Sejak kami duduk di bangku kuliah dan membutuhkan uang saku lebih untuk jajan, aku dan sahabatku mulai menemukan ide untuk membuat video yang menjajal hal-hal berbau mistis. Itu karena kami yang sebenarnya tidak memercayai hal-hal mistis, ingin membuktikan ke khalayak ramai kalau hal-hal mistis semacam hantu, santet, penunggu tempat-tempat yang dianggap angker itu nggak ada di dunia ini.
Sebut saja namaku Santi dan sahabatku bersama Novi. Kami bersahabat sejak kami masih duduk di bangku TK sampai kami duduk di bangku kuliah. Kami bisa bersahabat cukup lama karena kami memiliki pikiran yang sama-sama random dan menyukai hal-hal anti mainstream.
Video pertama yang kami buat di rumah kuno di jam sebelas malam. Video kami tentang rumah kuno yang katanya angker dan banyak penampakan di sana,.kami bagikan ke sebuah channel yang sangat terkenal di dunia ini dan video kami langsung viral dan nama kami berdua menjadi cukup terkenal karena kami terlihat keren juga tampak sangat berani saat kami berdua menjelajahi seluruh sudut dan ruangan rumah kuno itu dan kami membuktikan bahwa tidak ada penampakan apapun di sana.
Uang yang kami dapatkan dari video pertama kami yang langsung viral itu, membuat kami kecanduan untuk membuat video lagi. Kami ingin membuat video yang lebih mendebarkan.
Seperti biasanya, aku dan Novi berkumpul di kostku yang lebih dekat dengan kampus kami. Novi tiba-tiba berkata, "Bagaimana kalau kita bikin video tentang Jalangkung? Banyak, kan, yang penasaran dengan permainan mistis Jalangkung. Kita buktikan ke semua orang kalau Jalangkung hanyalah sebuah permainan biasa dan nggak ada mistisnya sama sekali"
"Pakai apa?" Tanyaku kemudian sambil terus menjelajahi channel yang terkenal untuk mencari ide dan gambaran video apa yang sekiranya bisa membuat kami lebih viral lagi dan kami bisa mendapatkan lebih banyak uang lagi.
"Pakai jangka bisa atau gayung juga bisa" Sahut Novi.
"Itu sudah biasa. Jalangkung di sini udah nggak begitu aneh lagi. Emm, tapi, coba kita lihat Jalangkung versi lain. Aku suka sama drama Korea, jadi aku akan coba cari apakah di Korea juga ada permainan yang mirip dengan Jalangkung di sini" Sahutku.
Novi melongok ke layar laptopku dan akhirnya dia memekik kencang di telingaku, "Ini, ada! Judulnya permainan petak umpet sendirian"
Aku spontan mendelik ke Novi dan menyemburkan protes, "Kalau mau teriak jangan di depan kuping bisa, nggak?"
Novi meringis dan langsung berkata, "Hehehehe, maaf khilaf"
Aku ikutan tekekeh geli mendengar kata khilaf. Lalu, kami berdua mempelajari permainan yang mirip dengan Jalangkung di Korea.
Aku dan Novi bersitatap setelah kami selesai membaca permainan itu.
Novi langsung bertanya, "Kamu punya boneka Beruang? Cerita ini, kan, pakai boneka Beruang"
"Aku punya boneka, sih. Tapi, boneka Kelinci. Sebenarnya boneka apa aja bisa kalau menurutku,.sih. Yang penting, kan, boneka yang perutnya berisi kain atau kapas dan punya dua tangan juga punya dua kaki" Sahutku.
"Tapi, kita ikuti instruksi cerita ini aja biar mirip dan bisa lebih viral. Di cerita ini dia pakai boneka Beruang dan kata dia ada hal mistis yang mengganggunya" Novi menunjuk layar laptopku dan kembali berkata, "Kita pakai boneka yang sama dan kita buktikan kalau kita aman. Kita nggak diganggu apapun. Wah! Kita pasti bakalan lebih viral lagi dan terima transferan duit lebih banyak lagi" Novi menepuk pundakku dengan wajah semringah.
