“Kenapa semalam harus bergadang nonton drakor, jadi telat bangun” gerutuku. Aku asti seorang gadis desa lulusan sma. Aku bekerja di salah satu pabrik garment terbesar di kotaku.
Aku semakin mempeecepat laju motorku, untung belum terlambat, buru buru kuparkirkan motorku dan bergegas scan absen. “As, tumben kamu datang lambat” teriak rini dari mejanya. “Iya, semalam nonton drakor” kataku nyengir.
“As dengar dengar nanti anak pemilik pabrik mau datang, inspeksi” kata rini serius. “Oh ya, bagus dong biar kamu kerjanya gak ogah ogahan” timbalku nyengir. Rini melotot ke arahku. Kami segera bergegas bekerja.
Pukul 11 tepat kulihat serombongan staf dan manager pabrik mengantarkan seseorang keliling ruangan kami. Aku cuek dan tetap bekerja tanpa menoleh lagi ke arah rombongan itu. Kudengar manager kami memberikan pengumuman semua karyawan menghentikan kerjanya dan berkumpul di tengah ruang.
“Ada apa ya” bisik teman kerjaku. Aku hanya mengangkat bahu. “Asti ayo kedepan, aku mau lihat anak pemilik pabrik ini” kata rini sambil menarikku Aku lepaskan tangannya sambil geleng kepala. Dia manyun dan bergegas ke barisan depan.
“Teman teman semua, saya mau memperkenalkan anak pemilik pabrik ini dan sekaligus akan mengambil alih pabrik ini, beliau adalah banyu adipta”. Deg.. Aku terkejut saat, manager kami memperkenalkan pemilik baru itu. Banyu.. Nama itu mengingatkan aku pada seseorang. Tapi aku tetap tidak bisa melihat banyu yang sama apa bukan, karena terhalang karyawan lain.
“Hallo semua saya banyu, semoga kita bisa bekerjasasama dengan baik ya” sapa banyu. Semua karyawan menjawab kompak “Iya pak”. “Ya sudah kalian boleh lanjut kerja” kata pak manager, aku mau bergegas balik tapi rini memanggilku. “Ada apa?” kataku. “As ganteng lho pak banyu, masih muda lagi” tukasnya. “Aku tadi tidak bisa melihatnya, tapi next time kan bisa lihat tiap hari” kataku. Kami melanjutkan kerja.
Saat jam pulang kerja rini mengahampiriku. “As aku mau duluan ya, kamu kalau pulang hati hati”. Kata rini “Iya rin, kamu juga hati”. Jawabku. Aku bergegas ke parkiran di sana masih ada beberapa teman kerjaku. “Kami duluan ya as” teriak toni. Aku tersenyum sambil melambaikan tangan. Aku stater motorku tapi kenapa tidak bisa, kucoba terus tapi tetap tidak mau nyala, hampir 10 menit aku mencoba.
“Kenapa motormu as” tanya pak zaenal dari belakang. Pak zaenal pengawas lane kami. “Anu pak, gak tau tiba tiba gak bisa hidup, padahal bensinnya full” jawabku. “Sini aku coba” kata pak zaenal sambil mencoba menghidupkan motorku. “Wah kok gak bisa ya as, bapak juga gak tau soal motor” jawabnya menyerah.
“Ada apa pak” tiba tiba sesorang datang dari belakangku. “Anu pak motor karyawan sini gak bisa hidup sudah saya coba juga gak bisa, padahal masih ada bensinnya” jawab pak zaenal. Aku diam tidak bergeming fokus lihat motorku kenapa mati. “Sini pak saya coba” jawab lelaki itu “Emang bapak bisa?” tanya pak zaenal. “Maaf mb, saya coba dulu mungkin businya harus diganti” kata lelaki itu. Spontan aku berbalik melihatnya “Banyu”. Tanyaku kebingungan Dia menoleh padaku.
Ya dia banyu, banyu teman sma ku, dia yang selama setahun mengisi hatiku sebelum akhirnya aku merelakan dia untuk sahabatku ana, walaupun sakit hatiku saat itu dan dia pun menolak tapi aku pergi dari kota kami pindah kesini. Dan tidak pernah buka hati tuk lelaki manapun. Kini setelah 3 tahun tidak pernah ketemu tiba tiba dia hadir disini. Jadi banyu adipta pemilik baru pabrik ini adalah banyu mantanku Tak terasa bulir bening jatuh di pipiku.
