Sepanjang perjalanan pulang dia menggenggam erat tanganku, aku jadi risih, gak enak juga sama sopirnya “Ban, lepas.. Malu sama pak rinto” kataku berbisik. “Kenapa, aku ingin semua orang tahu aku sudah menemukanmu” katanya lepas. Pak rinto hanya tersenyum.
Sampai rumah kulihat bapak dan ibu di depan rumah mondar mandir. “Assalamu’alaikum pak, bu”. Sapa bayu menyalami mereka. Mereka menjawab salam kebingungan “Banyu” kata bapak terkejut “Kok bisa kalian ketemu?” tanya ibu bingung. “Tadi motor asti mati bu padahal bensin full, mungkin businya, terus banyu mau nolongin tapi tetap gak bisa” jawabku menjelaskan. “Yo gak mungkin businya nduk, baru bapak ganti seminggu lalu” jawab bapak. “Ini sudah takdir pak, kalau motor asti gak mati, saya gak ketemu dia,” banyu menimpali. Bapak dan banyu ngobrol di ruang tamu, aku bergegas mandi ketika kulihat ibu lagi buatin kopi buat bapak, banyu dan pak rinto.
Selesai mandi kulihat bapak masih mengobrol dengan banyu. “Asti, nanti malam minggu nak bayu mau bawa keluarganya kesini, gimana nduk kamu setuju?” tanya bapak bijak. Aku tersenyum dan mengangguk. Kulirik bayu mengedipkan matanya Ni bocah ada bapak juga jahilnya muncul.
Aku buru buru membuka suara. Takut dia makin jahil. “Banyu, sudah malam besok kita kerja lho” kataku mengusir halus. “Tenang sayang, besok aku liburkan pabrikku” katanya sambil tertawa. Ada bapak dia panggil sayang, Bapak melirikku sambil tersenyum, banyu bangkit dari duduknya pamit sama bapak dan ibu
Aku mengantarkan ke teras depan, “Besok aku jemput kamu sayang” katanya berbisik. “Jangan panggil sayang, tidak usah besok aku naik bus saja” kataku menimpali. “Enak aja, assalamu’alaikum” pamitnya sambil mencubit hidungku. Kebiasaan dari dulu tidak pernah hilang
Mobil dia meninggalkan halaman rumahku. Aku masuk sudah ditunggu ibu bapak. Kami bicara rencana selanjutnya, ibu bilang banyu lelaki yang baik perjuangan dia selama 2 tahun mencariku sudah membuktikan dia benar benar mencintaiku.
Paginya pukul 07. 30 banyu sudah datang, tumben hari ini dia tidak bawa mobil. Dia datang dengan motor sport merah, jacket jeans biru dan sepatu putih. Ketika dia buka helmnya. Aku terpana. Kenapa hari ini dia beda banget, postur tinggi tegap dengan wajah manisnya yang dihiasi lesung pipit dan senyum manis, wanita mana yang tidak tergoda. Ana aja sampai melakukan berbagai cara tuk mendapat banyu.
“Hei, sayang kamu melamun, kenapa aku keren ya” sapa dia sambil mencubit hidungku. Aq tersadar sambil camberut. “Ich bedaknya luntur gak rata ni” kataku kesal sambil kuambil bedak di tasku lalu touch up lagi. Dia hanya tersenyum lalu menyapa bapak dan ibu. Lalu aku pun bergegas pamit pada orangtuaku.
“Nak banyu hati hati ya, nitip asti” pesan ibuku. “Siap bu” kata dia mulai menghidupkan mesin.
“Tumben bawa motor?” tanyaku saat motor melaju di jalanan. “Mau mengenang masa indah dulu. Hahaha. Pegangan sayang”Katanya sambil meraih tanganku. Entah kenapa bahagia hatiku saat ini.
Motor banyu memasuki gerbang pabrik, banyak karyawan yang melihat kami. Tapi aku tidak begitu malu karena pakai helm. Banyu memarkirkan motornya di parkir karyawan. Pak zaenal menghampiri kami. Dia terlihat kebingungan melihat kami bersama.
“Kenapa pak? Asti ini calon istri saya, kami dari sma sudah pacaran” jelas banyu, pak zaenal terkejut. “Ban,.. Aku duluan ya?” kataku mau berlalu Tapi dia menangkap tanganku. “E e e mau kemana? Kita bareng. Kenpa kamu malu? Apa aku kurang ganteng?” kata dia seperti abg. Aku melirik pak zaenal, dia menahan senyum.. Akupun tersenyum.
Banyu menarik tanganku mengikutinya. Beberapa karyawan bisik bisik saat kami melewatinya. Bahkan beberapa ada yang menyapa. Tapi banyu cuek, aku mengikutinya dari belakang dan berusaha melepaskan gandengannya.
Tepat di scan absen aku berhasil melepaskan. Ketika aku mau antri absen dia menarikku. “Kenapa kamu mau ikut absen?, kamu bukan karyawan lagi disini, aku hari ini ajak kamu kesini untuk kukenalkan pada karyawanku sebagai calon istriku” dia berteriak keras. Sehingga semua karyawan di tempat itu mendengar. Aku henya bisa tertunduk malu.
