Tak! tak! tak tak tak tak!
Suara pisau didapur, terlihat seorang pria sedang memotong-motong sayuran berupa wortel untuk dimasukkan kedalam soupnya.
Pria itu berjalan kesana dan kemari, bulak-balik memasuki bahan-bahan seperti sayur kol, kentang, seledri dan sayuran lainnya, juga tidak lupa untuk memasukkan bahan campuran lainnya, seperti ayam dan baso.
Seorang gadis terlihat sedang berada dikamar, ia sedang rebahan diatas sofa berwarna putih pucat itu, dengan tangan yang sedang memegang ponsel dan jari jempol yang terus mengscroll layar ponselnya, perutnya berbunyi, cacing-cacing yang ada didalam meronta meminta makanan.
Gadis itu memegang perutnya, tangannya terangkat meraba-raba meja yang berada didepannya, tapi ia tidak menemukan apapun disana, hanya bungkusan-bungkusan makanan ringan yang sudah kosong.
Gadis itupun, turun dari sofa, berjalan kearah sebuah benda kotak sedang yang berada disela-sela lemari laci, Gadis itu berjongkok, menarik salah satu laci itu, tapi ia tidak menemukan makanan apapun disana, ia berdecih. Pandangan nya teralis pada kotak sedang yang mirip dengan seperti brangkas itu.
Ia ingin membukanya tapi ia ragu, ia tidak tahu apa isi didalam kotak itu, kotak itu benar-benar terlihat seperti sebuah brangkas, apakah benar itu sebuah brangkas? apakah aku boleh membukanya? pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus saja berputar dikepalanya.
Tiga puluh detik berpikir, akhirnya ia pun membulatkan tekadnya untuk membuka kotak sedang itu.
Tangannya terjulur kebawah, memegang gagang pintu kotak sedang itu, ia masih sangat ragu untuk membukanya, dengan perlahan gadis itupun mulia menarik tangannya, agak berat saat ia hendak membuka pintu kotak kecil itu, ia sedikit memberi tenaga pada tangannya.
Pintu kotak kecil itu terbuka, gadis itu terdiam, ia salah kira, ternyata itu adalah sebuah kulkas mini, didalamnya ada begitu banyak makanan ringan juga minuman, dengan tangan yang ringan gadis itu langsung mengambil beberapa minuman dan makanan ringan yang berada didalam kulkas mini itu tanpa meminta izin pada pemilik nya.
"Pa-pa kali yah, enggak akan marah ini," ucap Gadis itu, gadis itu kembali berjalan dan duduk diatas sofa, makanan dan minuman yang ia bawa ia taruh diatas meja, ia tidak membereskan dulu sisa-sisa makanan yang sebelumnya.
Ia membuka bungkusan makanan ringan itu, memakan nya dan kembali fokus kepada ponsel.
Disisi lain, Pria yang sedari tadi didapur sudah selesai memasak semua makanannya, ia juga sudah menatanya dimeja makan, kini tinggal menunggu istri yang baru saja ia nikahi kemarin malam.
Pria itu membuka celemek yang bertengger di badannya, hendak pergi kelantai atas memanggil istrinya, tapi baru juga berbalik ia sudah mendapati istrinya yang sedang berjalan turun kebawah, dilihat dari wajahnya ia sudah tau jika Istrinya ini sudah sangat kelaparan.
"Udah selesai?" tanya Gadis itu, Gadis itu menguap, menurut mulutnya menggunakan tangan.
Pria itu tersenyum lalu mengangguk. "Iya, sudah. Lama yah?" ucap Pria itu dengan wajah tidak enak, Gadis itu duduk dikursinya, mengambil sendok dan mencicipi soup yang dibuat suaminya ini.
Gadis itu mangut-mangut seraya merasakan rasa masakan yang masih menempel di lidah nya. "Enak!" seru Gadis itu memberikan dua ibu jari kepada Suaminya.
Gadis itu melirik kebawah, ada darah yang menetes dari tangan Suami nya, ia panik segera berjalan kearah Suami dan menarik tangannya untuk ia periksa.
Ada luka robek di jari telunjuknya, luka itu tidak dibersihkan seperti nya masih baru, masih ada banyak darah yang keluar.
Ia melihat kebelakang, ada banyak darah menetes dimana-mana, diseluruh lantai terdapat tetesan darah, ia berjalan kearah dapur masuk kedalamnya.
Ia melihat sekitar, benar saja, pisau. Pisau itu terdapat darah juga diatas talenan.
"Kamu, kan udah aku bilang hati-hati, jadinya gini kan? coba aja kalo kamu enggak ngeyel, mungkin ini enggak bakal terjadi!" ucap gadis itu tegas namun lembut, seperti seorang Ibu yang sedang menasehati anaknya.
Pria itu memperhatikan tangannya, terus mengamati jarinya yang luka, darah terus saja menetes kelantai.
Gadis itu membuka kitchen set lalu mencari kotak pertolongan pertama, setelah mendapatkan nya gadis itu mengajak Suaminya untuk duduk dan mulai mengobati luka Suami nya.
Setelah selesai mengobati dan memerban lukanya, garis itu mengambil lap dan mulai membersihkan lantai yang penuh dengan darah tetesan, beberapa diantaranya ada yang sudah agak mengering.
Sang Suami hanya memperhatikan istri nya yang sedang membersihkan lantai dapur, kembali mengamati jarinya yang kini sudah diperban dan tidak mengeluarkan darah setetes pun, tangan satunya terangkat, memegang jarinya yang luka, mengelus lalu menekan nya dengan sekuat tenaga.
"Kenapa? kenapa enggak sakit?"