"Namaku Nabila. Panggil saja Abil." Abil memperkenalkan diri di depan seluruh anggota club lukis. Sudah setahun dia sekolah di SMA ini, tapi dia baru berani masuk salah satu club.
"Kamu pacaranya Kak Purwa, kan?" tanya salah seorang anggota. Abil menggeleng. Dari dulu ada saja orang yang menyebarkan berita palsu tanpa mengonfirmasi pada si korban. "Lha, aku lihat kok kamu sama Kak Purwa suka datang barengan," tekan orang itu lagi.
"Aku adiknya," jawab Abil. Dia agak heran. Penyakit masyarakat sekarang memang begitu. Lihat orang datang bareng, pulang bareng plus gandengan pasti saja dibilang pacaran. Padahal aslinya gak. Kak Purwa adalah Kakak kedua Abil. Karena usia mereka terpaut setahun setengah, mereka duduk di satu tingkat sekolah yang berbeda.
Mendengar jawaban Abil membuat seluruh anggota club tersenyum senang. Intinya club ini semua anggotanya perempuan, dan sebagai perempuan sejati menyimpan perasaan pada pria tampan itu sudah biasa. Terutama Kak Purwa yang kata siswi-siswi di kelas Abil sih punya wajah seganteng Sehun EXO.
"Nanti kenalin sama Kakaknya donk, Bil!" celetuk anggota club yang lain. Abil tersenyum kecil. Bukannya gak mau, gumamnya dalam hati. Kak Purwa itu sudah punya pacar.
Setelah memperkenalkan diri, Abil menjadi rebutan anggota club. Diantara mereka ada saja yang memaksa untuk duduk di samping mereka. Hal yang paling Abil benci, disukai hanya karena Kak Purwa.
🌿🌿🌿
"Bil, nanti istirahat mau gak makan sama aku?" Salah satu anggota club bernama Kak Arsyi mengiriminya chat. Bukan hanya dia, beberapa orang lainnya juga. Abil mengabaikannya. Ia sudah tahu intinya mereka hanya memintanya agar bisa lebih dekat dengan kakaknya.
"Loh, cuman dibaca aja toh, Bil?" tanya Kak Mila. Abil mengangguk. Jam istirahat ini Abil hanya habiskan dengan Kak Mila dan Kak Purwa. Abil memang sulit sekali bergaul. Dia korban dari ketidak tulusan fans kakaknya.
"Mereka maunya main sama Kak Purwa, bukan Abil," gerutu Abil membuat Purwa hampir tersedak. Purwa sendiri tak bisa melakukan apa-apa. Memang salahya kalau harus terlihat tampan?
"Ya sudah, di sini saja sama Mila. Daripada digigitin sampai habis," candanya. Abil mengangguk.
Kak Mila pacaranya Kak purwa. Namun, karena mereka jarang memperlihatkan kemesraan di depan umum, jadilah Abil yang sering disangka pacarnya Kak Purwa. Sedari kecil sering diperlakukan seperti anak kembar, membuat mereka terbiasa bercanda sehingga membuat kesan mesra. Padahal aslinya tak pernah akur.
🌿🌿🌿
Seperti biasa, ada saja yang jahil menyimpan teror di meja Abil. Isinya perintah agar Abil putus dengan Purwa. Permintaan yang lucu. Masa Abil harus di usir dari kartu keluarga? Abil membuang kotak terlarang itu ke tempat sampah sekolah. Abil bingung, dekat dengan Kakaknya membuatnya mengalami dua hal unik, disayangi sebagai adik dan dibenci sebagai pacar.
"Abil, dapat hadiah aneh lagi?" tanya Fifi, teman sebangku Abil. Abil mengangguk. "Ada saja ya yang nekat begitu," komentar Fifi. Sebenarnya Fifi tahu tentang hubungan Abil dan Purwa, sehingga dia hanya satu-satunya di kelas ini yang bersikap normal pada Abil.
"Makanya, Bil! Punya pacar yang biasa aja. Gak usah yang ganteng-ganteng," komentar Angga-murid paling berisik di kelas ini. Walau cowok tulen, tapi dia paling kepo sama urusan orang.
