Malam-malam yang dihiasi bintang, malam-malam ketika terjalin mimpi dan harapan orang-orang, malam-malam yang dirindukan, malam-malam yang tak terulang lagi, malam-malam yang tak dapat dilupakan dan malam-malam yang malang.
Malamku pernah diisi oleh suaramu, suaramu yang buat tidurku pulas sebelum kosong dan sepi seperti saat ini. Sekarang ku hanya bisa membaca pesan digital beberapa Minggu yang lalu, aku pernah menyia-nyiakan waktu tidurku demi mendengarkan Kanaya yang cantik berbicara tentang hari harinya. Menikmati malam malam dengan bersenda gurau dengan teman bukan lagi dengan Kanaya.
Malamku kembali normal. seperti orang biasa, tak spesial. lelah, letih dan harapan untuk hari esok menjadi satu. Serta kesepian yang ikut menyertai malam yang dinanti, menjadi malam yang paling berusaha untuk dihindari. agar tidak teringat dengan Kanaya.
Pagi yang monoton kembali dalam jadwalku. aku bergegas memakai seragam, bersepatu, memakai dasi, pergi menuju tempat menimba ilmu dan segera memarkirkan sepedaku.
Menjalani kehidupan datar, rasa-rasa yang hambar, tanpa dorongan kata-kata dari Kanaya yang membuat diriku bersemangat, seperti pelangi tanpa warna mungkin kalimat tersebut dapat mempresentasikan diriku pada saat itu. Tertawa paling keras saat temanku membuat lelucon, berusaha bergaul dalam keramaian. Mungkin salah satu cara untukku melupakan Kanaya meskipun bertahan sekejap. mungkin hadirmu kembali hanyalah suatu angan angan untuk membuat diriku bahagia.
Cerita kita berdua telah usai, waktunya membuat lampiran buku baru yang berisi halaman tanpa batas ditambah hadirnya nama nama baru di halaman tersebut. kamu datang lalu pergi, rasa sendu satu melebur menjadi satu. aku tahu aku tidak hancur, hanya kehilangan sebagian diri dalam meraih mimpi, nanti pasti sembuh lagi.
Cerpen Karangan: Raffi Dwi Siswa SMPN 1 puri