Jam kuliahku hampir selesai. Inilah detik-detik yang tak pernah aku inginkan. Aku memang suka belajar tapi, aku tak pernah suka dengan teman-teman sekelasku, mereka selalu menatapku dengan tatapan aneh. Sebenarnya bukan mereka yang aneh tapi dimata mereka aku adalah orang yang aneh.
Ya, sejak aku berhasil lolos dari peristiwa kebakaran itu dan diantara semua orang yang terjebak digedung itu hanya aku yang bisa selamat dan masih hidup hingga detik ini, n'tah karena dendam para arwah yang meninggal akibat kebakaran itu karena hanya aku yang selamat atau apa, dari situ aku selalu diperlihatkan bayangan-bayangan yang mengerikan.
Banyak hantu yang mengerikan dengan tubuh gosong selalu menampakan diri dihadapanku tentu saja penampakan ganjil itu membuatku sangat kaget dan ketakutan hingga membuatku sering berteriak histeris secara tiba-tiba, menurut mereka aku juga sering bicara sendiri seperti orang gila, dari situlah aku dikatakan aneh oleh semua orang, padahal akal sehatku masih waras tapi karena banyak penampakan yang kulihat itu dan aku merasa takut akhirnya aku terlihat aneh.
Saat jam kuliah benar-benar sudah selesai aku segera merapihkan buku-bukuku dan memasukannya kedalam tas. Aku memang segera bergegas karena aku tak mau orang-orang didalam kelas ini mengejekku lagi. Setiap selesai mengikuti mata kuliah aku memang selalu pergi menyendiri.
Hari-hari yang kulewati seperti didalam neraka, setiap hari aku selalu dibuly namun aku harus tetap bertahan karena ini semester terakhir bagiku dan agar kedua orang tua tidak kecewa makannya aku bertahan dikampus ini meski aku harus menyiapkan mental baja dan hati yang kuat atas bulyan mereka, ditambah lagi dengan banyak penampakan mahluk astral yang sering membuat jantungku serasa mau copot, tapi aku akan tetap bertahan karena sekarang aku sudah mulai terbiasa dengan kehadiran mahluk tak kasat mata itu.
***********
Seperti biasa aku akan pergi keatap gedung kalau sedang tidak mengikuti mata kuliah karena hanya disanalah tempat yang paling sepi, setidaknya disana aku akan terhindar dari orang-orang yang membulyku.
Dan seperti beberapa hari yang lalu aku melihat sosoknya lagi. Sosok pria bertubuh tinggi dengan pakaian serba hitam dengan topi hitam yang menutupi wajahnya yang terlihat putih dan pucat. Tapi aku tak peduli akan kehadirannya karena aku tak berniat memiliki teman kalau pada akhirnya mereka akan meninggalkan juga karena aku terlihat aneh.
Kualihkan lagi pandanganku dari pria itu kegedung bekas kebakaran itu yang letaknya ada dibelakang kampusku, puing-puingnya masih menyisakan misteri kematian tragis bagi para korban.Tapi meski begitu aku tak pernah jemu untuk kembali menatap puing-puing itu, meski itu sedikit membuat hatiku sakit karena gedung itu aku hampir mati terpanggang didalamnya.
"Aku juga sama sepertimu semua orang menganggapku aneh jadi jangan berprasangka buruk padaku" tiba-tiba suara pria itu menelisik masuk ketelingaku membuatku terhengak kaget.
Aku pun berbalik arah menatap kesumber suara yang ternyata berasal dari pria berwajah putih pucat itu yang kini sudah berdiri tepat dibelakangku.
"Ba-bagaimana kamu tahu pemikiranku?" tanyaku terbata-bata dengen garis ketegangan yang terbingkai diwajahku.
"Aku tahu kamu...dan aku hanya menebak pikiranmu saja" ucap pria itu mulai mengulas senyuman diwajahnya.
Kini wajahnya mulai terlihat jelas dikedua bola mataku, tatapan pria itu terlihat teduh dan kosong tapi bibirnya terus mengulas senyuman ramah yang bersahabat membuatku merasa sedikit tenang. Tiba-tiba saja dia mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan diri.
