Jakarta, sebuah kota metropolitan kolosal yang tidak pernah tidur. Dimana jutaan orang kerja di siang hari dan istirahat dimalam hari. Disanalah terdapat orang bernama Alfred, seorang pekerja yang pintar dan berprestasi bahkan ia memiliki S2 di universitas terbaik di Indonesia. Ia ketika lulus langsung mendapatkan tawaran kerja di perusahaan-perusahaan ternama internasional, Seperti Texas Instrumen, Google, Intel dan lain lain. Bahkan gajinya pun sudah sangat bagus untuk seorang fresh graduate yang baru bekerja di perusahaan tersebut.
Awalnya ia sangat senang, semangat, energetik dan ceria. Tetapi makin lama ia semakin capek atau bosan atau hambar dengan hidup sehari-harinya. Ia bangun jam 5 tiap hari, lalu memasak telur dan nasi untuk sarapannya, dan berangkat menuju kantor dengan mobilnya sambil mendengarkan radio yang sama setiap hari, lalu kerja 8 jam hingga malam lalu pulang dan istirahat untuk hari esoknya dimana hal hal tersebut terulang lagi.
Sudah 5 tahun ia melakukan rutinitas tersebut bahkan setiap libur lebaran ia selalu ke Singapura atau tidak Bali. Hari Sabtu dan Minggu adalah satu satunya ia merasa tenang dan senang karena tidak ada kerjaan. Tetapi itu singkat, terlalu singkat.
Pada suatu hari ia mendapatkan kerja yang menumpuk karena rekannya tidak dapat datang karena sakit. Sampai akhirnya ia sudah muak serta capek dan memutuskan untuk nongkrong di sebuah bar di luar kantornya. “Ah bodoh amat, ke bar aja gua”
Dia pun turun ke bar dan langsung ke bar standnya dimana ia disambut dengan ramah oleh bartender yang bernama Bruce “Eh what’s up bro” ujar Bruce dimana mereka sudah berteman cukup dekat dan mengenal satu sama lain. “What’s up man” ujar Alfred sambil mengtos tangan Bruce. “Loe sehat bang?, stress amat keliatannya” tanya Bruce. “Capek gua cok, banyak banget kerjaan di kantor” Bruce pun langsung membuat minuman favoritnya Alfred sebuah Pina Colada dan memberikannya kepada Alfred. “Nih minum, biar seger pikiran loe” Alfred pun berterima kasih dan meminumnya.
Ketika sedang meminum datang seorang wanita cantik yang duduk di sebelahnya di bar stand, Ia pun melihatnyanya dengan cinta di tatapan pertama. “Eh, Auryn kenalin temen gua Alfred” ujar Bruce ke Auryn “Hii, nama gua Auryn” sapa Auryn kepada Alfred “Hi gua Alfred” balas Alfred “Lu kerja di lantai 17 kan?” tanya Auryn “Iya di Intel kok tau?” tanya Alfred dengan penasaran “Soalnya gua sering liat loe mondar mandir di lantai 17” balas Auryn “Hehe iya lagi bagiin laporan ke atasan banyak lagi laporannya” balas Alfred dengan senyum kecil “Oalah pantesan, eh omong omong besok mau makan siang bareng gak” tanya Auryn “Boleh, gua bisanya jam 1” balas Alfred “Oke gua juga bisanya jam 1, eh gua balik dulu ya dipanggil bos” balas Auryn “Oh ok”
Alfred sangat menyukai Auryn, dan sangat ingin mempunyai dia. Ia merasa bahwa Auryn adalah jodohnya yang dapat membuat hidupnya bahagia dan tidak hambar. Mukanya, suaranya, parfumnya dan tentu saja personalitinya membuat Alfred jatuh cinta.
Keesokan harinya ia menggunakan kemeja paling bagus yang ada di lemarinya dan parfum wangi untuk ke kantor, di perjalanan ia memasak kaset Backstreet Boys boyband favoritnya. Hari itu sangatlah cerah dan jalannya tidak macet seperti biasanya. Ia sangat memiliki perasaan yang baik untuk hari ini.
