Suatu pernikahan yang tidak dilandaskan dengan rasa cinta, dipenuhi oleh berbagai ujian dalam menjalankannya. Annisa Azkia, seorang wanita yang baru saja menyelesaikan perkuliahannya. Dihadapkan dengan perjodohan bahkan pernikahan yang tidak ia inginkan, dengan siapa dan juga wajah yang menjadi suaminya pun tidak ia ketahui.
" Maafkan bunda sayang, bunda hanya menjalankan amanah dari ayahmu. Jika kamu tidak menginginkannya, jangan dipaksakan. Sebelum semuanya terjadi, kau berhak untuk menolaknya nak." Bunda Fitri dengan mata yang berkaca-kaca, menahan gejolak didalam hatinya dengan keputusan besar dalam kehidupannya.
" Tidak apa-apa bunda, InsyaaAllah Kia akan menerimanya. Walaupun ini terasa begitu cepat, jangan bersedih. Kia tidak ingin bunda mengeluarkan airmata lagi, cukup disaat kepergian ayah saja. Mana senyuman manisnya, bun." Kia menguatkan hatinya, untuk membuat senyuman pada wajah belahan jiwanya.
" Terima kasih sayang, bunda dan ayah begitu bangga mempunyai puteri yang insyaaAllah sholehah." Fitri memeluk Kia dengan begitu erat.
Status Kia kini telah berubah menjadi seorang istri dari seorang pria yang bernama Axelle Videsh, seoranf pewaris tunggal dari keluarga terhormat di negaranya. CEO dari perusahaan keluarga yang kini ia jalankan, siapa yang tidak akan terpesona dengannya. Memiliki wajah tampan, tubuh yang begitu atletis, namun dingin dan begitu sombong.
" Axel, papi harap kau tidak akan mengecewakan. Ubah seluruh sikap dan kebiasaanmu itu, jangan membuat malu keluarga ini." Ucap Basman saat setelah acara ijab kabul selesai.
" Kalian yang menginginkan semuanya ini, jangan harap bisa merubah semua kehidupanku sebelumnya. Aku akan membawanya tinggal bersamaku, jangan campuri lagi urusan rumah tanggaku." Axelle beranjak dari ruangan yang dimana disana masih terdapat wanita yang melahirkannya termenung.
Basman memeluk istrinya, Fiona. Ia tahu, jika saat ini hati istrinya sedang terluka.
" Sudah, jangan menanggis. Semoga anak kita bisa berubah dengan kehadiran Annisa."
" Mami berharap demikian pi, mami yakin Annisa bisa merubah sikap Axelle yang sangat keterlaluan."
Perjodohan dan pernikahan terjadi, atas persetujuan diantara ayah Kia dan papinya Axelle dikala mereka sama-sama merintis usahanya terdahulu. Namun sangat disayangkan, perusahaan milik ayah Kia tidak bertahan lama, semuanya hancur dan setelah itu menjadi pesakitan serta berujung dengan kematian dengan penyakit jantung yang lemah.
' Maafkan aku Reza, tapi aku berjanji akan menjaga istri dan anakmu sampai titik darahku yang terakhir. Kau sahabat dan juga saudaraku yang begitu mulia.' Ucap Basman dari dalam hatinya.
Kedua pihak keluarga melepas kepergian anak-anak mereka untuk membina keluarga barunya, walaupun terasa berat untuk melepaskannya. Axelle membawa Kia menuju tempat mereka yang baru sebagai suami dan istri, kini mereka telah tiba disebuah rumah yang cukup mewah dan besar.
" Masuklah, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Axelle meninggalkan Kia yang masih termenung menatap bangunan dihadapannya.
Langkah kaki Kia memasuki rumah tersebut, melihat isi perabotannya yang cukup mewah. Membuat Kia mengucapkan rasa takjubnya.
" Assalamu'alaikum." Kia mengucapkan kalimat tersebut disaat kaki pertamanya memasuki rumah itu.
" Masyaa Allah." Ucapnya kembali setelah melihat isi dari bangunan.
" Hei! Melamun saja, duduklah. Dan baca ini, jangan kau anggap setelah kita menikah bisa hidup enak. " Perkataan Axell sangat tajam kepada Kia.