"Namaku Teyon. Mulai sekarang bisakah kita berteman, Bianca"
"Ba-bagaimana kamu tahu namaku?" tanyaku dengan gugup.
"Aku kan sudah bilang, aku tahu siapa kamu, kenapa kamu selalu kesini dan aku juga tahu kalau kamu sering melihat penampakan kan?" tutur Teyon.
Kala itu Teyon masih mengulurkan tangannya sementara aku hanya menatapnya ragu tapi pada akhirnya aku jabat juga tangan pria itu.
"Bianca" ucapku
"Kamu tidak perlu ragu atau merasa takut padaku, aku tidak akan menganggap kamu aneh karena aku juga sama sepertimu aku bisa melihat mahluk tak kasat mata karena aku anak indigo" ucap Teyon membuatku mulai nyaman bicara dengannya.
Rupanya Teyon juga salah satu mahasiswa diuniversitas ini dan dia juga semester terakhir sepertiku. Sejak perkenalan itu aku berteman dengannya, ternyata dia itu seorang yang ramah dan humoris juga meski dia sedikit aneh karena aku hanya bisa menemui dia diatas gedung ini atau didekat pohon beringin tua yang ada disamping gedung kampusku selain itu aku tak pernah bisa menemuinya dimana pun. Tapi aku tak peduli yang penting sekarang aku sudah punya teman.
Sejak saat itu hari-hatiku terasa lebih berwarna dan menyenangkan karena kehadiran Teyon. Dia seperti krayon yang mewarnai buku gambarku, aku pun merasa tak kesepian lagi semenjak kehadirannya dalam hidupku. Setiap hari setelah kami selesai mengikuti mata kuliah pastilah kami selalu janjian diatap gedung untuk bertemu.
***********
Disuatu malam, aku terpaksa mengerjakan tugas kuliahku dikampus karena leptop dirumahku sedang rusak jadi aku nebeng ngerjain tugas diruang komputer agar gratis. Saat itu waktu menunjukan pukul 21.00 malam, gedung pun mulai terasa sepi dan sepertinya digedung kampus ini hanya ada aku dan security yang jaga didepan pos.
Wooozzzz...!!
Tiba-tiba ada angin kencang yang menyibakan rambut panjangku yang lurus dan terurai tapi aku tak menghiraukannya, aku tetap mengerjakan tugas kuliahku yang sedikit lagi hampir selesai.
Wooozzzz...!!
Angin kencang itu datang lagi dan kali ini lebih kencang karena mampu menerbangkan kertas-kertas hasil ngeprintku hingga berjatuhan dan berserakan dilantai. Aku pun memunguti satu persatu tapi tiba-tiba ada suara benda jatuh sontak aku langsung mengedarkan pandanganku kesegala arah untuk mencari sumber suara.
Namun, didalam ruangan ini tak ada sesuatu yang ganjil. Pandanganku pun merotasi kembali hingga berhenti dipintu yang sedikit terbuka, sekikas aku melihat ada sekelebat bayangan hitam yang melintas dengan begitu cepat.
"Hey! Siapa diluar?" teriakku tapi tak ada sahutan.
Aku pun meraih benda tumpul yang akan kujadikan senjata untuk berjaga-jaga bila mana ada bahaya yang mengintaiku. Kulangkahkan kaki dengan perlahan, peluhku pun mulai berembun dijidat mulusku karena rasa tegang dan takut yang mulai menguasai tubuhku.
Ceklek!
Handle pintu pun kudorong dengan tangan kiriku dan tangan kananku bersiaga memegang benda tumpul yang kuraih kalau-kalau tiba-tiba ada serangan dadakan. Tapi saat pintu terbuka lebar suasana lorong panjang itu nampak sepi dan lengan, kini hanya ada semilir angin lembut yang menggelitik tengkukku hingga bulu kudukku berdiri.
Kuusap tengkukku untuk menetralisir rasa cemas dan takut yang terus menyeruak. Lalu kuputuskan untuk kembali kedalam ruangan untuk membereskan kertas-kertas tugasku.Tapi aku sedikit heran ketika aku menemukan sebuah kertas dengan tulisan menggunakan tinta merah yang berada diantara kertas-kertas tugasku. Aku pun membaca tulisan itu.
