Hai.. namaku Mutia. Pada hari ini hari Jumat aku akan solo hiking di gunung Lorokan. Disini aku akan berangkat pada pukul 12.00. Sebelum berangkat aku akan meminta izin ke ibu terlebih dahulu.
“Ibu aku berangkat solo hiking di gunung Lorokan ya..” kataku sambil meminta izin. “Solo hiking lagi nak?..” ibu menjawab dengan nada kaget. “Iya bu.. seperti biasa” “Iya tapi tetap jaga diri ya nak” jawab inu sambil mengingatkanku.
Lanjutlah aku naik motor kesayangan dan berhenti sejenak di minimarket untuk membeli logistik buat nanti malam dan sarapan pagi besok. Setelah selesai membeli bahan bahan aku lanjut perjalanan, di tengah tengah perjalanan turun hujan yang lebat dan aku pun berteduh di sebuah gubuk di pinggir jalan.
“Ciiiiitt brrruuuuaaaaakkk” “Aduh ya Allah” terpresetlah aku saat hendak belok ke gubuk. “Sial!, jalanya licin banget” umpatku kesal
“Lohh lohh mbakk awas jatuh jalannya licin” ujar mas mas yang ada di gubuk sambil membantu mendirikan sepedaku. “Iya mas, sudah jatuh juga kok” kataku sambil kesal mendengar perkataannya. “Terimakasih ya mas sudah membantu” ungkap terimakasihku kepada mas mas itu.
Setelah 1 jam menunggu hujan reda di gubuk akhirnya aku lanjut perjalanan ke bascamp. Tidak lama aku sampai bascamp tepat jam 15.15, setelah itu aku menuju tempat registrasi dan habis 20 ribu, 5 ribu untuk parkir 15 untuk tiket pendakian dan mendapat voucher 5 ribu untuk ditukar di warung atas.
Di track awal banyak sekali perkebunan warga. Perjalanan dari bascamp ke pos 1 yang landainya panjang banget. Tiba tiba sampai di jembatan bambu alas dan pos 1, di sini rame banget sepertinya habis ada acara, disisni juga aku menukarkan voucher 5 ribuku tadi di warung. Aku menukarnya dengan pop ice rasa bubble gum.
“Ibu… mau nuker voucher” kataku “Iya boleh, mau ditukar dengan apa nak?” tanya ibu warung. “Pop ice rasa bubble gum bu..” “Iya nak tunggu sebentar ya..” kata ibu warung sambil bergegas membuatkanku pop ice. “Monggo pop ice e sampun mantun” kata ibu warung sambil memberikan pop ice nya. “Matursuwun bu” “Sami sami.”
Setelah itu aku lanjut ke pos 2. Dari pos 1 ke pos 2 hanya memerlukan waktu kurang lebih 3 menit, dari pos 3 ke puncak bertemulah hutan terbuka dan gerimis yang menemani, tetapi aku tetap lanjut untuk cari tempat camp. Yaa tepat pukul 15.57 sampai di puncak gunung Lorokan. Lalu aku mendirikan tenda untuk istirahat. Di puncak sepi sekali dan hanya ada tendaku saja.
“Srek srek srek” suara langkah seperti meuju kemari “Kayaknya ada pendaki menuju kesini deh” kataku sambil mengeluarkan kepala dari tenda untuk melihat. “Wah iya ada pendaki, kakk… sini kak bangun tenda di sebelah tendaku aja” ajakku karena aku kesepian. “Ehhh.. iya iya mbak” jawabnya sambil terkejut.
Mereka mendirikan tenda dan aku makan yang aku beli di minimarket tadi, setelah makan aku istirahat sebentar karena capek.
“Ehh lohh udah pagi aja” kataku yang ketiduran Tepat jam 06.45 aku bangun dan cuci muka lalu sarapan roti dan susu dan ditemani kabut yang tebal dan sudah banyak tenda yang berdiri karena banyak pendaki yang naik. Lanjut aku jalan jalan sambil lihat view gunung gunung berseberangan.
“Akhirnya cerah juga, setelah kabut yang menyelimuti gunung ini” kataku sambil menunggu cerah yang sebelumnya kabut. “Iya ya mbak viewnya juga bagus” saut mas pendaki sebelah “Eh masnya iyah nihh cantik banget” “Iya cantik banget kayak mbak” kata mas prndaki sebelah sambil modus “Ahh bisa ae” kataku dengan tersipu malu.