"Eh, Angga! Suka-suka dia donk. Kalau Kak Purwanya mau kenapa?" cibir Fifi membuat Angga memeletkan lidah padanya.
Walau tahu, Fifi suka berpura-pura menutupi hubungan asli Abil dan Purwa. Senang saja lihat cewek-cewek di kelas ini seperti cacing kepanasan setiap melihat Purwa menjemput Abil.
"Duile, yang disayang sama cowok paling ganteng di sekolah," ledek Anggini. Dia yang paling sewot sama Abil. Dia juga terang-terangan bilang suka sama Purwa. Bahkan sampai nyewa paparazi gadungan sekolah biar dapetin foto Purwa.
"Bil, kapan mau putus?" tanya Angga tiba-tiba tepat di depan wajah Abil hingga gadis itu kaget dan hampir terjungkal. "Abil kan tahu Angga naksir Abil. Biar kata Purwa ganteng juga, pasti ada bosennya, kan?" goda Angga.
Abil menatapnya kesal. Abil gak tahu kenapa di kelas dua ini dia bisa sekelas lagi dengan Angga. Padahal rasanya ia ingin jauh-jauh dari cowok yang satu ini. Selain biang keributan dan tukang sewot, Angga juga sering menggodanya dari kelas satu. Dia baru diamnya kalau lihat Kak Purwa.
"Angga, bisa gak sih gak ganggu Abil. Kalau Angga begini Abil malah takut," komentar Abil sambil mendorong pelan tubuh Angga agar menjauh darinya.
🌿🌿🌿
"Nabila siti marwa, biar kata Angga gak seganteng Purwa tapi Angga lebih setia. Sama Angga, Nabila gak akan diteror," goda Angga. Laki-laki itu sampai naik ke atas meja sambil membawa setangkai mawar dari meja guru.
Abil tak tahu lagi harus berkata apa atas kelakuan Angga. Yang jelas Abil malu luar biasa. Dan satu hal yang membuat Abil membiarkan orang berpikir jika Purwa itu pacarnya adalah agar Angga menjauhinya. Namun, yang bersangkutan tak peduli.
"Sudahlah Abil, terima saja. Purwa biar estafet sama yang lain," komentar Anggini.
"Sumpah, Bil. Itu cewek nyebelin banget ngomongnya," sewot Fifi. Tangannya sudah mengepal ingin menyumpal mulut Anggini. Namun Abil menahannya.
"Nabila, ayo pulang," panggil seseorang dari depan pintu kelas. Melihat kehadirannya, tak hanya membuat Angga mematung, juga Anggini menunduk malu. Sedang Purwa sendiri geleng-geleng melihat kelakuan adik kelasnya. "Gak normal," komentar Purwa pedas.
Cepat-cepat Abil memakai tasnya dan berlari menuju Purwa. Kakaknya itu dengan lembut mengulurkan tangannya agar bisa menuntun Abil.
"Mampus lo semua! Sekali ketahuan di omelin, loh!" goda Fifi. Dalam hati dia merasa miris dengan teman-temannya. Bisa-bisanya setahun lebih mereka percaya saja jika Purwa dan Abil berpacaran.
🌿🌿🌿
Abil kebingungan memilih buku yang akan ia beli. Pak Doni hanya menyebutkan nama penerbit buku paketnya, tapi tidak dengan pengarangnya. Masalahnya, penerbit ini memiliki dua pengarang yang berbeda untuk materi buku yang sama. Yang lebih parah, Abil lupa cover buku yang ditunjukan Pak Dodi. Apa Abil pulang saja ya? Namun, Abil harus mengerjakan tugas yang tercantum di buku itu.
Abil mengirim pesan pada Fifi, sahabatnya. Namun, yang dimintai tolong ternyata ponselnya tak aktif. Abil lupa, Fifi hari ini ada latihan Paskibra.
"Nyari ini ya, Mbak?" tanya seseorang yang tiba-tiba memperlihatkan sebuah buku tepat di depan wajah Abil.
Abil kaget. Ia kontan menepuk buku itu hingga terjatuh. Abil sendiri berteriak dan mengundang perhatian orang yang tengah berada di toko buku tersebut.