Membaca berkas yang dilemparkan Axell padanya, betapa kagetnya Kia dengan tulisan tersebut. Dimana inti dari tulisan itu mengatakan jika Kia tidak berhak menuntut apa-apa pada Axell, bahkan status mereka hanyalah diatas kertas.
" Apa maksud anda?" Kia memberanikan dirinya.
" Seharusnya kau itu sadar diri, dengan penampilanmu saja sudah membuatku sakit mata. Sangat tidka pantas, dan ingat. Aku mempunyai kekasih yang sangat aku cintai, jangan pernah mengganggu hubunganku dengannya. Paham!"
" Kamar utama adalah milikku, terserah kau mau dikamar mana. Dan ini, terserah mau kau gunakan atau tidak untuk keperluanmu dan juga rumah ini."
Axelle masuk ke dalam kamarnya dan membuarkan Kia yang masih terdiam, menatap berkas yang berada ditangannya dengan air mata yang sudah membasahi cadarnya. Memilih ruang kamar yang berdekatan dengan dapur, Kia merasa hidupnya begitu banyak ujian untuk kebaikannya. Meletakkan semua barang bawaannya, segera Kia mengambil air wudhu dan menjalankan shalat sunnah. Mengadukan semua yang ia rasakan hanya kepada sang pemilik jiwanya, berharap ia kaan diberikan kekuatan dalam menghadapinya.
Hari-hari pun dilalui dengan kesunyian, Kia tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Menyiapkan keperluan suami, rumah dan juga kebutuhan yang lainnya terkecuali kebutuhan biologis. Walaupun setiap masakan yang Kia siapakan tidak pernah disentuh oleh Axell, namun Kia tetap melaksanakan tugasnya. Seperti biasanya, pukul enam sore Axelle akan pulang. Kia bersiap untuk menyambutnya, namun kali ini membuat seluruh tubuh Kia bergetar dan hatinya hancur.
"Honey, ini istri yang kamu ceritakan itu? Kok pemanmpilannya kuno sekali, pantas saja kau tidak tertarik."
"Sudahlah, tidak usah kau hiraukan dia." Axell memasuki rumah mereka dengan memeluk pinggang dari wanita tersebut.
Dengan memejamkan matanya sesaat, Kia menghembuskan nafas beratnya. Berzikir didalam hatinya, menguatkan diri.
" Hei kamu, aku haus. Cepat buatkan kita minuman yang segar, jangan lupa dengam cemilannya." Clara, seorang model cantik pendatang baru yang kini bergaya menjadi tuan rumah.
" Tunggu apa lagi, cepat sana buatkan." Axelle pun menimpali Kia dengan begitu tegas.
Tidak ingin membuat gaduh, Kia hanya bisa pasrah dengan sikap suaminya yang sangat keterlaluan. Membuatkan apa yang diinginkan oleh kedua pasangan tersebut, namu disaat Kia akan menghantarkan jamuannya.
" Honey, aku tidak mau kamu lebih memperhatikan dia. Kalian kan hanya pasangan di atas kertas, terus nasibku bagaimana." Clara merengek seperti anak kecil dan memeluk Axell dengan centilnya.
" Tenang saja sayang, aku tidak akan pernah menyentuhnya dan dia tidak lebih dari seorang pelayan dirumah ini. Kamu adalah satu-satunya wanita yang aku cintai, cup!" Axell menautkan bibirnya pada pipi Clara.
Hal itu membuat jamuanya yang berada ditangan Kia terlepas, hingga berhamburan.
Prang!!!
Kedua pasangam tersebut menghampiri Kia, Clara mencaci maki Kia dengan kalimat-kalimat tajam. Bahkan ia menampar Kia dengan keras dna mendorongnya hingga telapak tangan Kia terkena pecahan gelas yang berserakan di lantai.
Plak!!!
" Stop Clara!" Tiba-tiba saja Axell menghentikan perbuatan kekasihnya itu.
" Memangnya kenapa? Dia memang pantas dihukum honey, atau. Jangan-jangan kau mulai menyukainya, hah!"