"Oke. Kalau gitu, kita beli bahan yang kita butuhkan dulu. Kita.nggak perlu garam karena di dapur masih ada garam cukup banyak. Untuk benda tajam, aku rasa kita pakai pensil yang diraut aja biar nggak........."
"Pakai pisau dapur juga nggak papa. Biar lebih mendebarkan lagi" Sahut Novi dengan cepat.
"Kita pakai pensil aja. Walupun kita nggak percaya hal-hal mistis, tapi kita juga harus perhatikan safety. Pensil yang diraut itu lebih aman daripada pisau" Sahutku.
"Oke, terserah kamu aja lah".Sahut Novi sambil mengibaskan tangannya di depanku.
"Emm, berarti, kita hanya perlu beli boneka Beruang, benang merah, beras putih, korek api gas, dan baskom. Aku nggak punya baskom, kan, aku nggak pernah nyuci di kost. Semua baju kotorku, kan, aku taruh di laundry seminggu sekali" Aku meringis di depan Novi.
Novi memukul bahuku,."Emang pemalas kamu, tuh. Jarang mandi, nggak pernah mau nyuci baju, untung kamu itu cantik, kalau nggak, mana mas Kevin sama kamu"
"Heleh! Kamu juga sama. Kalau kamu nggak manis dan imut, mana mau Bagas sama kamu" Aku balik menepuk bahunya Novi dan kami berdua keluar dari kostku sembari tertawa ngakak.
"Berarti nanti kita pakai dua kamera dong. Satu kita taruh di kamar mandi dan satu kita taruh di kamar. Nah, permasalahannya adalah, kita min permainan petak umpet sendirian, di mana? Di kost kita,ya, mana mungkin. Ganggu ibu kost sama teman-teman kost kita nanti, kan, dimainkannya harus jam tiga subuh" Novi yang lebih ceriwis dari aku mulai nyerocos tanpa henti di dalam bus.
"Aku udah minta ijin Om-ku yang tinggal di perum Elok Permai untuk nginap di sana semalam aja"
"Kalau ada Om kamu sama keluarganya, kan, tetap aja nggak enak, San"
"Om-ku dan Istrinya pergi ke rumah Eyang Putriku. lusa katanya baru balik" Sahutku.
"Jadi, nanti habis belanja kita naik bus lagi ke rumah Om kamu, dong, rumahnya cukup jauh dari kost kamu, kan?"
"Hmm" Sahutku.
Setelah naik bis selama satu setengah jam, aku dan Novi sampai di pekarangan depan rumah Om-ku.
Novi langsung nyerocos, "Kuncinya mana? Kamu, kan, belum minta kuncinya ke Om kamu? Lagian, kapan gitu kamu ketemuan sama Om kamu, kan, kamu kuliah terus"
"Ssssttt!" Aku tempelkan jari telunjukku ke bibirnya Novi agar keceriwisannya Novi teredam. Lalu, aku membungkuk untuk mengangkat pot bunga yang ada di samping pintu rumah bergaya minimalis untuk mengambil kunci rumah yang ada di bawah pot bunga.
"Wah! Rumah Om kamu lumayan nyaman juga, ya" Ucap Novi sembari melangkah masuk ke dalam.
Sesampainya di dalam rumah, aku sama Novi memutuskan untuk memasak mie instan untuk mengganjal perut dan melepas lelah kami.
Setelah mencuci perabot makan yang kotor, aku dan Novi ke ruang tengah untuk mulai mempersiapkan pertunjukan permainan petak umpet yang akan kami rekam di jam tiga subuh.
Boneka Beruang berwarna cokelat yang tidak begitu besar, aku robek bagian perutnya untuk aku keluarkan kapas yang mengisi perut boneka beruang berwarna cokelat itu.
Lalu, Novi memasukkan beras secukupnya ke dalam perut boneka beruang berwana cokelat yang kami pilih berdua itu. Setelah memasukkan semua beras putih ke dalam perut boneka beruang itu, Novi menjahit perut boneka itu.
