Sebut saja Udin, yang semenjak pandemi covid tidak bekerja karena pengurangan karyawan, akhirnya memilih menjadi pengemudi ojek online. Penghasilan yang didapat tidak pasti, bahkan cuaca pun ikut berpengaruh pada penghasilannya.
Makin banyak keluhan dari pengemudi ojol lainnya tidak membuat Udin beralih profesi. Bukan karena tidak ingin tapi kenyataan sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
Cerita rekan-rekan seperjuangannya tentang order makanan yang ternyata fiktif, juga pengalaman menegangkan mengantar penumpang melewati tempat-tempat yang cukup membuat merinding. Bahkan ada juga yang dicegat makhluk halus setelah mengantarkan penumpang.
Hari ini Udin hanya mendapatkan lima puluh lima ribu dari total tiga orderan. Padahal dia sudah sejak pagi standby di lokasi yang cukup ramai permintaan.
Setelah mandi dan menunaikan sholat maghrib Udin berencana kembali menunggu di lokasi yang biasa ramai orderan masuk. Apalagi saat ini cuaca mendung berangin bahkan gerimis. "Pak, nanti kalau hujan lebat, gimana?" tanya istri Udin saat melihat suaminya sudah memakai jaket dengan warna hijau dan hitam ciri khas perusahaan ojol yang dia ikuti.
"Hujan ya berteduh, bisa pakai jas hujan juga. Cuaca begini orang malas beraktivitas jadi saingan juga sedikit. Mudah-mudahan ada lagi orderan masuk," tutur Udin terselip doa dan harapan.
"Hati-hati Pak. Cuacanya nggak enak," sahut istri Udin.
"Iya, kondisi keuangan kita juga nggak enak Bu. Lagi sulit begini, orderan dari setan juga nggak apalah yang penting dapat uang."
"Hush, ngomong jangan sembarangan," hardik istri Udin mengingatkan suaminya.
Udin pun akhirnya melaju dengan motor kesayangan yang menemani harinya mengais rejeki. Benar kata istrinya, jika cuaca sangat tidak bersahabat. Terasa hembusan angin dan nampak awan menutupi sinar rembulan yang membuat suasana malam terasa mencekam.
Pucuk dicinta ulam tiba, mungkin itu peribahasa yang tepat menggambarkan suasana hati Udin saat ini. Baru melaju tidak jauh dari tempat tinggalnya, masuk notifikasi dari aplikasi ojol yang menandakan bahwa dia mendapatkan orderan baru.
Udin membaca orderan yang masuk, pesanan dari seorang wanita bernama Unti. Titik penjemputannya cukup dia ketahui tapi titik tujuan membuat Udin mengernyitkan dahinya. Bergegas melaju menuju titik penjemputan, khawatir jika terlalu lama menunggu membuatnya mendapatkan ulasan buruk dari penumpangnya.
Udin memandang bendera kuning yang tersemat di ujung gang yang baru saja dia lewati. Memperhatikan rumah yang hampir mendekati titik penjemputan. Ada seorang wanita berdiri di depan rumah tepat di lokasi penjemputan.
“Mbak Unti?” tanya Udin.
Wanita berpakaian seperti daster panjang berwarna putih itu menganggukkan kepalanya. Rambutnya cukup panjang dan lebat bahkan sebagian wajah tertutupi helaian rambut. Terlihat wajah pucat dan pandangan mata sayu tertunduk sedih.
“Berangkat sekarang Mbak?” tanya Udin lagi. Wanita itu tidak menyahut lalu menaiki motor Udin dan duduk menyamping. Udin pun melanjutkan kembali perjalanan, memperhatikan jalan dan menyesuaikan dengan arah GPS pada layar ponsel yang diletakan di stand penyangga ponsel.
Udin memulai obrolan basa-basi yang biasa ditanyakan pada penumpang agar tidak terlalu jenuh dalam perjalanan. Apalagi saat ini sudah malam, Udin tidak ingin penumpangnya takut, apalagi takut jika dibawa lari oleh Udin.
“Ini mau kemana Mbak, titik tujuannya nggak spesifik?” tanya Udin.
“Pulang,” jawab penumpang Udin dengan singkat.
Merasa aneh dengan jawaban penumpangnya, Udin memandang layar ponselnya memastikan titik tujuan. Sangat hafal dengan tujuannya, daerah yang agak jauh dari pemukiman penduduk. Setelah jalan yang menurun lalu melewati jembatan, sebelah kiri ada bangunan yang cukup luas bekas pabrik yang sudah tidak terpakai, sedangkan di seberangnya adalah tempat pemakaman umum. Itu adalah titik tujuan penumpangnya saat ini.
Udin menghentikan motornya, bermaksud menanyakan kembali titik tujuan. Khawatir jika Mbak Unti salah memilih titik tujuan. Kebetulan saat ini posisi mereka sudah dekat dengan turunan sebelum jembatan pembatas desa.
"Mbak, ini tujuannya nggak salah?" tanya Udin sambil kembali menatap layar ponselnya.
"Betul. Antar saya ke situ." Suara Unti terdengar lirih, tapi malah membuat tubuh Udin merinding. Udin pun kembali melaju, sekilas memandang kaca spion. Wanita yang duduk menyamping itu tidak jelas penampakan wajahnya karena tertutup rambut.
Semakin dekat dengan titik tujuan, Udin merasa motornya semakin berat membuat dia tidak bisa melaju dengan kencang. Akhirnya Udin berhenti karena sudah tiba di depan pemakaman, "Sudah sampai Mbak," ucap Udin. Baru saja akan menoleh kebelakang ternyata, penumpangnya sudah berdiri tepat di sampingnya membuat Udin terkejut.
Udin menatap sekeliling yang cukup temaram karena penerangan hanya ada dari lampu pabrik kosong yang berada di seberang. Masih berpikir positif jika penumpangnya belum menyadari jika dia salah memilih tujuan. "Mbak sebenarnya mau pulang kemana? Salah alamat ya," tanya Udin sambil memilih pilihan mengakhiri perjalanan di aplikasi ojolnya.
"Bener kok Bang, saya pulang ke situ," jawab wanita itu dengan tangan menunjuk berada di depan wajah Udin.
Udin pun menoleh arah yang ditunjuk. Bulu kuduknya merinding dan tengkuk yang terasa berat melihat kuburan yang sepertinya masih baru. Detak jantung Udin semakin tak karuan bahkan serasa jantungnya turun ke perut. Memberanikan diri menoleh kepada wanita tadi dan semakin terkejut melihat wanita tadi tubuhnya melayang sambil cekikikan dan berubah menjadi tawa mengikik.
Tubuh Udin gemetar, mulutnya ingin berteriak tapi lidahnya kelu. Memaksa tubuhnya untuk kembali melajukan motor, tapi naas motornya terjerembab. Udin akhirnya bisa mengucap doa membuat tubuhnya semakin ringan dan kembali menaiki motor.
Suara tawa mengikik wanita ralat menjadi hantu tadi semakin jelas terdengar membuat bulu kuduknya semakin merinding.
"Kok takut Bang, katanya nggak masalah dapet orderan dari setan." Hantu itu kembali mengikik.
“Kenalkan saya Kunti, hantu baru penunggu di sini. Baru dimakamkan tadi siang.”
Udin dengan semangat dua ribu dua puluh dua melaju motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan tempat tadi.
#September_2022