" Diamlah! Kau sangat keterlaluan, dia terluka. Itu akan membuatku dalam masalah." Hentak Axell pada Clara.
Kia yang sudah tidak bisa menahan rasa sakit hatinya, memilih menjauh dan masuk kedalam kamarnya. Keributan masih terdengar dari luar kamarnya, Kia menatap luka pada tangannya dengan air mata yang tak terbendung dan berdoa.
"Kuatkan aku Ya Allah, hanya padaMu aku memohon pertolongan. Kupasrahkan semuanya ini padaMu, namun aku memohon. Bukakanlah mata hari suamiku dengan izinMu."
⚘⚘⚘
Waktu berlalu dengan sendirinya, Kia tetap menjalankan tugasnya seperti biasa. Kedua orangtua mereka terus bertanya akan nasib rumah tangga mereka, yang selalu mereka jawab dengan sangat baik. Kini, Axell disibukkan dengan pekerjaan akhir tahunnya. Beberapa kali Clara selalu mendatangi rumah mereka dan membuat keributan dan kekacauan, namun Kia menghadapinya dengan tenang dan tidak terpancing emosi. Membuat Clara pada akhirnya pergi begitu saja, ada rasa sakit dan kecewa atas sikap suaminya yang harus ia redam.
Suara telefon rumah berbunyi, Kia buru-buru menerimanya. Betapa kagetnya saat ia mendapatkan berita jika suaminya kini berada dirumah sakit, kecelakaan tunggal yang dialami Axelle saat dalam perjalanan pulang. Bergegas berangkat menuju rumah sakit, Kia tak lupa memberitahukan kedua orangtuanya.
Setibanya dirumah sakit, Kia menatap kosong pada keadaan suaminya saat ini. Sangat tragis, dalam yang tidak sadarkan diri. Dokter memvonis Axell mengalami kelumpuhan pada kakinya dan juga kebutaan, dunia seakan sedang mempermainkan perasaan Kia saat ini. Menerima dengan hati yang lapang, hanya mengharapkan ridhanya Allah, Kia mempasrahkan diri dan keadaan. Mempercayakan semua kebutuhan dan keseharian Axell pada Kia, yang pada awalnya Axell tidak menerima keadaannya saat ini. Menantikan kekasih yang ia cintai untuk datang dan merawatnya, namun hanya ada seorang istri diatas kertanya yang dengan setiap dan sabar dalam menghadapi semua sikapnya. Kedatangan Clara setelah sekian waktu ditunggu, membuat suatu keputasan yang membuat Axell tersadar.
" Pria lumpuh, buta lagi. Walaupun kau itu kaya, mana ada wanita yang mau. Kalaupun ada yang mau, dia hanya akan menginginkan hartamu. Hanya perempuan kuno ini yang mau merawatmu, hahaha. Selamat tinggal Axell, kau sudah tidak aku perlukan lagi."
Axell mengamuk setelah mendengar ucapan Clara dan meninggalkan dirinya, merutuki dirinya sendiri dengan keadannya.
" Mas, mas Axell stop! Apa dengan mas menghancurkan semuanya, keadaan mas akan kembali lagi seperti semula?! Buka hati mas, Allah tidak akan membebani mas dengan cobaan yang begitu berat, karena Allah percaya kalau mas bisa melewatinya. Ingat Allah mas, sudah berapa lama mas jauh dari Allah? Sudah berapa lama mas bermaksiat, hah?"
Tanggis Kia kian pecah, mengeluarkan seluruh isi hati dan perasaannya yang selalu ia tutupi. Perlahan Kia membantu Axell untuk berbenah, merapikan kembali semua yang berserakkan. Saat ini, Axel termenung di atas kursi rodanya. Menatap ke luar jendela dari kamarnya.
" Mas, Kia minta maaf. Ucapan Kia tadi sangat tidak pantas, maafkan Kia."
Melihat tidak adanya tanggapan dari suaminya, Kia meletakkan nampan yang berisikan makan malam untuk Axell.
" Mas makan dulu ya, obatnya sudah menunggu."
Namun Axell masih terdiam, dengan memberanikan diri. Tangan Kia menggenggam tangan Axell dengan bergetar, baru kali ini ia berani menggenggam tangan pria.
