Suatu pagi aku berangkat ke sekolah baruku. Aku pindah ke Bandung karena kedua orangtuaku ada urusan pekerjaan di sana. Sekolahnya juga tidak buruk bagiku malah terasa nyaman dan indah.
Setelah bel berbunyi aku masuk ke kelas. “Selamat pagi anak anak kita sekarang kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan dirimu di depan kelas” ucap walikelasku.
“Hai, aku Andika Pratama panggil saja Dika, asal Palembang, salam kenal semuanya” ucapku. “Sekarang kamu boleh duduk disana bangku yang kosong” ucap walikelasku. “Baik bu” ucapku dan duduk di bangku kosong.
“Hai, kenalin aku Dea” ucapnya dengan suara imutnya. Iya benar aku duduk disebelah perempuan manis itu. “Oh, iya salam kenal juga” ucapku dengan gugup. “Jangan tegang kayak gitu dong, aku gak gigit tau” ucapnya dengan tersenyum.
“Eh iya kamu itu ketua kelas dan ketua OSIS-kan, bisa tour guide in aku gak nanti haha” ucapku karena ingin mengelilingi semua fasilitas sekolah. “bisa kok kalo aku ada waktu bentar” ucapnya.
Bel istirahat pun berbunyi aku dan Dea jalan dari kantor OSIS sampai selesai. “Udah ingat semua fasilitasnya?” ucap Dea. “Udah kok udah ingat” ucapku. “Duh laper nih kantin yuk” ucapnya sambil menarik tanganku. “Eh, iya ayo aku yang traktir soalnya udah tunjukin semua fasilitas di sekolah” ucapku. “Eh, makasih banget soalnya uangku Cuma sedikit hehe” ucapnya dengan tersenyum asam. “Iya gapapa kok aku yang bayar nanti” ucapku.
Bel masuk pun berbunyi aku dan Dea bergegas masuk ke kelas. Karena jam pelajaran kedua jamkos kelas kami hening karena semua murid pada tidur. Tiba tiba aku di kagetkan dengan anak bertubuh gagah dan tinggi. “Hei, mau ikut ekstra basket?, ntar kudaftarin ke guru olahraga” ucapnya dan ternyata hanya menawarkanku untuk ikut ekstra basket. “Boleh saja, nama kau siapa?” ucapku. “Ahaha aku lupa mengenalkan diri aku Briyan salken” ucap Briyan.
“Hoaam, ribut banget disampingku” ucap Dea yang tidur nyenyaknya terganggu. “Eh, sorry tadi Briyan ketawa kenceng ahaha” ucapku. “Hadeh kebiasaan tuh anak kalo jamkos dia yang paling ribut di kelas” ucap Dea dengan tersenyum. “Oh iya Dea boleh minta IG mu?” ucapku dengan gugup. “Ciee, mau stalking ya ahaha” ucapnya dengan tertawa. “Duh, engga Cuma mau dm aja” ucapku. “Nih ntarku follback” ucapnya dengan tersenyu “Gila! Yang follow banyak banget woe” ucapku terkejut. “Wah wah jangan merendah dong kamu lebih banyak tiga ribu pengikut kau kira itu sedikit, hah” ucapnya dengan wajah cemberutnya yang lucu “Tenang dua ribu itu juga ga sedikit kok” ucapku.
“Eh iya ada pacar ga Dea” ucapku lagi. “Eh, engga ada emang kenapa?” ucapnya dengan malu. “Gapapa kok cuma mau bilang aja kamu mau gak jadi pacarku?” ucapku. “Mau kok siapa juga yang gak mau, lagian aku juga mau rasanya punya pasangan” ucapnya dengan gembira.
Jam terakhir pun jamkos lagi semuanya pada tidur lagi. hanya aku dan Briyan yang masih bersenang senang bermain game. “Aduh, knock lagi tolongin Dik musuhnya di belakang batu” Ucap Briyan dengan kecewa. “Sabar lagi isi ulang nyawa, mending kabur aja dah” ucapku dengan meledek Briyan. *DUARR “Duh kena bom pula sisa empat orang padahal” ucapku kecewa. “Mampus kena karma haha” ucap Briyan dengan ketawa kegirangan. “Udah dah habis ini mau pulang sono balik ke bangkumu” ucapku ke Briyan.
“Hei bangun, tidur mulu celanaku kena liurmu” ucapku untuk membangunkan Dea. “Eh, maaf sini kubersihin lho ga ada gitu liurnya” ucapnya dengan ekspresi kesal. “Salah sendiri ga bangun bangun, dah ayo pulang bel udah bunyi tadi” ucapku.
