Hai namaku adalah Clara, aku mempunyai seorang kekasih yang sepantaran denganku, ia begitu mencintaiku dan akupun mencintainya.
Awalnya aku merasa ragu untuk menerimanya tetapi ia meyakinkan aku. Aku sungguh bahagia dengannya.
“Kamu gak makan?” tanyanya. “Enggak, lagi males makan” jawabku. “Makan ya? aku suapi” ucapannya membuatku senang, seketika rasa malasku menghilang.
Akupun disuapi olehnya dan sesekali ia melemparkan candaan yang membuatku tertawa, dia adalah tipe kekasih yang humoris sekaligus romantis. Betapa beruntungnya aku memilikinya.
Tak terasa makanku sudah habis. “Mau makan lagi nggak?” tanya nya. “Enggak, aku sudah kenyang” jawabku.
Setelah ia menyuapiku kita berjalan jalan mencari angin, seperti orang pacaran pada umumnya, yang selalu bergandengan tangan dan senyum disetiap detik.
“Aku ingin ke toilet sepertinya ada panggilan alam, kamu tunggu disini sebentar ya” katanya. “Ya, aku tunggu” jawabku.
Aku menunggunya dengan bermain ponsel dan melihat kearah sekitar, ada yang membawa anaknya berjalan jalan, ada yang sedang berpacaran dan masih banyak kegiatan lainnya.
Hingga suatu ketika aku terkejut ketika ada yang memanggilku. Dia bukan pacarku tetapi orang lain. “Clara!”. “Alan?” ucapku lirih. Entah mengapa perasaanku yang tadi berbahagia menjadi sedih seketika. “Kamu kemana aja? aku mencarimu, aku merindukanmu” pernyataan itu membuatku terkejut, mengapa ia mencariku? bukankah ia sendiri yang meninggalkanku. “Mengapa?” tanyaku. “Aku menyesal telah meninggalkanmu, tolong maafkan aku” katanya yang terlihat sangat menyesal. “Aku sudah memaafkanmu sejak dulu hanya saja rasa sakit ini tidak akan pernah hilang” ucapku lirih.
“Aku ingin memperbaiki kesalahanku kepadamu, maukah kau memberiku kesempatan?” dia memang tidak pernah berbasa basi. “Apakah perkataanmu bisa kupegang?” aku bingung, tidak tahu harus berkata apa. Mataku menjadi berkaca kaca, sekilas kenangan menyakitkan hinggap di hati dan pikiranku, rasanya sungguh menyakitkan.
“Aku sudah mempunyai kekasih baru, pergilah” ucapku kepadanya. “Maafkan aku, maaf untuk rasa sakit yang kau tanggung” katanya. “Tidak masalah, rasa sakit itu sudah menjadi teman yang selalu mendampingiku” ucapku. “Semoga kau berbahagia dengannya, entah siapa aku tidak mengetahui dan aku berharap kau tidak akan merasakan sakit seperti aku menyakitimu”. “Aku pamit, terima kasih” pamitnya kepadaku. Dia mulai pergi dan menghilang dari pandanganku, air mata yang aku tahan sedari tadi pun mulai keluar dengan sendirinya.
Denganmu memang sakit tetapi aku mengetahui apa itu cinta ketika bersamamu, semua kenangan indah dan pahit selalu aku simpan dalam memoriku.
Selamat tinggal, kita hanyalah sebuah masalalu yang akan pergi dengan jalan masing masing, aku dengan jalanku dan kau dengan jalanmu.
“Semoga kau bahagia, Lan”.
Cerpen Karangan: Khoirunnisa