Happy reading
Di malam yang biasa waktunya orang-orang tidur, tapi berbeda dengan seorang gadis yang masih stay di depan laptopnya. Apalagi jika tidak melihat idolanya yang saat ini sedang pentas di sebuah negara.
"Ya ampun Liu kenapa sih ganteng banget? Kalau gue mati gara-gara ketampanan lu gimana?" tanyanya dengan bahagia menatap wajah idolanya di layar laptop itu.
I wanna dance, the music's got me going
Ain't nothing that can stop how we move, yeah
Let's break our plans and live just like we're golden
And roll in like we're dancing fools
We don't need to worry
Cause when we fall, we know how to land
Don't need to talk the talk, just walk the walk tonight
Cause we don't need permission to dance
Suara gadis itu memang tak perlu diragukan lagi selain cantik, gadis itu juga memiliki suara yang indah. Tapi bakatnya itu tak pernah ia perlihatkan pada siapapun kecuali pacar hayalannya yaitu Liu Lan.
"Liu i love you," teriaknya dengan sangat kencang saat melihat pose pria itu sungguh menggoda imannya.
Untungnya kamarnya kedap suara jadi tak takut untuk dimarahi Mama dan Papanya.
"Ya Tuhan aku berharap Lui jadi jodoh aku," batinnya.
Mungkin gadis itu halus ingin menjadikan idolanya sebagai miliknya tapi apalah daya saat otaknya sudah terkontaminasi dengan pria tampan ini.
"Kalau Lui disini, mungkin udah gue pelet kali yakin. Astaga ngomong apa sih gue," gumamnya.
Gadis itu bernama Laura Isabella, gadis berusia 20 tahun dengan rambut cokelat bergelombang dengan mata biru yang membuat orang orang betah memandanginya.
Gadis dengan segala pesonanya itu sangat ngefans dengan salah satu idol korea yang sangat tampan diantara yang lain.
Laura memang most wanted di kampusnya yang memiliki banyak penggemar. Tah ayal banyak yang menembak Laura untuk menjadi pacar bahkan istri. Tapi Laura tetaplah Laura yang setia pada satu laki-laki yaitu Liu Lan, idolanya.
Setelah selesai menonton konser online idolanya, Laura berbaring dengan memeluk foto idolanya yang terpasang dipigora.
"Ganteng banget sih kamu," ucapnya mengecup foto itu berkali kali.
Setelah lama memandangi foto Liu, akhirnya Laura tidur dengan mendekap foto Liu.
Keesokan harinya, Laura bangun dan langsung mengecup foto Liu. Gadis itu meletakkan kembali pigora itu di nakas dan berlaku menuju kamar mandi.
Sedangkan di dapur, Mama dan Papa Laura sedang menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Papa duduk aja, biar Mama yang selesaikan," ujar Mama Alice pada suaminya.
"Gak mau Mah, kita harus masak sama sama. Kamu juga gak mau dibantuin pelayan gitu," ujarnya mengaduk sup ayam itu.
"Biar kesayangan aku gak rasain masakan lain selain masakan aku," jawabnya mengecup rahang suaminya.
"Makin sayang deh," ucap Papa Alex mengecup pipi sang istri.
"Pah kata Xixi, anaknya mau pulang dari korea," ucap Mama Alice.
"Yang jadi artis itu?" tanya Papa Alex dan diangguki oleh Mama Alice.
"Aku sama Xixi rencana mau jodohin, Laura sama anaknya," ucap Mama Alice dan dianggukkan oleh Papa Alex.
"Selagi itu yang terbaik buat Laura dan anaknya Xixi, Papa hanya bisa merestui. Yang penting mereka bahagia."
Setelah selesai masak, mereka membawanya ke meja makan dan tak lama Laura turun dengan pakaian rapinya untuk ke kampus.
"Pagi Mama, pagi Papa," sapa Laura.
"Pagi sayang, yuk sarapan."
Mereka sarapan dengan tenang, sesekali cendawan itu terbayangkan oleh mereka. Setelah selesai sarapan, Laura pamit ke kampus sedangkan Papa Alex berlalu menuju kamarnya untuk berganti pakaian kerja.
Hari demi hari terlewati begitu saja, Laura tetap mencintai idolanya itu. Walau Laura tahu semua ini akan sia-sia tapi tak apalah karena itu adalah kegemarannya.