“Asti?, benar ini kamu?” tanya banyu gak percaya. Dia menghampiriku, merengkuhku dalam pelukannya. Aku tetap diam. Kulihat pak zaenal kebingungan. Aku buru buru melepas pelukannya. “Kenapa? Kenapa kamu tinggalin aku, selama bertahun tahun aku mencarimu”. Dia mencecar pertanyaan. Aku hanya menunduk dan menangis, bahagai, takut. Kalau dia sudah bahagia dengan ana akupun akan bahagia.
“Bagaimana kabar ana ban?” tanyaku membuka kata. Dia hanya geleng geleng. “Pak, saya antar asti pulang, biar motornya disini saja,” kataa banyu ke pak zaenal. Dia menarik tanganku ke sebuah mobil hitam tak jauh dari parkiran motor
Hampir 20 menit kami diam tanpa kata. Akhirnya aku buka suara saat mobil banyu belok ke arah tempat makan. “Kenapa kita kesini ban?” tanyaku. “Aku mau kamu kasih penjelasan kenapa kamu menghilang” katanya kulihat matanya memerah. Aku hanya menunduk, dia orde makanan kesukaanku dia pun tak lupa order es teh tawar dengan lemon. Dia masih ingat semua kesukaanku.
Kami makan dalam diam, selesai makan dia buka suara. “Kasih penjelasan sekarang as” pintanya. Aku menarik nafas dalam dalam. “Banyu gimana kabar ana?, apa kalian sudah menikah?” tanyaku tanpa melihat dia. “As, kamu bicara apa? Ana ana siapa peduli ana” jawabnya meninggi. Aku terkesiap, dulu aku mengenalnya sedikitpun dia belum pernah membentakku. Kulihat dia menatapku tajam. Aku siapkan kata kata biar dia tidak tersinggung.
“Maaf ban, aku pergi bukan karena ingin melupakanmu, bukan tidak sayang kamu, tapi kamu tau kan persahabatanku dengan ana, dia suka kamu dan kulihat saat kalian ngobrol kelihatan bahagia” Kataku menarik nafas. “Terus..” tanya banyu masih menatapku tajam. “Saat ana bilang dia kena kanker otak dan dia mau aku meninggalkanmu disitu akupun sakit hati. Tapi saat kita acara kelulusan dan dia pingsan dan kamu membopongnya ke uks. Dan kamu panik banget. Disitu aku merasa aku egois. Ana mencintaimu, kamu pun mengkhawatirkannya. Aku berasumsi kamupun mencintainya. Malamnya aku pamit ke ortuku ke rumah budeku di jogja. Baru setahun ini aku kembali kesini, maafkan aku ban, jika kau bahagia dengan ana akup…” belum selesai aku bicara dia menutup mulutku. “Kamu diam ya” katanya penuh emosi. “Aku tidak pernah ada perasaan apapun ke ana, setelah hari itu pingsan aku antar dia ke rumah sakit, tapi dokter bilang dia tidak ada penyakit apapun dia begitupun karena diet, dia juga memintaku untuk menjaganya, dia juga nembak aku. Dari situ aku muak padanya bahkan sampe saat ini aku tidak pernah ketemu dia. Kamu tau tidak kamu itu diperalat sahabatmu” penjelasan banyu membuat aku syok.
“Kamu tahu tidak aku 2 tahun pertama hampir tiap hari kerumahmu sampai ibumu tidak mau mebukakan pintu untukku, cuma setahun belakangan ini aku tak lagi datang karena aku mengurus pabrik di surabaya, baru kemarin aku balik sini, rencana lusa aku mau kerumahmu lagi, tapi tuhan baik padaku, kembali mempertemukan kita” katanya sambil memegang tanganku. Aku tidak bisa berkata apa ternyata selama ini dia masih mencariku.
“Asti selamanya rasa ini tetap untukmu” kata banyu sendu. “Maafkan aku banyu, aku yang salah aku yang gegabah” kataku panik. “Sudahlah asti, apakah kamu lagi menjalin hubungan dengan sesorang?” tanyanya penuh selidik. “Sejak aku pergi, sampai sekarang aku tidak buka hati tuk siapapun” jawabku “Aku ingin menikahimu, aku tidak ingin kehilangmu lagi, nanti malam minggu aku bawa kelurgaku melamarmu, aku tidak perduli apapun lagi” katanya mantap. Aku kaget “Apa tidak sebaiknya kita mulai dari awal lagi ban?”. Kataku menenangan diri, kenapa tiba tiba dia mau melamarku bukankah kita baru bertemu kembali. “Tidak as, aku akan menikahimu segera kalau bisa sekarang, ayo aku antar kamu pulang” katanya semangat. Dia menggandengku keluar restoran, ada rasa bahagia dalam hatiku.
Cerpen Karangan: Langit Ujung Kota Blog / Facebook: Choukawaii