"TEMUKAN FLASHDISK DIGUDANG LALU BERIKAN KE POLISI"
"Maksudnya apa ini? Perasaan tadi aku gak nulis ini deh, Ko bisa ini ada disini? Apa ada orang diruangan ini selain aku?" batinku keheranan lalu kuedarkan kembali pandanganku kesegala arah.
Tapi tak ada tanda-tanda kehidupan selain aku, Kurasa ini ada yang sedang mengerjaiku. Aku pun segera bergegas pergi dari ruangan itu untuk pulang kerumah. Tapi lagi-lagi aku melihat ada tulisan itu dikaca jendela yang kulalui dengan pesan yang sama seperti yang kubaca.
"Ah! Bodo amatlah, aku sudah cape mau segera pulang" ujarku seraya mempercepat langkahku.
Tiba-tiba diujung lorong aku melihat ada sosok berpakaian serba hitam tengah memperhatikanku dari jauh, aku tak bisa melihat wajahnya karena tertutup topi. Meski begitu si pemilik wajahnya terlihat pucat.
"Apa dia Teyon?" pikirku.
Sosok itu tiba-tiba berlari menjauh dariku ketika aku membalas menatapnya.
"Teyon! Tunggu!" teriakku memekik kesunyian dimalam itu.
Sosok itu terus berlalu tapi dia sempat melirikku ketika aku berlari mengikutinya hingga tanpa aku sadari sosok itu membawaku masuk kegudang.
"Ko aku ada digudang?" tanyaku kebingungan.
"Oh iya, tadi aku kan lagi mengejar Teyon"
" Dia ada dimana? Aku yakin tadi dia masuk kesini" ucapku sambil mencari sosok Teyon digudang yang ukurannya tidak terlalu besar.
"Tapi ko dia tidak ada sih?"
"Apa aku cuma halu aja karena masih kebawa rasa takut tadi waktu diruangan komputer" terkaku.
Aku pun menghela nafas panjang. Tiba-tiba aku teringat akan tulisan yang memintaku untuk mencari flashdisk digudang. Karena penasaran aku pun mencari flashdisk itu hingga sedikit memberantakan barang-barang yang ada digudang.
Cukup lama aku ada disana hingga akhirnya aku menemukan sebuah flashdisk, aku pun memungutnya lalu pulang karena itu sudah terlalu larut malam.
**************
Beberapa hari setelah kejadian itu. N'tah kenapa aku merasa selalu ada yang mengikuti kemana pun aku pergi meski aku tak tahu dan tak bisa memergoki secara langsung sosok yang mengikutiku itu.
Dan flashdisk yang kutemukan digedung itu hingga kini masih selalu kubawa didalam tasku tanpa kuberikan pada polisi seperti sesuai perintah ditulisan bertinta merah itu. Sebelum kuserahkan ke polisi aku ingin mengecek isi flashdisk itu tapi karena leptopku masih diservis jadi aku tak bisa melihat isinya.
"Sebenarnya apa sih isi flashdisk ini?" tanyaku pada diri sendiri sambil memperhatikan dengan seksama flashdisk yang ada ditanganku.
Tanpa sengaja tiba-tiba netraku menangkap sosok dibalik pohon yang sedari tadi mungkin memperhatikanku dari kejauhan.
"Lagi-lagi sosok berpakain hitam? Sebenarnya siapa sih dia? Tapi ko kali ini agak beda, sosok berpakaian hitam yang kulihat digudang terlihat agak kurus yang tadi kulihat itu lebih berisi. Apa ini sosok yang berbeda?"
Terlalu banyak misteri yang tak bisa kujawab dan kuungkap dan ini hanya membuatku pusing saja.
**************
Hari ini aku pulang agak malam karena aku harus menyelesaikam tugas akhirku dikampus sebab sebentar lagi aku akan disidang. Seperti biasa dijam segini kampus sudah sepi. Aku mempercepat jalanku agar bisa segera keluar dari kampus tapi ketika aku berbelok dilorong tiba-tiba ada orang yang menatikku dan mencoba membekam mulutku.