“Mbakk ternyata mendaki gunung sangatlah melelahkan ya..” kata mas tenda sebelah “Iya bener” sautku “Tapi… lebih lelah mendaki cinta bersamamu” kata mas pendaki sebelah yang ingin membaperiku “Ahh sudah mas nanti baper loo aku” kataku sambil kebaperan “Gapapa mbak aku ikhlas tanggung jawab kalo mbak baper”
“kalo boleh tau nama mbaknya siapa ya?, kenalin aku Rendy” tanyanya sambil membalurkan tanganya. “Mutiaa” jawabku sambil menyatukan tangan “Mbak mutia rumahnya dimana?” tanya Rendy mas pendaki sebelah. “Aku dari kota Batu” jawabku dengan sedikit risih kepada Rendy yang bertanya tanya “Mbak Mutia boleh minta nomor whatsappnya?” Rendy yang terus mendekati. “Boleh.. catat yaa 088935275318” jawabku yang ingin cepat cepat pergi meninggalkan Rendy “Oke makasih mbak” ungkap terimakasih Rendy “Iya sama sama. Aku duluan yaa” kataku yang ingin bergegas pergi. “Buru buru banget mau kemana?” tanya Rendy yang tidak mau aku tinggal “Mau packing, mau turun juga sudah waktunya turun” jawabku “Aku juga” saut dia yang ikut ikutan.
Setelah itu aku menuju tenda bersamanya, dengan tenda yang bersebelahan. Aku memulai melipat tendaku dan dia juga melipat tendanya. Tepat pukul 10.00 aku sudah mau menuju bascamp. “Mas aku duluan ya..” pamitku kepada Rendy “Sebentar mbak, bareng aja turunya” sautnya yang ingin turun bersama “Iya mas”
“Ayo mbak kita turun” katanya sambil mencangklot tas cariernya “Mbak sebelum e aku minta maaf ya kalau tadi aku ngganggu mbak mutia dan jadi risih.” Katanya sambil meminta maaf padaku “Iya mas ndak papa santay aja” kataku nyang lega mendengar permintan maafannya.
Perjalanan tidak terasa tiba tiba sudah sampai di pos 1 saja. “Mbak istirahat dulu biar ga capek” kata Rendy yang perhatian “Iyaa” jawabku “Bentar ya mau beli ke warung” kata Rendy “Iya silahkan mas”
Tidak lama kemudian dia membawakanku segelas teh hangat. “Mbak diminum dulu biar anget badannya” perhatian Rendy “Lohh ndak usah mas” aku menolak karena sungkan “Diminum mbak, mbak mutia kedinginan gitu ayo diminum biar ndak masuk angin” kata Rendy yang perhatian dan membuatku kagum. “Iya deh mas makasih banyak ya, jadi ngerepotin mas aja”
Setelah selesai minum minuman hangat aku dan Rendy lanjut ke bascamp. “Ayo mas lanjut” ajakku “Mbak panggil Rendy aja” katanya yang tidak ingin dipanggil mas. “Iya Rendy, kalo gitu panggil aku Mutia aja” aku yang ikut ikut.
Kita berdua melanjutkan perjalanan dan cerita cerita apa saja dan cara dia berbicara dan berperilaku padaku tiba tiba aku kagum dengan sifat dia yang sangat baik, tidak seperti yang aku bayangkan.
Tidak terasa sudah sampai di bascamp tapi rasanya ingin tetap berjalan bersamanya. “Rasanya tidak ingin berakhir” kataku tidak sengaja “Apa Mut? Apanya yang tidak ingin berakhir?” tanyanya dengan pensaran. “Ndakk, enn enn endakk kok” jawabku sambil gugup “Pasti tidak ingin berakhir bersamaku ya” kata dia yang membuat aku malu
“Mutia aku boleh jujur ga?” kata Rendy “Iya, ada apa emang” jawabku dengan santay “Sebenernya dari kita turun bersama kagum sama kamu, ada perempuan yang diajak susah bareng tu mau kalau lelah ndak bilang atau sambat” katanya yang membuatku bingung “Perempuan ga harus lemah, aku diajarkan untuk menjadi perempuan mandiri karena tidak semua laki laki bisa ngertiin perempuan” jawabku “Iya bener jadi gimana?” tanya Rendy “Apanya?” jawabku dengan kebinhungan “Kamu mau nggak jadi pendamping hidupku?” Ajak Rendy “Kenapa ga pacaran aja?” tanyaku sambil mengetes “Aku sadar bahwa mendaki itu bukan untuk menaklukan. Tapi untuk belajar pada alam tentang mencintai yang tulus” “Aku ga mau pacaran, mending langsung itu juga kan ajaran agama kita” jawabnya dengan santai “Baiklahh” jawabku dengan senang hati
Kita berdua yakin dengan keputusan kita, dan kita pun menjalankan ini semua dengan bahagia dan senang.
Cerpen Karangan: Valda dhia, SMPN 1 Puri Blog / Facebook: Valdadhiq