Tak seperti biasanya sore ini ayah pulang dengan wajah yang terlihat prustasi, Bunda yang melihat kedatangan ayah langsung menghampirinya dan mengelus lembut punggung ayah.
"Ada apa, Ayah? Kenapa pulang-pulang wajahnya ditekuk seperti itu?" tanya Bunda.
"Anu, Bun. Perusahaan Ayah bangkrut," hanya itu kalimat yang terucap dari bibir Ayah.
Bunda terlihat kecewa saat menatap ayah, namun dia tak berkata apa pun. Dia langsung pergi meninggalkan ayah sendiri di ruang keluarga.
Sebenarnya aku bingung melihat hubungan ayah dan bunda yang terlihat tidak akur selama 1 tahun ini.
Ayah lebih sering pergi dari rumah, sedangkan Bunda terlihat sering menutup diri di dalam kamarnya.
Bahkan untuk menyapa aku pun, sangat jarang sekali. Mungkin karena dia merasa prustasi akan hubungannya bersama dengan ayah.
Aku memang baru berusia 10 tahun, nama aku Meliani Anggara. Namun aku pun sudah paham, jika hubungan ayah dengan bunda sedang tidak baik-baik saja.
Satu minggu telah berlalu, ayah mengajak aku dan juga bunda untuk pergi dari rumah yang selama ini kami tinggali.
Ayah mengajak kami ke rumah yang lebih sederhana, namun walaupun seperti itu aku merasa cocok tinggal di rumah tersebut.
Karena di belakang rumah baru kami, banyak pohon dan juga bunga yang sangat memanjakan mata.
Namun, setelah satu minggu aku tinggal di sana. Aku merasa kurang nyaman, karena setiap malam aku selalu mendengar suara langkah kaki di balik jendela.
Bahkan terkadang aku mendengar suara rintihan yang tak begitu jelas, suaranya seperti anak kecil yang merintih menahan sakit.
Aku ingin sekali keluar dan langsung melihat sebenarnya suara langkah kaki siapakah yang setiap malam aku dengar, namun aku tak cukup berani untuk melakukan hal itu.
Suatu hari aku memberanikan diri mengadukan apa yang aku dengar kepada ayah.
"Yah!" kataku.
"Apa Mey?" tanya Ayah.
"Em, itu, Yah. Anu, aku suka denger suara langkah kaki di balik jendela setiap malam. Aku jadi takut," aduku pada Ayah.
Untuk sesaat ayah nampak terdiam, dia seakan kaget dengan apa yang aku katakan. Namun beberapa detik kemudian, ayah terlihat menormalkan perasaannya, lalu dia pun mulai berbicara.
"Mungkin kamu hanya berhalusinasi, suara hembusan angin di belakang rumah memang terdengar sangat kencang kalau malam," kata Ayah.
Aku pun mengernyitkan dahiku, aku merasa janggal dengan jawaban dari ayah. Namun, aku berusaha mempercayai apa pun yang dia katakan. Aku pun menganggukkan kepalaku, agar ayah tak marah kepadaku.
"Besok-besok kalau kamu mendengar suara aneh lagi, tutuplah telingamu. Jangan pernah memikirkan hal yang aneh-aneh," ucap Ayah.
Setelah berkata seperti itu, dia pun berlalu dari hadapanku. Melihat gelagat ayah yang aneh, membuat aku semakin curiga.
Aku pun jadi ingin mengetahui sebenarnya apa yang terjadi. Saat malam tiba nanti, aku pun berniat untuk menyelidikinya sendiri.
Malam harinya.
Aku benar-benar memberanikan diri untuk melihat apa yang setiap malam aku dengar. Seperti biasanya, saat tengah malam tiba ada suara langkah kaki yang aku dengar.
Kali ini aku berbeda seperti biasanya, karena derap langkah kakinya terdengar lebih cepat dari biasanya.
Aku pun mengendap-endap keluar dari dalam kamarku, lalu aku keluar dari rumah yang aku tempati lewat pintu belakang.
Tak lama kemudian, aku melihat sekelebatan bayangan menuju ke arah pepohonan yang berada di belakang rumah.
Aku yang benar-benar sudah merasa penasaran tingkat dewa pun langsung mengikuti kemana arah bayangan tersebut.
Karena aku yakin sosok itu bukanlah hantu, karena aku seperti melihat sekelebatan seorang lelaki yang memakai jubah.
Dia pun terlihat melangkah dengan cepat, sudah dapat dipastikan jika Itu bukan hantu. Karena setahuku hantu tidak mempunyai kaki.
Ternyata tak jauh dari rumahku ada gubuk kecil yang terlihat tak layak untuk dihuni, sosok yang aku ikuti pun masuk ke dalam sana setelah membuka gemboknya.
Aku yang benar-benar merasa penasaran pun langsung mengikuti langkah kaki orang tersebut, aku pun mencoba mencari celah agar bisa melihat apa yang terjadi di dalam gubuk tersebut.
Setelah menemukan lubang yang lumayan besar, aku pun mulai memeprhatikan apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana.
Tak lama kemudian, aku melihat sosok lelaki itu membuka jubahnya. Lalu, dia pun memberikan bungkus makanan kepada anak kecil yang ada di sana.
Anak itu nampak lusuh seperti tak pernah dimandikan, dia bahkan terlihat sangat kurus.
"Segeralah makan, agar kamu tak kelaparan," ucap lelaki tersebut.
Aku merasa sangat kaget mendengar ucapan lelaki tersebut, karena aku sangat mengenali suara itu. Suara itu adalah suara ayah.
Aku sempat memperhatikan interaksi antara ayahku dan anak kecil itu, setelah ayah memberikan bungkusan itu, anak itu dengan cepat mengambil bungkusan itu dari tangan ayah.
Dia memakan makanan yang ayah bawa dengan lahap, dia sepertinya sangat kelaparan.
Aku memeperhatikan sekeliling gubuk tersebut, hanya ada dia sendiri di sana. Aku pun merasa aneh karena anak perempuan itu hanya tinggal sendirian tanpa ada yang menemani.
Setelah dia menghabiskan makanannya, ayah terlihat ingin meninggalkan anak kecil tersebut, tiba-tiba saja anak kecil tersebut memeluk kaki ayah dengan sangat erat sekali.
"Ayah, tolong jangan tinggalkan lagi aku di sini sendirian. aku takut," ucapnya mengiba.
Hatiku merasa sakit saat mendengar orang lain memanggil ayahku dengan sebutan ayah.
"Singkirkan tanganmu itu dari kakiku, jika bukan karena perbuatan ibumu yang tidak tahu diri itu, aku tidak akan jatuh miskin seperti ini!" ucap Ayah.
Mendengar ucapan ayah, aku pun jadi berpikir. Mungkinkah jika ayah berselingkuh di belakang Bunda? Lalu selingkuhan ayah membawa kabur harta ayah, sehingga kini ayah jatuh miskin?