Sontak aku menjerit sekuat tenagaku berharap ada yang mendengarku lalu menolongku tapi jeritanku terasa sia-sia tak ada yang menolongku. Pria misterius itu terus menyeretku keatap gedung tanpa menghitaukanku yang terus berteriak dan berontak.
Di atap gedung.
Teyon berdiri tegap diatap gedung dengan cahaya bulan purnama yang temaram karena tertutup awan hitam, wajahnya yang putih pucat terlihat begitu sedih ketika menatap reruntuhan bangunan bekas kebakaran beberapa tahun lalu yang menewaskan banyak orang.
Tapi pandanganya berubah haluan ketika melihat ada suara ribut yang semakin mendekat dibawah tangga menuju atap gedung.
"Bianca! Pria itu?! Dia pasti mau mencelakai Bianca" kata Teyon.
Dia hendak berlari mendekati Bianca tapi tiba-tiba ada selubung hitam yang menahannya hingga dia tak bisa bergerak.
"Ah! Sial, lagi-lagi selubung hitam ini menjadi dinding pembatasku bergerak" gerutunya kesal.
Teyon lalu berputar haluan kali ini dia bisa melangkahkan kakinya lalu pergi menjauh dari Bianca dan pria itu. Sementara Pria misterius itu terus mendorong Bianca hingga kedinding pembatas gedung. Tangan kekar itu mencekik Bianca, mata tajam dan bringasnya menatap wajah
Ketakutan Bianca.
"Mana flashdisk itu?" pinta pria itu.
"F-flashdisk apa?" tanya Bianca gugup.
"Flashdisk yang kau ambil digudang" bentak pria itu.
"Siapa kamu? Ke-kenapa kamu menyakituku?" tanya Bianca dengan terabata-bata.
"Banyak omong kamu ya, cepat berikan flashdisk itu" bentaknya lagi sambil membanting tubuh mungil Bianca.
"Akh!" ringis Bianca.
"Kenapa kau melakukan ini padaku? Dan kenapa kau minta flashdisk itu dariku?"
Meski banyak lebam ditubuh Bianca akibat ulah si pria kasar itu tapi itu tak menyulutkan rasa penasaran Bianca atas perlakuan kasarnya pada dirinya. Pria itu lalu tertawa kemudian menyeringai sambil menatap Bianca dengan tatapan bringas.
Dia mengangkat dagu Bianca lalu berkata.
"Saya tahu para arwah penasaran itu memberi tahumu agar bisa menjebloskanku kedalam penjara kan?"
"Maksudmu apa? Aku tidak mengerti?"
"Buat apa kau mencari flashdisk itu kalau tidak disuruh oleh para arwah penasaran itu?"
"Arwah penasaran?! Jadi maksudmu seseorang yang menulis pesan dengan tinta merah itu adalah arwah penasaran?" tanya Bianca.
"Iya, mereka ingin balas dendam padaku" jawab pria itu.
"Bagaimana kau bisa tahu tentang arwah penasaran dan flashdisk yang ku ambil digudang?"
"Aku tahu karena aku adalah paranormal yang bisa melihat hal ghaib, aku diberi penglihatan bahwa kau mengambil flashdisk yang kusimpan beberapa tahun lalu. Aku segera kembali ke kota ini setelah diberi penglihatan itu dan ternyata memang benar. Flashdisk yang menyimpan rekaman CCTV itu sudah diambil olehmu" terang si pria misterius itu.
"Kenapa kau begitu menginginkan flashdisk ini? Ah! Aku tahu, pasti kau sudah melakukan kejahatan besar yang terekam kamera CCTV iya kan?" tanya Bianca.
Plak!
Satu tamparan mendarat dipipi mulus gadis cantik itu hingga mengeluarkan darah disudut bibir kecil milik Bianca.
Akh!
Pria itu lalu menjambak rambut Bianca dan menyeretnya kedinding pembatas gedung. Bianca dicekik dan didorong agar tubuhnya terjatuh dari atap gedung sampai kebawah. Tentu saja dia tak tinggal diam, sekuat tenaga gadis itu berpegangan pada tiang dengan nafas yang hampir habis karena dicekik.
