lama mamanya mas Davin pun sampai, lalu kubereskan piring makan mas Davin. Saat mas Davin bertemu dengan keluarganya di situlah momen emosionalku diuji, melihat temu kangen mas Davin dengan keluarganya diiringi isak tangis bahagia aku jadi ikut menangis, padahal aku sudah menahan-nahan air mata ini keluar.
Dokter datang dan memeriksa keadaan mas Davin dan menyimpulkan bahwa mas Davin bisa pulang hari ini, aku bergegas ke bagian administrasi untuk mengurus biaya pengobatan mas Davin tetapi dihentikan oleh ayah dari mas Davin “nduuk, tolong urus administrasi David nggae Iki ae, ngkok pas milih supiren mobile, ngkok aku ae sing nggowo sepedahmu. saiki ws awan nduk panas!” kata ayah dari mas Davin sambil memberikan semua kartu dan kunci mobilnya padaku. Kubalas dengan jawaban “inggih pak.” Sambil memberikan kunci motor kepada beliau.
Ku mengurus administrasi mas Davin dengan cepat dan kembali ke ruangan mas Davin dengan membawa sebuah kursi roda, di sana mas Davin sudah siap dan semua sudah dikemas dengan rapi oleh ibu mas Davin.
Ku berkata “mas duduk sini ya!” “Gak usah aku bisa jalan kok pakai kursi roda!” jawab mas davin “Udah la vin biar kamu sehat dulu baru bisa aktivitas seperti biasa sekarang istirahat dulu, pakai kursi roda dulu supaya kamu nggak capek” kata mama mas Davin. Mas Davin akhirnya mengangguk dan mengikuti perintah mamanya.
Kami pulang menuju rumah mamanya mas Davin dahulu, ya karena sesuai perintah ayahnya mas Davin aku disuruh mengemudikan mobilnya.
Setelah semua urusanku selesai aku segera pamit ke mama ayahnya mas Davin untuk pulang dan memberitahukan tentang apa-apa saja yang dikatakan dokter tentang mas Davin. Mama dan ayahnya mas Davin berterima kasih padaku karena telah membantu mas dafin. Aku pulang dan seperti biasa aku selalu dibawakan oleh-oleh setiap pulang dari rumah mamanya mas Davin. Tak lupa aku berterima kasih dan memberikan salam agar kita selamat sampai di rumah.
Hari ini ialah hari yang sama sekali tidak akan kulupakan hari ini ialah pertemuan keduaku dengan tunanganku, itu tandanya ini waktunya kami melanjutkan perjalanan kami menjadi satu. Jiakhhh menjadi satu, yaa aminnn sih Ha haa haa
Cerpen Karangan: Annisa’ Qotrunnada Alfirdaus