Setelah selesai menjahit, Novi serahkan boneka beruang itu ke aku sambil berkata, "Kamu yang ikat boneka ini pakai benang merah, ya, aku pengen pipis"
Aku menganggukkan kepala dan langsung sibuk mengikat boneka beruang itu dengan benang merah.
Aku lalu menoleh ke Novi yang sudah duduk kembali di sampingku, "Lalu apa selanjutnya? Aku kok lupa"
Novi agak aneh saat itu. Dia menatapku dengan pandangan kosong dan diam saja.
Aku langsung tepuk bahunya Novi sambil berkata, "Kok malah melamun, sih, ini, nih, selanjutnya kita mesti ngapain?"
Novi malah bangkit berdiri dan melangkah pelan menuju ke teras belakang.
Aku memutar kepalaku terus sampai ke belakang untuk mengikuti arah perginya Novi sambil mendengus kesal. Aku lalu berteriak, "Hei! Ditanya diam aja, eh, malah ngeloyor pergi ke sana! Dasar Elo udah nggak sabar mau minta mangga sama Bibi yang tinggal di belakang, ya? Dasar gila, Lo!"
"Siapa yang gila, San?"
Aku tersentak kaget dan refleks memutar kepala dengan sangat cepat ke depan. Aku seketika melongo melihat Novi duduk bersimpuh di depanku persis.
Novi menepuk pundakku sambil berkata, "Elo kenapa? Kok malah bengong?"
Aku yang memang nggak pernah memercayai hal mistis dan hantu, langsung mengibaskan tanganku di depan Novi sambil tertawa ringan, aku berkata, "Ah! Nggak papa. Aku kecapekan kayaknya, jadi bawaannya kaget mulu"
Novi menarik tangannya dari atas pundakku dan berkata, "Kita bawa boneka ini ke kamar.mwndi, yuk! Aku udah taruh baskom di dalam kamar mandi"
Aku mengikuti langkah Novi ke kamar mandi sambil memeluk boneka beruang. Aku menoleh ke samping kanan ketika ada bayangan hitam melintas cepat di samping kananku dan seketika itu bulu kudukku berdiri tanpa dikomando.
Novi menoleh dan bertanya, "Lo kenapa lagi, San? Kok bengong lagi? Secapek itu ya Elo sampai bengong mulu. Ya udah sana bobok aja gih! Biar aku yang selesaikan semuanya"
Aku menyerahkan boneka beruang ke Novi dan berbalik badan menuju ke kamar untuk beristirahat, sambil bergumam, "Bayangan hitam yang tadi melintas cepat di sampingku, apa ya? Ah! bayangan kucing dari arah luar kali" Kembali aku masih menyangkal adanya hal-hal mistis.
Aku mulai bertanya-tanya di dalam hati, kenapa rumah Om-ku tidak seperti biasanya. Saat aku masuk tadi, aku merasakan hawa dingin menyergap dan seketika aku merasa seperti berada di dalam lemari es. Tapi, karena aku dari arah luar dan habis kepanasan naik Bus, aku cuek aja dan justru senang merasakan hawa dingin sedingin es itu tadi pas masuk rumah.
Tapi entah kenapa, aku jadi pengen menelepon Om-ku untuk bertanya, "Om, emangnya Om berangkat ke rumah Eyang Putri sejak hari apa sih?"
"Kenapa? Rumah Om berdebu dan kotor banget, ya? Itu buat ngelatih kamu juga bisa rajin bersih-bersih. Om berangkat ke ruang Eyang Putri udah hampir sebulan ini"
"Lha iya pantesan bisa berdebu kayak gini. Parah banget" Ucapku.
Om-ku langsung melepas tawa renyahnya.
"Lho, tapi, sebentar Om, emm, Bibi yang tinggal di sebelah rumah yang biasa Om titipin kunci dan bersih-bersih rumah Om, emangnya pergi juga, ya? Kok Om nyuruh naruh kunci rumah di bawah pot bunga"
"Lho, kamu nggak dengar kabar, ya? Bibi yang tinggal di belakang rumah Om, meninggal bunuh diri satu Minggu sebelum Om berangkat ke rumah Eyang Putri"
"Hah?! Kenapa bunuh diri? Jadi, rumah belakang kosong, dong" Bulu kudukku kembali berdiri tegak banget tanpa dikomando.
