Hampir 1 tahun berlalu namun masih saja seorang remaja perempuan merasa hidupnya terasa sama, tidak ada yang berubah. Dia Alisa. Menginjak bangku SMP kelas akhir.
Hari ini suara hujan begitu deras, menganggu pendengarannya. Begitu pula dengan pemandangan disampingnya yang membuat matanya terganggu.
“Kau kedinginan?” ucap seorang remaja lelaki yang sedang khawatir dengan kondisi pacarnya. “Ya, sedikit” perempuan itu menjawab.
Alisa hanya terdiam mendengarkan tanpa menoleh kearah samping, ia sedikit melangkah untuk menjauh dari dua sejoli itu.
“Alisa!, ngapain disitu, ayo kesini” bersyukur ada teman yang memanggilnya agar menjauh dari dua sejoli yang sedang khawatir satu sama lain. “Ah iya, sebentar” Alisa melangkah mendekati temannya. “Kau ini kenapa mendekat pada mereka, apa kau mau sakit hati lagi!?” temannya berbisik memarahi. “Aku tidak mendekat, secara kebetulan mereka berada didekatku” Alisa menjawab tanpa menoleh kearah temannya. “Baiklah terserahmu, yang penting jangan pernah kau mendekati mereka lagi” Alisa hanya mengangguk.
Sekilas Alisa mengingat bahwa ia pernah ada di posisi itu. Canda tawa disaat hujan dan khawatir satu sama lain. Namun itu hanya tinggal kenangan.
Tak sengaja Alisa menoleh kearah dua sejoli yang sedang bermesraan layaknya orang pacaran. Matanya bersitatap dengan sang remaja laki laki, 3 detik bersitatap, sang remaja laki laki mengalihkan pandangannya. Sementara Alisa masih menatap sang remaja laki laki dengan pandangan sendu.
“Aku sudah dijemput, tunggu hujannya reda, jangan menerobos hujan ya” sang remaja perempuan berbicara. “Baik, hati hati di jalan” sang remaja laki laki tersenyum.
Setelah sang remaja perempuan pergi, keheningan mulai tercipta, tiada lagi suara canda tawa mesra dari dua sejoli itu. Alisa yang sedang melamun dan sang remaja laki laki yang terdiam karena tidak ada hal yang pantas untuk dibicarakan.
Dia Afka, masalalu Alisa. Putus hubungan dari satu tahun lalu. Mereka hanya seorang mantan kekasih namun Alisa masih berharap untuk menjadi seorang kekasih lagi. Selama ini Alisa hanya diam ketika Afka bermesraan dengan perempuan selain dirinya, karena ia sadar bahwa ia bukan siapa siapa.
“Alisa, aku sudah dijemput” teman Alisa berbicara. “Aku pulang dulu, ingat kau jangan berdekatan dengannya” teman Alisa memberi pesan. “Ya” Alisa hanya menjawab singkat.
Kini tersisa hanya Alisa dan Afka.
Mereka hanya terdiam tanpa mau membuka sebuah topik pembicaraan. Mereka bagaikan orang asing yang belum pernah mengenali satu sama lain.
Rintik hujan semakin deras, Alisa mulai merasa kedinginan. Alisa menggosok telapak tangannya agar merasa hangat. Afka mulai peka dengan kondisi Alisa, ia mengerti jika Alisa sedang merasa kedinginan. Afka bingung harus bagaimana. Ingin membantu tapi rasa gengsi menguasai tetapi rasa kemanusiaan itu muncul perlahan lahan.
“Pakai ini” Afka menyodorkan sebuah hodie berwarna coklat miliknya kepada Alisa. Alisa menatap hodie yang berada di tangan Afka, lagi lagi ia mengingat bahwa ia pernah memakai hodie itu disaat Alisa merasa kedinginan. “Tidak, terima kasih” Alisa menolak.
Afka tidak suka dengan penolakan Alisa. Afka mengambil tangan Alisa lalu menaruh hodienya di tangan Alisa. “Tidak usah gengsi, aku tau kau kedinginan” Afka berkata dengan ketus.
Sejenak Alisa tersenyum tipis, ternyata Afka masih peduli padanya. “Ya, terima kasih” Alisa mulai memakai hodie milik Afka, badannya terasa sedikit hangat.
“Mengapa kau tadi menatapku” Afka bertanya tanpa menatap kearah Alisa. “Tidak sengaja” Alisa menjawab secara acuh. “Tapi pandanganmu sendu” tanya Afka. “Pandangan mataku memang sendu” Alisa berbohong. “Kau pikir aku tidak tahu jika kau berbohong? kita pernah bersama selama berbulan bulan” ucap Afka. “Mengapa kau mengungkit hal yang sudah menjadi masalalu?” jawab Alisa lirih, pandangannya kembali sendu. “Bukan seperti itu maksudku, tetapi aku tahu kau berbohong, bersamamu selama berbulan bulan membuatku tahu bagaimana sifatmu” ucap Afka.
“Maaf, jika kau masih ada rasa padaku, tolong hilangkan” sejenak Afka terdiam. “Aku tidak ingin kau merasakan sakit, ini sudah 1 tahun berlalu” ucap Afka.
“Nyatanya aku tidak bisa menghilangkan rasa untukmu, biarkan rasa ini tetap ada sampai waktu yang tidak bisa ditentukan, aku tidak pernah berusaha untuk melupakanmu atau berjuang untuk mendapatkanmu” jawab Alisa. “Aku hanya membiarkan rasa ini tetap ada di hatiku” ucap Alisa. “Tetapi hatimu sakit, aku tidak mau menjadi lelaki brengsek” ucap Afka. “Nyatanya kau sudah menjadi lelaki brengsek” setelah mengatakan itu, Alisa pergi tanpa pamit kepada Afka.
Afka hanya diam melihat kepergian Alisa, rasa bersalah selalu memenuhi pikirannya. Afka tidak bisa meminta untuk kembali karena ia sudah tidak memiliki rasa pada Alisa. Untuk apa hubungan jika tidak ada rasa didalamnya?, ia tidak ingin sebuah hubungan yang hambar.
“Semoga kau bisa mendapatkan lelaki yang selalu melimpahkan cintanya padamu” Afka berbicara lirih.
Cerpen Karangan: Khoirunnisa