Di mejanya ia bekerja dengan giat dan cepat sambil mendengarkan playlist ‘happy mood’ nya di Spotify. Jam-jam yang sebelumnya terasa sangat lama menjadi cepat sudah jam setengah 1 dan ia bergegas ke kantin untuk menemui Auryn.
“Hii Auryn, dah lama nungguin?” ujar Alfred “Hii belum kok baru bentar” balas Auryn Mereka pun menyantap makan siangnya dengan lahap sambil berbincang mengenai pekerjaan dan hidup mereka. Bahkan mereka menukar nomor telepon satu sama lain.
“Eh lo malam Sabtu ada acara gak?” tanya Alfred “Kagak ada, ngapa emang” tanya Auryn “Mau ke bioskop gak, ada film bagus katanya aktornya juga bagus-bagus” tawar Alfred “Boleh habis dari kantor ya” ujar Auryn “Ok sip” balas Alfred
Setelah mereka selesai mereka pun kembali ke kantor masing masing dan melanjutkan pekerjaan. Alfred pun menunggu waktunya untuk pulang dia sudah capek dan ingin istirahat.
Hari berlalu-lalu dengan Alfred yang ceria dan giat mengenai hidupnya yang mulai memiliki rasa manis semenjak ketemu dengan Auryn. Ia mulai memperbaiki hidupnya seperti tidur tidak terlalu larut, dietnya mulai memakan makanan tanpa pengawet dan ia mulai nge-gym dan kembali rajin ke gereja setiap Minggu. Dan lebih baiknya ia mendapatkan jabatan baru yang tidak terlalu banyak pekerjaan kertasnya dan membayar sedikit lebih banyak dari jabatan sebelumya akibat dari kerjanya yang giat dan rajin.
Lalu tiba hari Jumat, setelah ia bekerja ia pun bersama Auryn pergi ke Kemang Village untuk menonton film, didalam studio pun Alfred mengungkapkan perasaannya ke Auryn dan Auryn pun melakukan hal yang sama.
“Eh boleh ngomong sesuatu gak ama kamu” tanya Alfred “Ngomong aja santai Fred” balas Auryn “Gua sebenarnya suka ama kamu semenjak kita ketemu di bar, kamu tuh cantik, humoris, ciri ciri kesukaan gua deh pokok” ungkap Alfred “Hehe bisa aja kamu, iya aku juga suka ama kamu semenjak kita ketemu di bar” balas Auryn “Mau jadian gak” tanya Alfred “Mau dong” ujar Auryn Dan disana mereka sudah resmi menjadi pacaran
Setelah menonton mereka ke toko baju untuk melihat-lihat baju baju dan membeli beberapa dan mereka berdua makan bersama untuk sekian kalinya. Setelah selesai Alfred pun mengantar Auryn ke rumahnya. “Makasih ya beb” ujar Auryn “Hooh” balas Alfred
Sepanjang perjalanan ke apartemennya ia pun sangat senang sambil berjoget joget ketika sedang menunggu lampu merah dan menyanyi-nyanyi sambil diterangi lampu lampu gedung pencakar langit Jakarta, ia telah menemukan kesenangan semenjak sangat lama. Ia sudah tidak merasa kesepian, bosan dan tentu saja hambar.
Mereka berdua menjadi pasangan yang sangat romantis dan mendukung satu sama lain tidak toxic, mereka selalu makan bersama, menelepon satu sama lain, jalan berdua ke mall. Bahkan mereka sampai berlibur berdua ke Bali dan mempunyai kencan yang sangat indah disana, di tepi pantai berdua menatap terbenamnya matahari dan ombak yang menyapu pantai dengan tenang serta ditiup angin laut. Mereka juga mempunyai rencana untuk menikah di masa depan ketika mereka berdua sudah merasa siap untuk berkeluarga. Alfred sekarang sudah merasa puas dan bahagia dengan hidupnya dia sudah tidak merasa seperti budak lagi melainkan merasa seperti orang bebas yang memiliki rasa kesenangan mengenai hidupnya.
Setelah sekian lama mulai dari awal yang sedih dan depresi menjadi akhir yang bahagia dan cerah hidup Alfred sudah tidak hambar lagi.
Cerpen Karangan: Joachim Binsar Tambunan