Saat ini Laura sedang duduk di kursi taman dengan bersenandung lembut hingga membuat seorang pria bermasker yang sedari tadi mengamatinya itu terkagum akan suara dan paras ayu Laura.
Cause every night I lie in bed
The brightest colours fill my head
A million dreams are keeping me awake
I think of what the world could be
A vision of the one I see
A million dreams is all it's gonna take
Oh a million dreams for the world we're gonna make
"Kenapa hatiku berdetak seperti ini?" tanyanya dalam hati.
"Suara yang indah, aku berharap dia akan menjadi jodohku."
"Kita akan bertemu lagi manis," ujarnya dengan senyum manis.
Pria itu adalah Liu Lan seorang artis yang saat ini sedang pulang ke kampung halamannya. Tanpa ditemani manager atau asistennya. Liu ingin menghabiskan waktunya di kota ini, kota yang sangat indah baginya. Tapi demi impiannya ia rela merantau ke korea tanpa tahu jika menjadi idol sangatlah susah. Liu harus banting tulang untuk menghidupi dirinya sendiri di karena tanpa keluarga.
Laura yang asik dengan dunianya itu tersadar saat merasa getar di ponselnya dan terteralah nama Mamanya disana.
[Halo Mah. Ada apa?]
[Halo sayang, kamu lagi dimana?]
[Di taman biasa Ma]
[Nanti kalau pulang, jangan lupa beliin martabak yang biasa ya nak]
[Oke deh, Laura juga lama gak makan martabak]
[Kalau kamu mau makan martabak, kamu beli sendiri. Pokoknya yang satu itu harus utuh]
[Lah tumben, biasanya gak boleh makan martabak manis banyak banyak]
[Khusus hari ini Mama izinkan kamu makan]
[Makasih Mama cantik]
[Iya sayang]
[Nanti Lau pulang telat ya]
[Lah mau kemana lagi sayang]
[Ada deh pokoknya gak yang aneh aneh]
[Ya sudah tapi jam 7 harus ada di rumah loh ya]
[Siap Nyonya]
Setelah panggilan terputus, Laura kembali mendengarkan musiknya dari earphone miliknya.
Duk
"Eh bola?" gumamnya saat melihat bola berwarna pink itu berada di depannya.
Laura mengambil bola itu dan tiba tiba ada bocah cilik yang datang padanya. Ia bilang jika bola itu miliknya, dengan senyum Laura memberikan bola itu hingga membuat gadis itu senang.
"Seneng kali ya kalau punya adik," gumamnya menatap gadis itu yang mulai menjauh.
Hari mulai sore tapi Laura belum juga beranjak dari duduknya karena asik dengan dunia halunya.
Merasa taman sudah sepi Laura berlaku meninggalkan tempat itu dan berlaku menuju mobilnya. Ia tak melupakan martabak manis kesukaannya dan juga pesanan sang Mama.
Setelah berberapa lama mengantri akhirnya Laura mendapat dua box martabak dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah.
Sampainya di rumah Laura langsung meletakkan box itu dimeja senangnya miliknya ia bawa ke kamar.
Belum juga Laura istirahat, Mamanya datang membawa dress yang baru saja di buatnya. Sangat indah menurut Laura tapi ia tak suka punggungnya terlalu terbuka.
"Nanti malam dipakai ya sayang," ucap Mama Alice pada putrinya.
"Emang mau kemana mah? Ini dress nya terbuka banget loh. Nih punggungnya bolong. Ntar dikira mba sunbol lagi."
"Kamu mah katrok deh nak, ini tred sayang. Rancangan terbaru Mama dan kamu yang pertama memakainya," jawabnya meletakkan dress itu di kasur.
"Iya deh, memangnya siapa yang mau pesta mah?"
"Gak ada sih cuma makan malam biasa di rumahnya tante Xixi."
"Lah kalau cuma makan malam di rumah tetangga kenapa harus pake dress bagus gini?" tanyanya.
"Karena anaknya baru aja pulang dari korea, Mama cuma mau kenalan aja sama dia."
"Ini nih, pasti Mama mau jodohin Laura lagi kan? Gak ya Mah pokoknya Laura gak mau kalau bukan sama Liu Lan. Titik!!"
"Terserah kamu aja pokoknya kamu harus pakai dress ini. Dan jangan lupakan kalung pemberian Mama waktu itu."
"Ya."