Tapi untungnya tiba-tiba polisi datang, mereka langsung mengepung dan meringkus pria itu dari belakang. Akhirnya Bianca bisa bernafas kembali, dia terduduk lemas dilantai tak berapa lama papa dan mamanya datang dan langsung memburu Bianca.
"Bianca sayang. Apa kamu tidak apa-apa?" tanya mama cemas.
"Sekarang aku tidak apa-apa ma" jawab Bianca dengan nafas yang sudah normal kembali.
"Kamu terluka, ayo kita pergi kerumah sakit kamu harus segera diobati" ucap mama sangat khawatir pada Bianca.
"Ini tidak parah ko ma, pa"
"Meski begitu kamu harus tetap diobati sayang" ujar papa.
"Iya pa. Ngomong-ngomong mama sama papa ko bisa tahu aku disini dalam bahaya?"
"Tadi ada seorang pria yang menelepon papa, katanya kamu dalam bahaya, papa segera datang kesini dengan polisi"
" Pria? Siapa pria itu pa?"
"Papa tidak tahu pria itu menelepon dengan nomor telepon kampus kamu ini"
Bianca jadi bertanya-tanya soal sosok pria yang memberi kabar pada papanya itu. Tapi ketika pikirannya sedang berkelumit di hal itu tiba-tiba netranya melihat sosok Teyon yang berdiri dikegelapan sambil menatap kearah Bianca.
"Pa, ma sebentar dulu ya, aku mau menemui temanku disana" kata Bianca sambil menunjuk kearah kegelapan.
Mereka mengangguk kemudian Bianca menemui Teyon.
"Teyon kenapa kamu disini saja? Kenapa kamu tidak menghampiriku disana?" tanya Bianca.
"Maafkan aku Bianca, aku tidak mau membuatmu terlihat aneh" jawab Teyon sambil menatap Bianca.
"Maksudmu apa aku tidak mengerti" Bianca kebingungan.
"Kamu akan tahu maksudku jika kamu menggali tanah dibawah pohon beringin tua yang ada disamping gedung ini"
"Buat apa aku harus menggali tanah?"
"Ada sesuatu didalam sana, tolong ungkapkan semuanya"
"Mengungkapkan apa? Kenapa harus aku dan kenapa bukan kamu saja yang mengungkapkannya?"
"Gali saja tanahnya biar semua jelas, kenapa harus kamu karena hanya kamu yang bisa menemuiku, hanya kamu yang bisa aku sentuh. Aku tak bisa melakukannya karena aku..." Teyon menggantung kalimatnya karena tak bisa mengatakannya.
"Karena kamu apa Teyon?" tanya Bianca sedikit mendesak.
"Aku harus segera pergi, tolong segera lakukan yang kuminta" jawab Teyon.
Tanpa basa basi lagi dia lalu melengos pergi dan menghilang dibalik kegelapan, menyisakan banyak pertanyaan dibenak Bianca. Dia lalu kembali pada orang tuanya dan melakukan apa yang disuruh oleh Teyon.
Malam ini juga dia mulai menggali disekeliling pohon beringin tua itu. Tanpa mereka sadari dibalik kegelapan ada sepasang mata yang tengah mengintai. Ya, sepasang mata itu milik Teyon. Teyon melihat tangannya yang mulai memudar.
"Waktuku akan segera habis, aku harap Bianca bisa akan segera menemukannya" ucap Teyon sambil tertunduk pilu.
Tak berapa lama orang-orang yang menggali tanah itu mulai menemukan sesuatu. Ada jaket kulit berwarna hitam yang tertimbun didalam tanah. Mereka semua mulai menggali dengan perlahan hingga terlihatlah tulang belulang sebuah jasad yang masih mengenakan jaket hitam, kaos putih celana jeans hitam dan topi hitam yang masih terpasang ditengkorak jasad itu.
Semua nampak merasa ngeri dengan penampakan itu dan mereka saling bertanya siapa pemilik jasad itu. Tim SAR langsung mengidentipikasi penemuan tulang belulang yang masih mengenakan pakaian yang sudah terlihat lusuh itu. Sepertinya korban sudah meninggal cukup lama dan itu terlihat seperti korban pembunuhan karena ada bekas noda darah yang sudah mengering dikaos yang dikenakan korban.
