Konon katanya di sebuah desa yang terpencil terdapat sebuah hutan yang lebat, dan katanya para penduduk di desa itu tidak ada yang berani masuk kedalam hutan tersebut.
pernah ada salah satu pendatang dari kota untuk memastikan apakah benar hutan itu angker atau cuma akal-akalan penduduk desa itu agar tidak ada para wisatawan yang berkunjung ke hutan tersebut.
wisatawan itu pun ngeyel tidak mendengarkan perkataan dari warga setempat, hingga dia tidak bisa keluar dari hutan itu, mungkin sudah mati di dalam hutan itu.
hutan itu di juluki dengan nama HUTAN BERDARAH karena setiap jalan setapak yang berada di hutan itu terdapat bercak darah yang menghiasi sepanjang jalan yang ada di hutan itu.
kini aku pun penasaran dengan HUTAN BERDARAH itu, ada apakah di dalam hutan itu???
aku pun bertanya-tanya hingga timbul rasa penasaran yang sangat mendalam, semakin menguak tentang hutan itu semakin aku ingin memasuki hutan tersebut dan memecahkan misteri yang ada di dalamnya.
kini aku dan para teman-teman ku telah bersiap-siap untuk menjalankan aksi untuk menguak hutan itu.
semua orang menganggap ku keras kepala, yah memang aku orang yang sangat keras kepala, karena tidak pernah mendengarkan perkataan orang, jiwa petualang ku meronta-ronta jika membahas tentang misteri.
setelah bersiap-siap aku dan teman-teman ku menuju ke desa bojoliang, tempat dimana terdapat HUTAN BERDARAH itu.
sesampainya di desa bojoliang aku dan teman-temanku menuju kantor kelurahan untuk meminta izin masuk ke dalam HUTAN BERDARAH.
awalnya aku sangat sulit untuk meminta izin ke kepala desa setempat karena mereka melarang keras untuk tidak memasuki hutan tersebut.
peraduan argumen antara aku dan kepala desa serta masyarakatnya pun akhirnya aku lah yang menang, dan aku serta teman-teman ku di perbolehkan masuk dengan catatan masyarakat ataupun kepala desa tidak bertanggung jawab jika ada di antara salah satu dari kami ada yang terluka ataupun meninggal.
aku pun menyanggupinya, dan aku beserta teman-teman ku pergi menuju hutan itu.
hutan yang sangat lebat pepohonan yang rindang tempat yang gelap sungguh membuat bulu kudukku merinding, tapi aku biasa saja aku berani untuk menjelajahi hutan ini.
aku dan teman-teman ku telah masuk ke dalam hutan itu dan benar cerita yang beredar jika setiap jalan setapak di dalam hutan itu terdapat bercakan darah di setiap jalan an, membuatku merinding tapi tidak membuatku menyerah untuk menguak misteri yang ada di hutan ini.
aku dan teman-teman ku terus berjalan di hutan yang gelap serta menyeramkan ini, aku menggunakan sebuah senter untuk menerangi jalanku dengan mudah.
"Ra gue merinding deh"ujar Sifa sambil memegang ujung bajuku. "kita balik ajah yu, bener kata Sifa, Ra"ujar Dion menimpali."iya lah yu kita balik lagi"tambah Dafa.
"Hei loh itu cowo masa iya sih takut sama hutan kek gini doang, coba deh disini tuh gak ada apa-apa"ujar Ara dengan kesal.
teman-teman ku pun tidak menimpali ucapan ku jadi dan hanya terus Diman tanpa bicara.
setelah kita hampir sampai di tengah-tengah hutan itu kita melihat ada seorang nenek-nenek yang mendekat aku dan teman-teman ku langsung merinding hingga refleks kita ber empat berpelukan nenek-nenek itu pun terus berjalan mendekat ke arah kita, setelah nenek-nenek itu sampai di hadapan kita, dia berkata.
"kembalilah, keluarlah dari hutan berbahaya ini sebelum nyawamu menjadi taruhannya anak muda"ujarnya.
bulu kuduk ku meremang saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut nenek-nenek itu,tpi aku tak menanggapinya kita malah acuh pada nya dan melanjutkan perjalanan kita.
setelah sampai di pertengahan hutan terdengar suara gelak tawa seseorang yang tak menampakan wujudnya aku dan teman-teman ku sangat ketakutan dan hingga pada akhirnya salah satu dari kita ada yang tewas terkena pohon bambu yang runcing mengenai perutnya hingga tembus sampai ke belakang.
aku dan teman-teman ku menjadi tegang kita pun memutuskan akan kembali ke desa, tapi di perjalanan ke dua teman-teman ku sudah tewas mengenaskan tinggak aku dan Dion yang masih hidup.
suara tawa dari mahluk halus yang ada di hutan itu pun terus menggelegar di sekitar hutan itu.
aku dan Dion terus berlari, awhhh aku menjerit ketika kakiku terkena bambu runcing yang terdapat banyak darah itu.
mungkin sudah banyak orang yang mati terkena bambu runcing itu, Dion pun menghampiriku dan membantuku untuk berdiri, semua badan ku dan Dion terdapat banyak luka bajuku dan baju yang Dion kenakan pun telah menjadi compang camping.
kita berdua terus berlari dan berlari hingga hampir keluar dari hutan itu tapi naas Dion terkena bambu runcing itu Dion pun tewas langsung.
aku pun berteriak memanggilnya, sebelum Dion menghembuskan nafasnya Dion menyuruhku untuk terus berlari meninggalkan hutan itu.
aku pun terus berlari hingga sampai di desa dan meminta pertolongan pada masyarakat desa setempat.
"tolong saya"ujarku dengan napas yang sangat memburu. setelah mengucapkan itu aku pun tidak sadarkan diri.
para warga pun menolong ku dan membawaku ke puskesmas terdekat untuk melakukan pertolongan pertama.
setelah berhari-hari aku di rawat di puskesmas, aku tak selera untuk makan karena mengingat kematian teman-teman ku yang sangat mengenaskan itu, aku merasa bersalah atas semua yang telah terjadi, andaikan saja aku tidak mengajaknya ke hutan Berdarah itu pasti semuanya tidak begini dan andaikan saja aku mendengarkan semua perkataan teman-teman ku serta nenek-nenek itu pasti ini semua tidak akan terjadi.
hingga akhirnya aku menerima semua apa yang telah terjadi, aku kehilangan sahabat-sahabat ku.
aku pun selalu mendoakan mereka agar tenang di alam sana.
#SELESAI#