“KRINGGGG” Bel masuk berbunyi, kali ini Lido tidak terlambat kesekola. Kali ini Lido pulang tepat waktu. Lido pun terkaget didepan rumahnya sudah ada bendera kuning. “Ini kenapa ada bendera kuning di rumahku ya pak?” Tanya Lido ke Pak Rt “Maaf Nak, kamu jangan sedih, ibu kamu sebenarnya sudah lama mengalami penyakit jantung. Ini ada surat pesan dari Ibu Mu.” Ucap Pak Rt.
Isi surat Ibu Lido: “Nak maafkan ibu ya kalau ibu menyembunyikan penyakit ibu selama ini, ibu sebenernya ga suka liat kamu pulang sore mulu, ibu merasa kesepian, ibu ngerasa ga ada yang sayang sama ibu, ibu pengen kamu ada disaat saat terakhir ibu, maaf ya nak kalau ibu belum bisa mengabulkan keinginanmu menjadi pemain sepak bola, ibu selalu mendoakan Lido, agar menjadi anak yang baik di sekolah, agar Lido sukses. Ibu sayang dengan Lido, maaf ibu ya do, belum bisa jadi ibu yang baik buat Lido. Lido jadi anak yang sukses ya Nak, buat ibu bangga ya.” “Ibu… kenapa ibu secepat ini meninggalkan Lido, Lido belum siap kehilangan Ibu, Lido masih mau sama Ibu, maafin Lido Bu, kalau Lido belum bisa jadi anak yang baik buat ibu, Lido sayang banget sama Ibu. Ibu..” Ucap Lido sambil meneteskan air matanya.
Ditengah gelapnya suasana tiba tiba datanglah sesosok pria yang tampangnya tak biasa bagi Lido. “Maaf anda siapa ya?” Tanya Lido kebingungan. “Saya ayah kamu nak.” Jawab seorang pria itu. “Hah ayah, ngapain kesini ha? Ibu udah mati lo baru kesini kemana aja lo selama ini, ibu sendiri di rumah, ga ada yang jagain, tiba tiba dateng seenaknya di pemakaman ibu.” Kesal Lido “Maaf nak, ayah terlalu gila kerja sampai sampai ayah lupa dengan kamu dan ibumu.” Maaf ayah ke Lido.
Lido sangat sedih dan terpuruk, dunia seakan bukan lagi untuknya. Ayah Lido terlihat sangat merasa bersalah. Dia tak tahu bagaimana cara membujuk Lido agar mau memaafkannya. “Oh iya Lido kan suka bola, apa aku masukan dia ke les bola ya.” Ucap ayah sambil memikirkan cara membujuk Lido. Lido tanpa menyapa ayahnya ia langsung sarapan dan berangkat ke sekolah.
Sesampainya di sekolah ia duduk dan merenung, dia masih belum iklas kalau ibunya pergi meninggalkan dia. Senja dan Mia kebingungan karena tidak biasanya Lido merenung. “Nape lo, do?” Tanya Senja. “Ibu gue ta, meninggal gue sedih banget, gue ngerasa ga ada lagi yang sayang sama gue.” Ucap Lido sedih. “Lido kamu jangan terlalu berlarut dalam kesedihan ya, ayah kamu tadi titip pesan kalau misalnya kamu ikut les bola didekat sekolah, semua biayanya ayah kamu yang tanggung” ucap Mia sembari memberikan pesan ayah Lido kepada Lido. Lido terlihat senang dengan bujukan tersebut, akhirnya setelah selesai sekolah Lido langaung menuju les bola. Dia sangat senang, karena dia dipuji oleh coach dan teman temannya. “Baru kali ini aku dipuji.” Ucap Lido sambil tersenyum.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bupan berganti tahun., Lido sudah beranjak dewasa, Lido sudah bisa berdamai dengan keadaan. Lido sekarang sudah berkuliah dan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Tak terasa waktu berjalan cepat, semua yang berlalu biarlah berlalu.
Seorang wanita berparas cantik datang menghampiri Lido, wajah yang tak asing bagi Lido, wajah yang seolah seolah mengingatkan Lido terhadap masa lalunya, ya itu Senja. Senja sekarang sangat berubah, mulai dari cara berpakaiannya dan tutur katanya, membuat Lido semakin terpana dengannya.
“Hai kamu Lido kan?” Tanya Senja sambil tersenyum manis. “Hai iya aku Lido, kamu Senja ya?” Tanya Lido kembali. “Iya, gimana kabar mu sekarang, kamu bukannya sempet ikut les bola ya dulu gimana sekarang?” Tanya Senja penasaran. “Puji Tuhan kabar aku baik, iya sekarang aku udah jadi timnas senior di Indonesia, aku udah tampil diberbagai negara.” Jawab Lido. “Wahhhh keren bangett.” Jawab Senja salting tersipu malu. Senja mulai tertarik dengan Lido. “Senja aku duluan ya, mau ada ketemuan sama temen, byee.” Ucap Lido sambil melambaikan tangan ke Senja.