"Alah! Ngagetin amat!" protes orang itu sambil mengambil buku.
"Kamu yang ngagetin!" Abil balas memprotes. Orang itu tertawa kecil lalu memberi buku yang tadi ia tunjukan pada Abil.
"Hal 78, soalnya ada 10," ucap orang itu
"Angga, kok kamu ada di sini, sih? Ngikutin Abil ya?" interogasi Abil.
Angga menggeleng. "Aku juga mau beli buku, Bil. Kebetulan ketemu di sini. Jodoh kali ya kita?" ucap Angga seenak jidat.
Abil bergidik jijik. "Makasih Angga," ucap Abil. Tak mau lama berurusan dengan anak itu, Abil cepat-cepat membawa buku itu ke mesin kasir.
Orang yang ditakuti malah mengikuti dari belakang. Ia juga ikut antre. Mana antreannya panjang banget lagi. Abil rasanya ingin pergi saja kalau bukan karena tugas dari Pak Dodi.
"Bil, cowok lo mana? Setiap hari ke sekolah antar jemput, masa ke toko buku kagak?" sewot Angga. Abil diam saja. Percuma menanggapi cowok satu ini. Kalau dijawab sekali, dia nanya seribu kali.
"Percuma punya cowok ganteng tapi gak perhatian. Kalau gue jadi cowok lo, kemanapun gue anter, Bil. Sampai ke toilet sekalipun," godanya.
Wajah Abil memerah. Hampir semua yang mendengar ucapan Angga barusan ikut tertawa.
🌿🌿🌿
Tadinya Abil tak mau pulang bareng Angga. Namun, gara-gara Angga ngikutin dia sampai ke pinggir jalan dan mohon-mohon sampai megangin kaki Abil, akhirnya Abil menyerah juga. Butuh setengah jam lamanya menempuh perjalan dari toko buku ke rumah Abil dengan motor Angga.
Tiba di depan teras, Angga agak terkejut melihat Purwa sudah duduk manis di atas kursi teras. "Bukannya nganterin malah nunggu di sini," gerutunya.
Sepertinya Kak Purwa bisa mendengar suara Angga hingga berdeham sambil menatap Angga tajam.
"Hush, gak sopan, Ga! Dia Kakak kelas," nasehat Abil.
Angga merengut. Ia nyalakan kembali mesin motornya. Sedang Abil langsung berlari menghampiri Purwa yang memanggilnya.
Hati Angga sakit. Apalagi ketika melihat Purwa membelai rambut Abil. "Sama yang nganter aja lupa!" lagi-lagi Angga menggerutu.
🌿🌿🌿
"Bil, sarapan, yuk!" ajak Angga. Abil menggeleng. "Gini aja deh! Ini donat simpen aja buat nanti siang!" tawar Angga.
"Ga, aku sudah punya bekal buat nanti siang. Ada di Kak Purwa," jawab Abil. Angga terlihat mengerutkan dahinya. Dia selalu kalah satu langkah dari Purwa.
"Purwa bawain donat yang lebih enak?" tanya Angga.
Abil mengangkat sebelah alisnya.
"Bukan donat sih, tapi buatan Bunda," jawab Abil.
"Bunda?" Angga sepertinya mulai mengerti sejauh apa hubungan Abil dengan Purwa. "Segitu deketnya sampai mamah dia lo panggil Bunda!" gerutu Angga lalu meninggalkan Abil sendiri di mejanya.
🌿🌿🌿
"Bil, Angga berantem sama Kak Purwa!" pekik Asya, membuat Abil dan Fifi yang tadinya sedang mengobrol kontan berdiri lalu berlari. Keduanya mengikuti Asya yang membawanya ke tempat keributan.
"Ya Allah Angga!" pekik Abil. Ia berusaha memisahkan Purwa dan Angga yang sudah berguling-guling di atas lantai koridor kelas Purwa.
"Sudah! Sudah!" perintah Abil.
"Gak, Bil! Gue gak bisa berhenti sebelum dia minta maaf sama lo!" bentak Angga.
Abil terdiam heran. Dia sama sekali tak mengerti dengan apa yang dikatakan Angga.
"Apa sih, Ngga? Emang Kak Purwa ngapain?" tanya Abil heran.