Aku pergi ke parkiran motor untuk mengambil motor sportku. Sedangkan Dea belum dijemput sama sekali. Aku menyalakan motorku dan bergegas ke Dea untuk mengajaknya pulang. “Mau kuanterin pulang, rumah dimana?” ucap ku sambil melepas helm. “Boleh lagian aku juga belum dijemput juga, di Perumahan Mawar gang Burung Cendrawasih nomor lima” ucap Dea. “Itu juga alamatku nomor tujuh rumahku” ucapku.
Setelah mengantar Dea pulang aku juga mampir di rumah, rumahnya juga rapi dan didesain dengan tema alam. Ya sepertinya Dea di rumah sendiri kedua orangtuanya juga masih kerja. Aku sedang menunggu dia bersiap siap karena ingin mengajaknya ke alun alun.
“Bajunya gimana sudah bagus kan?” ucap Dea dengan senang hati. “Eum, bagus kok tapi ada yang kurang” ucapku untuk membuatnya penasaran. “Apa itu sayang?” ucapnya. “Parfum, mau pakai punyaku?”. Ucapku. “Boleh boleh, mana?” “Nih sini aku semprotin ke baju kamu” ucapku sambil menyemprotkan parfum ke bajunya.
Setelah bersiap siap aku menuju ke rumahku terlebih dahulu dan meminta izin ke ibu agar diizinkan keluar. Kebetulan ibuku lagi menyiram tanaman di halaman rumah belakang. Aku bergegas masuk ke kamar dan bersiap siap agar Dea tidak menunggu terlalu lama.
“Loh Dika udah ganteng begini, memang mau kemana?” ucap ibuku “Kakak Dika mau jalan jalan sama pacarnya mah, tuh dia ada di ruang tamu” ucap adikku yang baru naik kelas tujuh. “Duh abang udah dapet pasangan aja ya sudah hati hati ya” ucap ibuku. “Ehe, iya mah aku berangkat dulu ya” ucapku
Setelah sampai di alun alun kami jalan jalan mengelilingi alun alun. Kami beristirahat di bawah pohon. Jam sudah menunjukkan pukul empat. Kami pun bergegas pulang karena sudah mendung. Di perjalanan pulang kami berteduh di sebuah Cafe yang tidak terlalu jauh.
“Emm, sayang nanti boleh gak aku menginap di rumahmu?” ucap Dea dengan lesu. “Emm, boleh emang ada apa?” ucapku penasaran. “Sebenernya kedua orang tuaku berantem mulu, aku udah capek melihat mereka berantem mulu tiap hari” ucapnya sambil meneteskan air mata. “Udah sini tidur di rumahku aja ada adikku yang bisa hibur kamu” ucapku sambil mengelus kepalanya. “Oh iya kamu ikut ekstrakurikuler apa?” ucap Dea. “Mungkin basket kalo ada badminton aku ikut juga kalo jadwal ekstrakurikulernya ga bersamaan” ucapku. “Badminton gak ada disini, yang ada tenis meja” kata Dea. “Oh gitu ya kalo aku ikut tenis meja mah ga jago sama sekali, adanya bolanya gak kena ahaha” ucapku sambil tertawa.
Sampai di rumah kami pun makan malam bersama sedangkan Dea sholat dan aku pergi ke gereja. Ya mungkin kami saling melengkapi tetapi kami juga saling mengingatkan meskipun kami berbeda agama.
Setelah semua kegiatan masing masing aku dan Dea keluar untuk mencari udara segar sambil berbincang. “Oh iya Dika dulu kamu sering ngajak mantan kamu begini?” ucap Dea sambil cemberut. “Tidak pernah justru kamu yang pertama kali masuik rumahku, emang ada apa kok Tanya begini?” ucapku penasaran. “Gapapa buat mastiin aja pernah apa engga hehe” ucap Dea.
Hujan pun turun kami bergegas masuk kerumah agar tidak kehujanan. Jam sekarang menunjukkan pukul dua belas malam. Dea tidur di kamar adik perempuanku. Sedangkan aku belum tidur karena sedang mempelajari Bahasa asing seperti Bahasa inggris, Bahasa jepang, dan lain lain. Karena aku ingin kuliah di luar negeri. Jam menunjukkan pukul satu malam. Aku bergegas tidur agar besok kegiatan jalan jalanku tidak kesiangan.
“Abang… ayo bangun udah jam delapan” ucap adikku dengan berbohong agar aku bangun. “Wait jam delapan, iya iya aku pergi mandi dulu” ucapku dengan panik.