—
“Hai Lido.” Senja menyapa Lido sambil memberikan senyum manisnya. “Hai Senja, ada apa?” Tanya lido. “Aku mau ajak kamu ketemu papa aku, kata papa aku kamu pemain bola jago terkenal.” Jawab Lido. “Bolehh nanti aku juga bawa ayah aku ya.” Jawab Lido
Setelah selesai ke rumah merekapun menuju ke rumah Senja. “Shallom, Senja?” Salam halus Lido sebelum masuk kerumah Senja. “Hai shallom, Lido ya? Ini om, papa Senja, ayo masuk nak.” Sapa halus papa Neta, sekaligus mengajak Lido kedalam rumah Senja. “Hai Senja, hai om, kenalin ini ayah aku.” Ucap Lido sambil mengenalkan ayahnya. “Hai om, hai do.” Salam lembut Senja. Mereka mulai memulai percakapan bersama, mulai dari Lido yang merupakan atlet terkenal, hingga Senja si penyanyi terkenal.
“Hah Senja penyanyi yang lagu itu?” Tanya Lido dengan ekspresi kaget. “Iya doo, aku yang nyanyi itu.” Jawab Senja. “Itu lagi kesukaanku, aku baru tau penyanyinya kamuu, keren banget.” Jawab Lido dengan ekspresi senang.
Merekapun kembali ke rumah masing masing. Lido memiliki rencana untuk menembak Neta, tapi Lido sudah dijodohkan dengan seorang wanita oleh ayahnya.
Pagi hari disambut oleh merdunya kicauan burung dan indahnya rumput yang bergoyang, seolah mengajakku bersenandung bersama, dengan alunan musik yang indah. Lido berangkat ke tempat ia menempuh pendidikan. Sesampainya di sekolah Ia bertemu Senja, Lido langsung lari bergegas kearah Senja, dan siap siap menembak Neta dengan bunga yang sudah disiapkannya, Lido nekat sekali padahal ia sudah dijodohkan oleh ayahnya.
“Senja, aku suka sama kamu, kamu mau jadi pacarku?” Tanya Lido dengan gugup. Sontak suasana menjadi hening mendengar perkataan Senja. “Maaf Lido sebenernya aku juga suka kamu, tapi apalah daya aku sudah dijodohkan dengan seorang pria oleh ayahku, maaf ya sekali lagi.” Jawab Senja dengan wajah yang sedih. Senja langsung berlari ke kamar mandi, dan menangis sekencang kencangnya. “Ayah jahat sama aku, jahat. Ga pernah kasih kebebasan buat aku, aku capek” ucap Senja sambil menangis.
Di rumah Senja, Senja disambut oleh ayahnya dan ayahnya memberi tahu bahwa besok dia akan bertemu dengan calon suaminnya. Senja tidak bisa berbicara, Senja sangat sedih dan hampir terpuruk.
Sementara di rumah Lido. “Lido, besok kamu akan bertemu dengan calon istrimu.” Ucap ayah Lido. “Baiklah ayah.” Ucap Lido dengan muka sedih.
Keesokan harinya merekapun saling menemui calon mereka masing masing, dan ternyata mereka dijodohkan oleh kedua orangtua mereka. Betapa bahagianya mereka, menatap wajah satu sama lain dengan penuh bahagia. Sontak Lido langaung memeluk Senja dengan ekspresi terharu dan senang. “Makasi ayah aku sangat senang, kemarin aku nembak Neta, aku pikir ini akhir jalanku menemukan cinta dan ternyata tidak.” Ucap Lido dengan senang. Semua ekspresi tercampur aduk, kicauan burung serasa mengajak kita untuk menari bersama, hembusan angin yang damai membuat suasana menjadi nyaman, genggamlah erat janjiku ku genggam erat janjimu. Yakinkan lah diri kalian, jika ada cinta yang besar dan tulus, maka disitu akan ada keajaiban.
Senja dan Lido pun hidup bahagia dan dikaruniai buah hati cantik dan manis, mereka beri nama Asella Beatarisa Cadenza. Sella tumbuh menjadi seorang atlet sepak bola yang sangat sukses dan terkenal. Lido dan Senja sangat bangga kepada anaknya. Sella punya ada yang umurnya hanya beda 3 tahun darinya yang bernama Leo Nixon Adelio, Leo sukses menjadi penyanyi ternama dan berhasil meraih penghargaan pernghargaan. Senja dan Lido sangat senang dengan prestasi anaknya. Senja dan Lido hidup bahagia sampai maut memisahkan mereka.
Cerpen Karangan: Nehemia Renata, SMP Tarakanita 1.