"Dia selingkuhin lo, Bil. Gue liat di mesra-mesraan sama cewek lain! Jangan buta, Bil. Buat apa sih lo pacaran sama cowok jahat macam gini?" nasehat Angga.
Dengan kesal Angga dekati lagi Purwa lalu ia cengkram kerah baju Purwa. "Putusin Abil!" titahnya.
"Sableng lo ya!" cibir Purwa.
"Lo yang sableng! Lo punya cewek kenapa lo mesra-mesraan sama cewek laen? Mentang-mentang ganteng lo!" bentak Angga lagi.
Abil geleng-geleng. "Angga! Lepasin Kak Purwa, gak?" bentak Abil.
"Kalau gitu putus sama dia!" tekan Angga.
"Gila lo ya!" Purwa balas membentak Angga.
Bug! Angga menonjok pipi Purwa hingga cowok itu jatuh terjungkal. Abil berteriak. Ia berlari menghampiri Purwa lalu memeluknya.
"Ga, kenapa lo pukul Kak Purwa. Salah Kakak gue apa?" berang Abil. Tangisnya pecah. Purwa memegangi pipinya yang sakit.
"Gue liat dia selingkuh sama cewek itu!" tunjuk Angga pada Mila yang diam mematung melihat Purwa dipukul.
"Kak Mila?" panggil Abil. Mendengar suara Abil, Mila baru tersadar. Ia ikut berlari menghampiri Purwa dan ikut memeluk pria itu.
Angga terdiam. Dia bingung. Purwa dipeluk dua cewek sekaligus. Ini zaman memang sudah gila. Sekarang bukan nikah aja yang di madu. Pacaran juga bisa ternyata, pikirnya.
"Emang kenapa kalau Kak Purwa sama Kak Mila? Kak Mila itu pacar Kak Purwa. Apa salah mereka mesra-mesraan?"
"Elo udah putus sama dia?" tanya Angga heran. Kok cepet banget lupanya? Pikiran Angga tambah keras.
"Sinting lo! Putus apa maksudnya? Masa gue putus hubungan sama adek gue sendiri?" bentak Purwa yang mulai menguat.
"Adek?" tanya Angga heran.
Abil terdiam. Ini salah Abil sih. Kalau aja Abil mengungkap hubungannya dengan Purwa dari dulu, pasti masalahnya gak akan seperti ini.
"Kak Purwa itu kakak gue!" aku Abil membuat Angga terduduk lemas ke atas lantai.
Dia sama sekali tak percaya dengan apa yang dia lakukan. Niat dia mengambil hati Abil, dia malah membuat Abil semakin jauh. Apalagi barusan dia memukul kakaknya Abil. Makin deh Angga memperlebar jarak antara mereka.
Abil dan Mila membopong Purwa masuk ke kelas. Para penonton acara itu merasa kecewa lalu meninggalkan TKP. Sedang Angga masih terdiam menyesali perbuatannya.
🌿🌿🌿
Angga masih terus mengikuti Purwa. Dia tak henti-hentinya mengucap kata maaf. Dan Purwa tetap tak menggubrisnya.
"Kak, saya minta maaf. Maksud saya tadinya tidak begitu. Saya cuma terlalu sayang sama Abil," jelas Angga.
Purwa diam saja. Ia sama sekali tidak terlihat terganggu dengan kehadiran Angga. Tetap terkunci pada pada buku di tangannya.
"Saya mana tahu kalau Kakak sama Abil itu saudara kandung. Abil gak pernah bilang," Angga masih saja mencari alasan.
Purwa menghela napas panjang. Tak lama ia tutup bukunya.
"Kayaknya kamu salah. Kamu gak sayang sama adik saya. Buktinya, kamu gak tahu siapa Kakaknya, kamu juga gak tahu seperti apa karakter Abil," sewot Purwa. Setelah beratus-ratus alasan yang diberikan Angga, baru kali ini Purwa menanggapi. Itupun terdengar menohok hati.
"Abil itu penakut. Makin kamu deketi, makin kabur dia," nasehat Purwa. Dia bangkit lalu pergi meninggalkan Angga.