" Lupakan masa lalu yang bisa membuat kehidupan mas semakin tidak terarah, mulailah kembali menata kehidupan yang baru dengan baik. Jangan melupakan Allah, sekecil apapun yang kita kerjakan. Jangan lupa untuk selalu melibatkan Allah mas."
Tanpa disadari Kia, Axell mengarahkan wajahnya kepada Kia. Membalas genggaman dengan lembut, hal itu membuat Kia gelagapan dan segera menarik tangannya.
" Maaf." Ucap Kia dengan bergetar.
" Seharusnya aku yang meminta maaf padamu, Kia. Atas semua perlakuanku padamu, benar yang kamu katakan. Hidupku sudah sangat jauh dari Allah, bahkan kini Allah telah menegurku. Maafkan aku, maafkan aku." Tanggisan Axell pecah, membuat Kia semakin larut dalam keadaan
" Kia sudah memaafkan mas, namun minta maaflah pada Allah mas. Karena Dialah sang pembolak-balik hati manusia."
" Maukah kamu membantu mas untuk meminta maaf padaNya? Mas mohon, bimbing mas, Kia. Mas mohon."
" Kia akan membantu mas dengan segala kekuatan yang Kia punya mas, asalkan mas meniatkan semuanya itu hanya untuk Allah."
"Terima kasih Kia. Maukah kamu menerima mas yang penuh dosa dan dalam keadaan cacat seperti ini? Jika kamu malu, masa depanmu masih panjang. Mas bisa melepasmu untuk..."
"Stop mas, jangan berkata seperti itu. Kia sudah menerima keadaan mas Axell apa adanya, insyaaAllah. Kia siap memulai ini semuanya dari awal, Kia juga bukan wanita yang sempurna dan masih banyak belajar mas."
Axell begitu terharu dengan penuturan Kia padanya, perlahan waktu demi waktu. Kehidupan rumah tangga mereka mulai terlihat, dengan sabar dan penuh perjuangan. Axell dan Kia melewati setiap prosesnya, ikhtiar keduanya untuk memulihkan keadaan Axell mulai membuahkan hasil. Kedua mata Axell sudah bisa melihat, walaupun dengan bantuan kacamata khusus. Kedua kakinya perlahan bisa berjalan, perusahaan yang sempat beralih tanggung jawab kepada papinya selama ia sakit. Kini kembali ia jalankan, dengan semangat baru dan kehidupan baru bersama Kia.
Sepulang dari perusahaan, Axell yang sudah mempersiapkan sebuah kejutan untuk sang istri. Dengan mengendap-endap Axell memasuki kamar, melihat Kia yang sedang merapikan tempat tidur dna membelakanginya. Axell langsung memeluknya dari arah belakang dan memberikan kecupan lembut pada puncak kepala Kia.
"Assalamu'alaikum khumairahku tersayang, tuh kan pipinya merah."
"Mas Axell! Bikin kaget saja, wa'alaikumussalam. Tumben pulangnya nggak ngabarin."
"Namanya juga mau kasih kejutan, kalau bilang-bilang dulu. Bukan kejutan lagi namanya, duduk ya."
Axell mengajak Kia untuk duduk bersama dipinggiran tempat tidur, memberikan sebuah kotak berukuran sedang pada Kia dan menyuruhnya untuk membukanya. Betapa kagetnya Kia saat membuka san membaca berkas didalamnya, yang membatalkan perjanjian mereka sebelumnya dan melimpahkan seluruh aset keuangannya atas nama Kia. Kia sempat menolak, namun Axell kembali menyakinkannya jika Kia berhak mendapatkannya.
"Kamu adalah berlian yang bersembunyi didalam tumpukkan batu kerikil yang banyak, terima kasih atas kehadiranmu didalam hidup mas."
Kehidupan Kia dan Axell dipenuhi dengan kebahagian, menerima keadaan satu sama lainnya. Selalu melibatkan Allah didalam setiap apa yang mereka lakukan sehari-hari, hal itu menjadikan rumah tangga mereka menjadi sakinah, mawaddah dan warromah.