"Bianca jasad siapa ini? Bagaimana kamu tahu soal semua ini?" tanya papa.
"Aku juga tidak tahu pa, ini jasad siapa. Ada seseorang yang memberitahuku" jawab Bianca.
Tiba-tiba salah satu tim SAR berteriak atas penemuannya.
"Pak saya menemukan dompet disaku celana milik korban"
Semua yang mendengar langsung mendekat termasuk Bianca, papa dan mamanya karena mereka penasaran jasad siapa ini.
"Coba buka isi dompetnya" perintah komandan mereka.
Dia langsung membuka, disana ada beberapa lembar uang kertas yang sudah lapuk dimakan tanah, ada beberapa kartu ATM dan ada KTPnya juga, tim SAR itu langsung membaca KTPnya.
"Pemilik jasad ini bernama TEYON ALMUMTAZ"
Sontak Bianca langsung menutup mulutnya karena tak percaya dia yang masih tak percaya lalu memastikan jasad itu. Memang pakaian yang dikenakan jasad itu sering Bianca lihat saat bertemu dengan Teyon dan kini Bianca merasa yakin kalau jasad itu memang jasadnya Teyon. Mendadak lututnya jadi lemas dia langsung terduduk ditanah dan mulai menangis sesegukan.
"Bianca kenapa kamu menangis?" tanya mama sambil jongkok dan membelai lembut rambut Bianca.
"Dia temanku ma, aku tidak menyangka ternyata yang selama ini aku temui adalah arwahnya. Teyon kenapa nasibmu sangat malang seperti ini hiks...hiks...hiks..."
Tiba-tiba angin kencang datang menerpa mereka dan dari kegelapan munculah sosok berwajah putih pucat itu, Bianca langsung berdiri dan menghampirinya.
"Teyon!" seru Bianca.
Teyon lalu melontarkan senyuman simpul lalu dia berkata.
"Bianca. Tolong sempurnakan jasadku agar aku bisa tenang dialam sana. Tolong berikan flashdisk itu juga biar orang yang sudah mendorongku diatas gedung itu hingga aku meninggal bisa dihukum dengan hukuman yang setimpal"
Bianca langsung mengangguk sambil mengiyakan dengan butiran bening yang terus meluncur bebas dari kedua mata indahnya karena merasa sedih dan tak menyangka ternyata temannya itu sudah meninggal dunia.
Pantas saja Teyon selalu ada diatas gedung dan dibawah pohon beringin tua itu, mungkin karena dua tempat itu menjadi saksi bisu atas kematiannya. Dan percakapan antara Bianca dengan Teyon saat itu tak bisa dilihat oleh semua orang karena hanya Bianca yang bisa melihat Teyon.
Setelah kejadian itu jasad Teyon disempurnakan dan dimakamkan oleh pihak keluarganya. Sementara si pembunuh Teyon kini sudah dihukum dengan dijebloskan kepenjara berdasarkan bukti rekaman CCTV di flashdisk itu.
Disitu terlihat kalau para normal itu menyiram bensin digedung yang akan dia bakar saat itu Teyon memergoki aksinya dan langsung menghentikan disana terjadilah perkelahian hebat. Tapi Teyon kalah dan terlihat sekarat. Karena tak mau aksinya dilaporkan ke polisi paranormal itu lalu membunuh Teyon dengan didorongnya dia dari atap gedung hingga tewas.
Jasadnya lalu dikubur dibawah pohon beringin setelah itu dia melanjutkan aksinya tadi dengan membakar gedung yang ada dibelakang kampus itu. Yang ternyata saat itu Bianka ada didalam gedung tapi untungnya dia bisa lolos dari amukan si jago merah.
Karena para arwah yang dendam dengan paranormal itu lalu sering menampakan diri pada Bianca agar dia mengungkap semua kejahatan si paranormal. Sejak saat itu Bianca jadi rutin mengadakan pengajian dibekas gedung kebakaran itu untuk mendoakan para korban kebakaran dan juga mendoakan Teyon agar mereka semua bisa tenang dialam sana. Kehidupan Bianca pun kembali normal.
TAMAT