"Tiga bulan yang lalu, putri tunggalnya dibully oleh beberapa kakak seniornya yang perempuan di asrama putri tempat putrinya sekolah. Lalu, diperkosa sampai gila. Pemerkosanya belum tertangkap sampai sekarang ini. Mungkin karena rasa malu dan sedih yang berkepanjangan lagian sejak putrinya dibawa ke rumah sakit jiwa, dia, kan, tinggal sendirian di rumah itu. Jadi, mungkin karena itu dia kemudian gantung diri di kamarnya"
Novi masuk ke dalam kamar dan aku langsung kaget dong dan spontan bilang, "Jangkrik! Ngagetin aja sih, Nov!"
Om-ku tertawa dari seberang sana lalu berkata, "Om tutup dulu telponnya, ya, Eyang Putri minta dianter ke rumah sakit untuk kontrol lagi"
"Iya, Om" Sahutku.
Aku mendelik ke Novi yang masih tertawa ngakak di atas kasur.
Aku langsung menepuk bahu Novi dengan kesal dan berkata, "Jangan ketawa terus! Kita harus tidur sekarang biar nanti jam tiga subuh kita bisa bangun"
Novi berkata di sisa-sisa tawanya, "Iya. Aku juga udah pasang alarm ponselku jam setengah tiga. Aku juga udah siapkan dua gelas air garam tuh di atas meja"
"Sip!" Sahutku dan aku langsung memejamkan kedua mataku untuk mengusir pikiran-pikiran aneh yang mulai mempengaruhi pendapatku bahwa hantu dan hal-hal mistis itu nggak ada di dunia ini.
Kriiiiinnggggg! Kriiiiinnggggg!! Kriiiiinnggggg!!!! Bunyi alarm dari telepon genggamnya Novi berdering semakin kencang. Aku dan Novi membuka mata secara bersamaan dan kami langsung berkata, "Kita mulai sekarang, yuk!"
Novi melompat turun dari atas ranjang dan langsung memasang kamera di dalam kamar tidur yang kamu pakai buat tidur dan nantinya akan kami pakai untuk bersembunyi. Lalu, Novi berlari ke kamar mandi untuk memasang kamera juga di sana.
"Kita lakukan bersamaan, ya?"
"Bentar aku nyalakan televisi dulu. Kita harus mematikan lampu ruang tengah dan menyalakan televisi, kan?" Ucapku.
"Hmm" Sahut Novi.
Setelah televisi menyala dan lampu tengah aku matikan, aku kembali ke kamar mandi karena permainan petak umpet sendirian dimulai dari kamar mandi.
"Kita kasih nama bonekanya apa, nih?" Tanya Novi.
"Sri" Sahutku cepat. Aku laku bengong sendiri. Entah apa yang merasuki diriku saat itu hingga mulutku mengeluarkan nama Bibi yang tinggal di belakang rumah Om-ku yang sudah mati bunuh diri di beberapa bulan yang lalu. Namun, karena sudah terlanjur terucap, akhirnya kami kasih nama boneka itu, Sri.
"Kamu yang ngomong, atau aku yang ngomong?" Tanya Novi sambil menggenggam erat pensil yang kami raut asal.
"Aku aja" Sahutku.
Setelah mengambil napas dalam-dalam, aku berucap, "Sri, sembunyilah dulu!
Setelah mengucapkan kata itu, aku menarik tangan Novi untuk berlari bersembunyi di kamar. Dan setelah berada di dalam kamar selama lima menit, Aku dan Novi kembali ke kamar mandi. Aku langsung menusukkan pensil ke perut boneka beruang yang ada di dalam baskom sambil berkata, "Sri, udah ketemu! Sekarang giliran Sri nyari Santi, ya?!" Aku meletakkan pensil di pangkuan boneka beruang itu, lalu aku menarik tangan Novi untuk kembali ke kamar.
