Mungkin sudah ribuan kali aku meminta maaf padamu. Mungkin telingamu sudah bosan mendengar permintaan maafku. Sering sekali aku menyakiti hatimu. Membuatmu menangis. Tapi kali ini, sungguh aku sangat sangat merasa menyesal padamu. Aku memang lelaki yang buruk. Sangat buruk!.
“Maafkan aku..” ucapku di sambungan telepon. Kamu menghela nafas. Aku masih bisa mendengarnya. “Aku menyesal..” lanjutku. “Kamu sudah bilang begitu dari dulu. Dari pertama kamu memulai menjelajahi hati tiap wanita.” Ucapmu. “Ini ketiga kalinya dirimu melakukan ini padaku. Waktu pertama kamu berselingkuh, aku maklumi. Mungkin karena kamu bosan sama aku. Kamu pengen mencoba deket sama yang lain.”. Kamu menghela nafas. Jika aku menilik dari intonasi suaramu, kamu mati matian menahan tangis.
“Waktu kali kedua kamu berselingkuh, aku juga memaafkanmu. Karena apa?. Karena aku berfikir, apakah 6 tahun yang kita lewati akan sia sia karena masalah itu?. Aku merasa hal itu masih bisa ditoleransi. Jadi aku memaafkanmu.”. “Dan ini kali ketiga kejadian itu terulang kembali. Pas banget kita mau masuk ke tahun ke tujuh. Aku nggak tau kata maafmu itu sudah yang ke berapa ribu kali. Dan aku sudah bosan mendengarnya. Bukannya aku tidak mau maafin kamu, tapi ini tentang kamu yang tidak mau belajar dari kesalahan masa lalu.”. Kamu mulai menangis. Aku merasakan dadaku sesak, aku juga mulai menangis.
“Aku sudah maafin kamu. Bahkan sebelum kamu minta maaf. Tapi kalau kamu minta kita kembali menjalani hubungan ini, maaf aku tidak mau. Sudah cukup semua ini. Aku tidak mau menjalani hubungan jika kamu memang sudah tidak cinta lagi padaku.”.
“Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu.” Sergahku mencoba menjelaskan bahwa aku masih mencintaimu. “Saat kamu berselingkuh untuk pertama kali, itu sudah menandakan kalau dirimu sudah tidak mencintaiku. Dan ini sudah ketiga kalinya. Aku patut mempertanyakan ucapanmu tadi.” Ucapmu membuat dadaku ngilu, itu sangat mengenai hatiku yang terdalam.
“Maafkan aku.. sungguh maafkan aku..” ucapku sambil menangis. “Aku sudah memaafkanmu.” Jawabnya.
“Aku mencintaimu, bisakah kita memperbaiki hubungan kita kembali seperti dahulu?.” Ucapku. “Kamu juga mengatakan hal yang sama seperti itu saat kamu berselingkuh untuk kedua kali. Tapi kamu tetap berselingkuh. Haruskah aku mempercayai ucapanmu tadi?.” Ucapmu. Hatiku kembali teriris.
“Aku sungguh menyesal.. maafkan aku..” ucapku sudah membenamkan kepalaku. “Aku bilang aku sudah memaafkanmu.” Ucapnya.
“Bisakah kamu kembali menjalani hubungan bersamaku?. Kita ulang dari awal. Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku yang dulu..” ucapku, tepatnya memohon padamu. “Kamu juga mengatakan hal itu saat ketahuan selingkuh untuk yang kedua kalinya.” Ucapmu. “Sudah. Obrolan kita tidak akan berujung. Aku sudah memaafkanmu. Sekarang aku membebaskan kamu untuk bersama yang lain. Aku tidak akan marah ataupun kecewa lagi padamu. Sekarang aku membebaskan kamu dari cintaku yang membosankan.” Ucapmu.
“Hubungan kita sampai disini. Aku tidak mau membebani kamu. Aku tidak mau kamu merasa terpenjara lagi.”. Ucapmu. “Maaf jika aku melakukan banyak salah saat menjalani hubungan ini.. semoga kamu bisa belajar dari kejadian ini.” Ucapmu lalu mematikan sambungan telefon, tanpa mau mendengarkanku.
“Halo.. halo.. Diana.. halo.. halo..” ucapku panik. Tapi suaramu tak lagi terdengar.
Aku menangis tergugu. Aku bodoh. Benar benar bodoh. Aku berusaha menghubungimu lagi. Tapi nihil. Nomormu sudah tidak aktif lagi.
Kini aku baru menyadari. Dirimu sangat berarti. Aku merindukan kehadiranmu. Aku sangat merindukanmu. Dan aku merasakan sangat menyesal telah membuatmu sakit hati berkali kali. Aku memang bodoh. Sangat bodoh. Melupakan cinta sucimu hanya demi wanita tiada arti itu. Aku sangat menyesal.
Bunga sepertimu tidak akan pernah kujumpai lagi. Kamu bunga terbaik yang pernah aku temui. Bunga terbaik yang pernah kumiliki. Dan dengan kebodohanku aku melukai hati bungaku. Hingga kamu pergi meninggalkanku.
Semoga kamu membaca penyesalanku ini. Dimanapun kamu berada. Semoga kamu sudah menemukan seseorang yang lebih baik dariku. Seseorang yang mampu membuatmu bahagia. Semoga saja…
Tamat
Cerpen Karangan: Seli Oktavia Facebook: Sellii Oktav Ya Ig: seliokta_vya21