Dinginnya hembusan angin tak seberapa dibanding dengan dinginnya hatiku saat ini. Gelapnya awan tak seberapa dibanding kalutnya pikiranku. Dalam kacaunya aku, masih kupacu gas motor bututku. Menerjang angin yang sesekali menampar wajarku. Kucuran air hujan sembari menghanyutkan air mataku yang menetes, tak terhitung butirnya yang mengalir.
Kuingat kata-kata terakhirnya yang membuatku serasa tak bertulang, lemas, selemas-lemasnya. Lewat pesan singkat voice note yang ia kirimkan “kita sampai disini saja”.
Mungkin harusnya aku sadar diri sedari awal mengenalnya. Aku hanyalah wanita biasa yang tak punya harta. Hanya karena kita satu angkatan saat kuliah kesehatan dan aku kira dia serius bersama, aku meng-iyakan menjalin asmara. Namun apalah daya, setelah sama-sama mencari pekerjaan kita terpisah jarak yang membuat hubungan kita semakin berjarak. Dia yang bisa bekerja di kota besar sebanding dengan pendapatannya yang besar, sedangkan aku hanya honor di salah satu pelayanan kesehatan di kampung, yang tak seberapa hasilnya.
Musim berganti, seharusnya bulan Mei ini cerah. Tapi kenanganku membekas dan kelam. Berkali-kali aku mencoba melupakan, berkali-kali pula aku dibanjiri kenangan yang sulit dilupakan. Dan akhirnya aku kembali tergenang air mata kenangan.
Belum bisa kubuka hati ini, bukan karena tak ada minat. Tapi karena ingatan-ingatanku yang menyakitkan. Aku yang dia bilang seperti sampah, tak sepadan, dan tak bisa menunjang penghasilannya semakin membuatku insekyur ketika akan membuka hati.
Hari itu temanku mengajakku bertemu, kami berbincang banyak dan dia memberiku semangat untuk melanjutkan hidup. Dia mengajakku mendaftar seleksi CASN untuk tenaga kesehatan. Aku hanya meng-iyakannya, meskipun aku tahu akan berat saingannya, dan mustahil untuk lulus. Tapi akan aku coba, setidaknya ada kesibukan yang membuatku lupa akan deretan kenangan mantan.
Pelan-pelan kesibukan membuatku sedikit lupa. Tangis yang biasanya pecah tiap malam kini terganti dengan kesibukanku mencari materi ujian. Jika tidak lulus, setidaknya perasaan ini teralihkan oleh hitungan dan teori-teri kesehatan yang harus aku kuasai untuk ujian nanti.
Sampailah di hari itu aku dan temanku mengikuti ujian CASN. Kami 1 ruangan tapi terpisah tempat duduk jauh. Sebelum mengerjakan soal aku memulainya dengan berdoa “Ya Tuhanku, ku tahu Engkau Maha Baik, maka berikanlah aku kebaikanMu dengan mempermudah soal-soal yang kukerjakan. Izinkanlah aku membalas apa yang belum bisa aku balas, izinkan aku membuktikan apa yang belum bisa aku buktikan sebelumnya, aamiin…”
Bulan berganti, akhirnya pengumuman seleksi CASN pun tiba, aku tak begitu yakin dengan nilaiku, karena banyak yang lebih besar dibanding nilaiku, hanya saja aku tak tahu mereka di bidang apa.
Aku membuka link nya yang lama terbuka karena sinyal di kampungku susah dikala hujan turun. Kucari namaku setelah bisa terbuka. Pelan kususuri nama yang berawalan sama denganku. Dan aku terkejut. Namaku disana dan tertulis lulus. Aku berteriak girang sambil memeluk temanku yang berada disampingku. Dia masih sibuk mengskrol-skrol mencari namanya yang jauh dibawah. Sambil tersenyum dia dia akhirnya menemukan namanya dengan hasil lulus juga.
Bahagia tentunya bisa lulus bersama meskipun berbeda tempat kerja. Dia memelukku sambil berkata, “nanti kalo ada ASN yang ganteng aku kenalin ke kamu ya”… dan aku hanya membalasnya dengan senyuman.
5 januari 2020 akhirnya aku dilantik menjadi ASN. Yang awalnya tak terpikir sama sekali olehku mendapatkan pekerjaan yang layak, ternyata Tuhan berikan jalan. Menjadi ASN adalah idola di kampungku, walapun gajinya tak terlalu besar, tetapi pendapatannya stabil dan bisa menunjang di hari tua.
Kudengar mantanku yang memutuskanku pun ikut mendaftar ujian CASN, walapun berbeda daerah. Tapi kudengar dia tak lulus saat ujian. Dan hidup mulai berbanding terbalik sekarang.
Aku tak pernah berniat membalaskan dendam padanya. Hanya saja inilah puncak pembalasan terbaik menurutku. Jadilah lebih sukses dari orang yang pernah merendahkanmu.
Cerpen Karangan: Nuchayati Blog / Facebook: nurri real seorang bidan yang menyukai sasta