Tiba-tiba aku merasa aneh dan ada sedikit rasa takut, aku langsung memejamkan mataku rapat-rapat. Tiba-tiba ada bisikan yang cukup jelas terdengar di telingaku, "Aku nggak suka mencari kamu sendirian. Aku akan ajak Novi mencari kamu"
Awalnya aku mengabaikan suara bisikan itu dan aku anggap itu hanya halusinasiku saja. Namun, suara bisikan itu kembali terdengar berulang-ulang dan semakin lama semakin keras suaranya.
Aku sontak membuka kedua kelopak mataku dan terkejut ketika aku menoleh ke samping kanan dan kiriku, Novi nggak ada.
Aku langsung meminum air garam dan menahannya di dalam mulutku agar tidak tertelan. Lalu, aku bergegas keluar dari dalam kamar. Aku terkejut setengah mati saat aku menemukan Novi berdiri di depan cermin besar yang ada di sebelah televisi. Novi tengah menari di depan cermin dengan pandangan kosong dan televisi yang masih menyala, mengumandangkan suara gamelan dan ada suara sayup-sayup terdengar, "Aku suka sembunyi sambil menari. Ayo terus cari aku, cari aku! Hihihihihi"
Seketika aku mematung, bulu kudukku mulai berdiri tegak dan sekujur tubuhku berkeringat saat aku teringat kembali, Bi Sri yang tinggal di belakang rumah Om-ku, yang mati bunuh diri, adalah guru tari tradisional.
Aku bergegas berlari ke kamar mandi untuk menyemburkan air garam yang masih aku tahan di dalam mulutku untuk bisa menyelesaikan permainan petak umpet sendirian itu. Namun, boneka beruangnya tidak kutemukan di kamar mandi.
Aku bergegas keluar dari dalam kamar mandi dan mulai menangis ketakutan ketika aku melihat boneka beruang bersandar di dinding dapur dan aku melihat di tangan kanan boneka beruang ada spidol merah alih-alih pensil yang aku letakkan di pangkuan boneka beruang itu, tadi. Aku sontak menaikkan kedua alisku ke atas dan keringat dingin mulai menguasai diriku. Aku semakin kencang menangis saat aku melihat di dinding dapur ada tulisan besar banget berwarna merah, Temani aku!!!!!!
Aku berusaha untuk melangkahkan kakiku yang terasa berat saat aku menoleh ke Novi, Novi masih terus menari dengan pandangan kosong. Aku terus menarik kakiku yang terasa sangat berat untuk terus melangkah dan saat aku berhasil berdiri di depan boneka beruang itu, aku langsung menyemburkan air garam yang ada di dalam mulutku.
Seketika itu televisi mati, suara gamelan otomatis hilang dan Novi jatuh pingsan.
Sambil terus menangis dan gemetar ketakutan, aku berkata, "Aku harus selesaikan permainan petak umpet sendirian ini, sendirian" Aku beranikan diriku untuk menarik boneka beruang itu keluar ke halaman depan dan langsung aku lemparkan korek api gas ke boneka itu sampai boneka itu terbakar habis. Saat aku mematikan api dengan mengguyurkan satu ember penuh air ke tubuh boneka beruang, pundakku melonjak ke atas saat aku merasakan punggungku ditepuk.
Aku sontak berputar badan dan ketika aku melihat senyum semringahnya Novi, aku langsung memeluk Novi dengan sangat erat sambil berkata, "Untunglah semuanya bisa aku selesaikan dengan baik dan kamu selamat"
Novi bertanya, "Apakah ada penampakan? Nggak ada, kan? Maaf kalau aku malah ketiduran di depan televisi"
Aku semakin erat memeluk Novi dan memilih untuk menceritakan semuanya nanti.
Pesan moral: Walaupun kita tidak memercayai hal-hal mistis ataupun hantu, jangan pernah mencoba untuk melakukan permainan yang berbau mistis semacam Jalangkung atau Jalangkung versi Korea Selatan yang ada di cerita saya itu. Bermainlah dengan permainan yang normal saja dan pilihlah permainan yang aman.