Rini tiba tiba menghampiriku. “As, apa benar kamu calon istri pak banyu?” tanyanya. Aku hanya mengangguk. Banyu menggandengku masuk ke ruangannya.
Seharian aku hanya temani dia kerja. Bosan juga. Tapi mau bagaimana lagi. Sesekali aku izin ke toilet hanya tuk ngobrol dengan rini. Mereka semua kaget kok bisa aku jadi calon istri pemilik pabrik. Aku hanya cerita garis besarnya saja.
Setelah pulang dari pabrik dan banyu pulang aku ke kamar ibu, di kamar ibu habis mandi. Aku merebahkan diri dan ketiduran. Pukul 11 malam aku terbangun karena bunyi telefon. Kubuka mata kulihat ibu tidur di sampingku. Sedang bapak mungkin tidur di luar.
“Hallo” jawabku setengah mengantuk “Sayang, dari tadi kok wa ku gak dibales, kamu kemana?”. Tanya banyu “Aku pulang tadi ketiduran di kamar ibu, ada apa ban?” tanyaku. “Besok malam pukul 07 malam kami kesitu, aku bawa 30 orang ya” katanya. Aku terbelalak lamaran kok banyak orang. “Banyu, 30 orang apa gak kebanyakan, kan cuma lamaran” tanyaku. “Itu semua saudaraku sayang, ya udah kamu lanjut tidur ya, good night sayang” pamitnya.
Aku lihat bapak datang. Mungkin tadi karena bunyi telepon. Ibu pun juga bangun. “Ada apa nduk?” tanya bapak. “Anu pak, banyu telefon katanya besok malam pukul 07 mau bawa 30 orang” jawabku kaku. “Yo gak papa, besok biar ibumu minta bantuan tetangga, besok bapak akan kabari saudara saudara juga. Ya sudah kamu tidur lagi, kamu makan gak?” kata bapak bijak. Aku hanya menggeleng. Dan lanjut tidur.
Pkl 08 pagi aku sudah dengar suara orang orang, ternyata sudah ada orang yang mendekor rumahku. “Bu kok gak bangunin aku? Aku jadi gak sholat subuh”. Kataku manja pada ibu. “Ssttt kamu lagi dapet, itu sprei ibu kena” jawab ibu. Aku terkejut, lalu buru buru mandi dan kucuci sprei ibu. Ternyata semua sudah dipersiapkan ibu. “Nduk nanti pukul 5, sepupumu datang mau rias kamu” kata ibu tiba tiba saat aku di belakang bantuin ibu ibu. Aku hanya mengiyakan
Tepat pukul 05 sore nila datang. “Kak asti selamat ya” teriaknya. Aku peluk sepupuku itu. “Ayo ke kamar” ajakku. Dia mulai membuka tas besarnya berisi gamis gamis cantik. Pilihanku tertuju pada gamis hijau mint.
Tepat maghrib dia sholat dan menyuruhku sholat juga. Aku memberi isyarat kalau lagi berhalangan. Setelah selesai sholat dia mulai make up in aku.
Pukul 07.15 kudengar bnyak suara mobil dan motor datang. “Nduk, banyu sudah datang, kamu belum siap ta” tanya ibuku. Tumben ibuku malam ini cantik banget dengan gamis merah maroon. Nila menjawab sebentar lagi. Di ruang tamu terdengar ramai.
20 menit kemudian nila selesai mengubah aku menjadi putri cantik. Kulihat ibu dan seorang wanita sebaya ibu masuk kamarku “Ini jeng calon mantumu” kata ibu ke wanita itu, apakah itu ibunya banyu. “Nduk ini ibunya banyu, teman sekolah bapak dan ibu dulu” kata ibu memperkenalkan wanita itu. Ternyata meraka teman sekolah. Aku bergegas menghampirinya dan salaman. “Asti tante.” sapaku. “Cantiknya anakmu jeng, pantas banyu kalang kabut.” pujinya sambil menyambut uluran tanganku dan kucium tangannya. Ibu dan tante menggandengku ke ruang tamu. Ada rasa gugup saat begitu banyak orang dengan berjas di sana, mereka seperti pejabat dan pengusaha. Aku hanya bisa tersenyum.
“Ini calon mantuku, cantik ya” seorang lelaki sebaya ayah menghampiriku dan memelukku. Aku ambil tangannya dan kucium sebagai wujud hormat. Kulirik banyu, dengan jas hitam membuatnya makin ganteng. Tante menyuruhku duduk di sebelah banyu. Banyu mengulurkan tangannya membantuku duduk di kursi yang sudah di dekor. Dia menatapku lama. Kusenggol lengannya baru dia tersenyum.
Setelah acara lamaran dan di lanjutkan tunangan, acara foto foto pukul 11 malam semua selesai. Keluarga bayu pamit pulang. Tapi banyu masih duduk tenang tanpa bergeming. “Banyu.. Pulang itu sudah ditunggu” kataku. Dia tersenyum, lalu memelukku. Aku terkejut dan berusaha melepaskan apalagi dilihat banyak orang. “Aku lulus, kini ku telah dapatkanmu” bisiknya. Aku pun bahagia ban.
Cerpen Karangan: Langit Ujung Kota Blog / Facebook: Choukawaii