🌿🌿🌿
"Bil, mulai sekarang aku gak akan ganggu kamu, Bil. Janji! Tapi kalau mau pacaran, jangan sama siapa-siapa. Bilang aja ke aku , Bil," aku Angga. Setelah berkata begitu, dia berjalan pergi meninggalkan Abil dan Fifi yang terdiam heran.
"Kesurupan si Angga?" tanya Fifi heran. Abil geleng-geleng kepala.
🌿🌿🌿
Sebulan lamanya kelas ini menjadi sepi. Tak ada lagi ketukan berirama aneh dari meja hingga kata-kata menyebalkan dari kalangan di baris belakang.
Semua itu karena pemimpinnya yang sepertinya terserang difteri. Sudah sebulan lamanya ia tak melakukan hal aneh di sekolah. Hanya datang, belajar, jajan, main basket, ke kelas lagi lalu pulang. Dan selama itu pula Angga tak pernah berinteraksi dengan Abil. Sekedar bilang hai saja tidak.
"Lo yakin dia gak keracunan sarden?" tanya Fifi.
Abil menatap Angga. Sebenarnya dia merasa khawatir dengan laki-laki itu. Apalagi setelah kak Purwa cerita kalau Angga pernah minta maaf padanya hingga memohon-mohon. Masa sih dia semalu itu sampai berubah drastis. Tapi itu Angga loh, cowok yang kalau Abil tebak, joget india di tengah jalan juga gak akan malu.
Akhirnya setelah berpikir panjang dan keras, Abil mengambil satu keputusan. Ia datangi Angga.
"Kamu kenapa sih , Ga?" tanya Abil.
Angga menggeleng. "Kalau gak kenapa-napa, kenapa diem saja?" tanya Abil.
"Nanti kamu takut," jawab Angga. Abil terdiam heran. "Kakak kamu bilang perbuatan aku sama kamu bikin kamu takut," jawab Angga.
Abil benar-benar gak habis pikir, masa cuman karena gak mau bikin Abil takut Angga langsung berubah drastis? "Kok segitunya, Ga?" tanya Abil.
"Aku kan sayang sama kamu, Bil. Kenapa gak ngerti-ngerti?" tekan Angga.
Abil terdiam. Dia mengerti tapi masalahnya. "Angga, Abil gak suka sama Angga. Abil gak niat punya pacar. Abil mau sekolah dulu yang benar. Abil mau banggain dulu Bunda," jawab Abil.
Angga terdiam. Memang salahnya terlalu memaksakan. Mau bagaimanapun meski Angga berubah tetap saja tak akan bisa mengubah pendirian Abil.
"Bil, kalau Angga bisa tahan sayang sama Abil sampai Abil lulus sekolah, Abil mau nerima cinta Angga?"
"Jawabannya kalau semua sudah terjadi ya, Ga," jawab Abil.
Angga tersenyum lalu mengangguk.
🌿🌿🌿
Abil merenggut. Ini sudah kesekian kalinya ia datang ke pernikahan orang lain sendirian.
Dengan wajah mengerut Abil menulis di atas buku tamu. Nyonya Nabila Aidil. Lalu menandatanginya.
"Abil?" panggil Fifi dari pintu masuk gedung pernikahan. Fifi langsung menghampiri Abil.
"Cie ... Nyonya Aidil," komentar Fifi.
"Apa sih, Fi?" sewot Abil.
"Nyonya kok ke kondangan sendirian aja?" ledek Fifi.
"Mau apalagi? Punya suami hobinya kerja sama kerja," protes Abil.
"Lha, biarin. Kan, duitnya jadi banyak?" heran Fifi.
"Iya, tapi kalau gini apa bedanya sama jadi jomblo?" kesal Abil.
Fifi tertawa. "Lha, kenapa juga yang mau sama dia?"
"Cuman dia yang mau dari sekian banyak laki-laki," jawab Abil sederhana. Namun mampu memancing tawa Fifi.
"Sudah cuman satu-satunya, mau juga nunggu sampe lulus kuliah. Asli tuh Si Angga Vian Aidil sudah keracunan cinta mbak Nabila," ledek Fidi lagi membuat Nabil mencubit gemas lengannya.