Tak terasa malam pun tiba, Mama Alice yang sudah siap itu melihat putrinya yang masih memakai kalung kecil yang snagat pas di leher Laura.
Setelah selesai, Mama Alice, Papa Alex, dan Laura berlalu menuju rumah sebelah. Yaitu rumah Tante Xixi Yang jaraknya hanya berberapa meter saja.
Kedatangan mereka itu langsung disambutbaik oleh keluarga Lan. Yang notabene adalah keluarga cina yang menetap disana sejak bertahun-tahun tahun lalu.
"Tante, buat apa sih nyuruh Laura pakai dress segala? Bukannya kita cuma mau makan malam biasa ya?" tanyanya pada Tante Xixi.
"Biar kamu tambah cantik saja," jawabnya dengan manis.
"Tapi risih tante, nih punggung Laura bolong. Mama buat bajunya gak bener deh," ujarnya yang membuat mereka tertawa tapi tidak dengan Mama Alice yang cemberut.
Yah mereka memang sudah akrab sejak dulu, jadi tak heran jika ada yang salah menganggap mereka adalah orang tua dan anak.
"Nih aku bawain martabak manis kesukaan anak kamu kan?" tanyanya meletakkan box martabak itu di meja.
"Makasih loh sampai repot-repot bawa martabak segala."
"Gak apa-apa Xi."
"Btw anak lu mana?" tanya Mama Alice.
"Masih di kamar, bentar lagi turun kok" jawabnya.
Mereka bercanda ria tanpa sadar jika Liu sudah berada di tangga dan melihat canda tawa mereka.
"Bukankah itu wanita yang tadi sore?" tanyanya dalam hati.
"Liu, sini nak," panggil Papi Lin saat melihat putranya disana.
Pandangan mereka tertuju pada seorang pria yang ada diatas tangga itu. Mama dan Papa Laura cukup tertegun dengan wajah tampan Liu. Seperti tak asing tapi entahlah. Berbeda lagi dengan Laura yang tak terlalu dengar siapa yang dipanggil om Lin.
"Tant bolehkan Laura makan kuenya?" tanya Laura tanpa malu.
"Boleh sayang mau kamu habiskan juga tak apa-apa."
"Laper soalnya, Mama gak ngasih Lau makan sih tadi," balasnya mengambil kue yang ada diatas meja itu.
"Hahaha."
"Karena memang mau makan disini sayang, tante sudah masak banyak."
"Laura sayang kenalin ini Liu putra tante," ucap tante Xixi saat Liu sudah ada didepan mereka.
"Sayang sudah makannya, diajak kenalan itu," ucap Papa Alex tak enak dengan Liu.
"Gak apa-apa kok om."
"Eh tunggu suaranya kok gak asing," batin Laura mendongakkan kepalanya melihat siapa yang aa di depannya itu.
"Liu! Liu Lan kan?" tanya Laura terkejut melihat siapa yang ada di depannya. Idolanya yang sudah lama ingin ia temui tapi belum ada waktu saja.
"Ya kamu kenal aku?" tanya Liu mengulurkan tangannya.
"AAAAA GAK NYANGKA BAKAL KETEMU IDOLA. Tante sama Om kok ga bilang kalau Liu anaknya om sama tante, padahal Laura yah lama mengidolakan Liu," ucap Laura dengan senyum yang tak luntur.
"Oh ya, terima kasih. Kamu Laura ya? Mami banyak cerita tentang kamu," ucapnya lembut yang membuat Laura melambung.
Para orang tua yang melihat itu senang ternyata mereka bisa akrab sekali bertemu. Sekarang mereka mudah untuk menjadikan keduanya, yah memang ini adalah rencana kedua keluarga untuk menjodohkan anak-anak mereka.
"Kanalannya sudah, yuk makan malam. Mami sudah lapar," ucapnya.
Mereka semua berjalan menuju ruang makan dimana sedari tadi Liu dibuat gemas dengan tingkah Laura.
Mama, Papa, Mami dan Papi mengatakan tujuan diadakan makan malam ini yaitu untuk menjodohkan keduanya. Mereka terkejut tapi ada rasa senang di hati mereka masing masing. Liu yang membagi sudah mengagumi Laura sejak pertama bertemu itu langsung menerimanya, sedangkan Laura yang bagai ketiban durian runtuh itu hanya bisa menerima dengan senang hati.
Selesai
Cerita pendek yang aku karang asal, maaf jika tak sebagus yang kalian kira.