Setelah selesai mandi. “Dingin banget sekarang” ucapku kedinginan. “Ada apa sayang kamu kedinginan ya?” ucap Dea. “Iya padahal sekarang jam delapan, terus kamu ngapain pake mukena jam delapan pagi?” ucapku penasaran. “Loh sekarang itu masih jam empat sayang, kata siapa jam delapan?” ucap Dea sambil tertawa. “Wah dasar adik laknat” ucapku dengan kesal. “WLEE… Abang kena tipu haha” ucap adikku dengan ledekannya itu.
Satu tahun kemudian. Setelah kami lulus kami mengadakan acara pesta. Au dan Dea pun hanya mengobrol berdua. “Dika mau kuliah dimana?” ucapnya dengan sedih. “Aku kuliah di Jepang, emang kamu kuliah dimana?” ucapku mempercayakan Dea. “Eh, sama dong aku sih di Universitas Sakura, Tokyo” ucap Dea. “Lho sama dong udah jangan nangis lagian ketemu lagi aja” ucapku sambil memeluk Dea. “Hehe iya aku kaget kukira di Inggris soalnya disana bagus bagus” ucap Dea terpesona.
Setelah kami berdua pulang untuk menpersiapkan diri untuk kuliah diluar negeri. Kami juga saling berbagi barang berharga agar tidak merasa kesepian. Setelah persiapan semua sudah siap kami pun saling mengucapkan salam. Kami membeli tiket pesawat yang berbeda. Dea menuju Tokyo sedangkan aku ke Hokkaido. Ya benar Tokyo dan Hokkaido sangat jauh jika ingin ke Tokyo membutuhkan waktu sekitar dua jam lebih.
Seminggu kemudian Dika tidak mendapat kabar dari Dea dan dia memutuskan untuk mengajaknya bertemu. Dia terpaksa harus membuka wassapnya untuk mengajaknya bertemu.
“Halo Dey, gimana kabarmu?” “Eh, Halo juga Dika baik kok, ada apa chat jam segini kamu gak tidur?” “Nanti saja, esok ada waktu luang kan kalo ada ayo ketemu di Taman Bunga Sakura” “Eum ada sih, okey besok aku tunggu di tepi taman” “Okey, jam Sembilan pagi ya ketemunya soalnya perjalanannya jauh, ya sudah aku tidur dulu ya” “Iya, Good night Dika-san”
Keesokan harinya Dika pergi ke Tokyo untuk menemui Dea di Taman Bunga Sakura. Sebelum menunggu kereta datang Dika membeli sekantong plastik buah jeruk. Kereta pun sampai dengan tujuan Hokkaido – Tokyo yang menempuh perjalanan dalam waktu tiga jam.
“Dey, udah sampe di taman belum?” “Belum Dika, ini nungguin dua temenku ikut juga soalnya” “Oh, bagus deh biar ga kesepian nanti soalnya masih sisa lima belas menit lagi sampe” “Iya aku tunggu ya, sampai ketemu nanti”
Setelah tiga jam perjalanan kereta pun sampai di stasiun Tokyo. Dika pun berjalan kaki menuju taman karena letaknya tidak begitu jauh dari stasiun hanya beberapa menit sudah sampai.
“DIKA!!” Teriak Dea dari kejauhan. Dika pun menoleh saat ada yang memanggil namanya dari kejauhan. “Iya, aku datang hehe” Dika pun lari dengan gembira dan memeluk Dea. “Dika, jangan erat erat sesak tau” Ucap Dea sambil menendang kaki Dika. “Hehe habisnya kangen sih, oh iya nih ada jeruk manis kesukaanmu” “Wah, makasih Dika” ucap Dea dengan gembira. “Iya sama sama Dea, mau jalan jalan sendiri tuh temenmu juga mau jalan jalan sendiri” “Iya, ayo emng mau jalan jalan kemana?” ucap Dea. “Mall boleh, kemana aja boleh” ucapku. “Kalo gitu temenin aku ke toko buku hehe lagi butuh buku soalnya” “Iya ayo aku yang bayar nanti” “Yakin bayarin bukuku, nanti uang kamu habis gimana?” ucap Dea ragu. “Iya aku bayarin kok, udah tenang aja”
“Oh iya akhir tahun ini kan libur ayo nikah, aku udah lulus soalnya pas akhir tahun ini” “Ehh, kamu ngajakin aku nikah? Ga bohong kan kamu serius kan” “Iya Dea aku serius kok” “Iya aku mau kok”
Setelah lulus kami berdua pun menikah. Semuanya diurus oleh mertua kami agar pesta pernikahan kami sangat meriah.
Cerpen Karangan: Moch. Salman A. Blog / Facebook: Bantal Keras SMPN 1 Puri