Pedih rasanya. Itu yang kupikirkan setelah melihat Jacob, orang yang aku sukai Bersama dengan Wanita lain. Maksudku, memangnya salah jika aku merasa cemburu? Kutanyakan lagi pada hatiku. Apa kau benar-benar menyukai Jacob? Kenapa kau tertarik dengannya? Apa kau menginginkannya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja berputar di kepalaku. Tanpa kusadari, mataku berkaca-kaca
“ah, begitu” ucapku Aku akhirnya menyadari. Sepertinya aku hanya menyukai tampangnya saja. Jacob jarang dan bahkan hampir tidak pernah berbicara kepadaku. Apakah dia benar-benar tau tentangku? “bodoh” pikirku
aku berlari ke luar gerbang. Ah ingin sekali aku pulang ke rumah. Aku langsung berlari kearah rumahku, mengunci kamar, dan akhirnya menangis tersedu-sedu. Terdengar ketukan pintu dari depan kamarku “Mia? Buka pintunya sayang, kamu belum makan dari tadi..” ah, bukankah itu suara ibu? Aku harus segera membukakan pintu kan? Tetapi tubuhku tak dapat bergerak. Ya memang aku tidak suka mengunci kamarku, setelah kejadian ayahku meninggal tentunya.
Pintu kamarku mulai terbuka kecil “boleh ibu dengar ceritamu hari ini?” kata ibu sambil melemparkan senyum ibu yang paling hangat padaku. aku terdiam. lalu mulai berbicara “ibu, kenapa ibu mau menikahi ayah?” ucapku sembari mengelap air mataku “tumben sekali? Kamu punya masalah dengan cowok di sekolah?” “begitulah bu..”
Ibuku sepertinya sedikit tidak nyaman dengan perkataanku barusan. Aku dan ibu terdiam. Beberapa saat kemudian ibu mulai bercerita. “dulu, ibu pernah menyukai orang lain yang tentunya bukan ayahmu” ibu memulai cerita. “ibu sangat suka dengan orang itu, kami juga dekat. Sayangnya orang itu tidak bisa menerima perasaan ibu. beberapa hari setelah ibu mengungkapkan perasaan ibu, ibu melihatnya Bersama teman ibu. Hal itu sangat membuat ibu sakit hati, hingga ibu menangis, berharap tidak akan bertemu dengannya lagi. Bertahun-tahun kemudian, ibu bertemu ayahmu, yang sifatnya jauh berbeda dari orang itu. Dan ibu dan ayahmu semakin dekat. Dan kami pun menikah” ibu mengakhiri ceritanya
Ibu mulai tersenyum “sepertinya ceritanya lebih ke orang yang dulu ibu sukai ya? Aku hanya diam sambil mendengarkan cerita ibu. Tak dapat kuungkapkan perasaanku. Bagaimana Jacob sekarang ya? Apakah aku harus mengungkapkan perasaanku kepadanya juga? Ataukah aku harus menunggu, seperti yang ibu lakukan? Senyum mulai mengembang di wajahku. “Segar” pikirku. Banyak sekali waktuku terbuang hanya untuk memikirkan Jacob.
Esok harinya, hari yang indah bagiku. Tentu saja. Kurasa ini seperti diberi Tuhan kesempatan hidup untuk kedua kalinya. Aku juga mulai memikirkan tentang masa depan yang mungkin akan kujalani. Saat aku berjalan di koridor, aku melihat Jacob dengan Wanita yang bersamanya kemarin.
“Jacob!” kupanggil Namanya dengan perasaan yang campur aduk. Sedih, marah, takut, dan mungkin senang. Jacob melihatku lalu berkata kepada Wanita itu “Sena, tunggu disini. Jangan pergi kemana-mana” Sena-Wanita itu tersenyum dan mempersilahkan Jacob
“Ada apa?” ujar Jacob dingin “begini, aku sebenarnya menyukaimu. Tapi aku tidak masalah jika kau tidak ingin menanggapi atau bahkan tidak peduli. Aku hanya ingin mengatakan kalau aku bersyukur kau sudah mendengarkanku walau sekali. Maaf kalau aku mengganggu waktumu” — setidaknya begitu. Aku tidak yakin ekspresi apa yang ditunjukkan Jacob padaku. Yah, aku senang sudah menumpahkan seluruh isi hatiku. Aku sudah tidak peduli lagi apa yang akan dilakukan Jacob dan sena.
Aku menjalani hidupku dengan tenang-tanpa ada perasaan cinta lagi. sampai umurku 21 tahun, lulus kuliah aku bertemu lagi dengannya. Jacob. tetapi kali ini tidak bersama Sena. aku mulai mendekatinya lalu berbicara kepadanya. “Hai. kau ingat aku tidak?” “aku tidak tau. untuk apa aku peduli?” ujarnya “begitu ya? senang bertemu denganmu lagi” balasku Aku melihat wajahnya matanya terlihat berkaca-kaca. “Jacob?” “Aku minta maaf, Mia”
Cerpen Karangan: Kamalaa Blog / Facebook: Kamala biranna tidak banyak. hanya ingin mengatakan kalau mungkin cerpen yang aku tulis tidak terlalu menarik (saya juga masih SD). ini hanya hobiku saja. semoga para pembaca dapat mengambil arti dari cerpen yang saya buat. terima kasih