REINKARNASI, Bisa DI KATAKAN HANYA SEKEDAR FIKSI IMAJINASI, NAMUN, ... terlepas dari itu cerita yg mengangkat soal reinkarnasi sangatlah menarik.
Ayo baca cerita novel ku ya
Judul : "REINKARNASI MENJADI INDIGO"
BAB 1
[Palembang, Indonesia, 18:30. WIB, 07/07/2223]
"Target di dalam rumah ... kepung mereka ...!" seruan Pria berambut gondrong salah satu dari segerombolan langkah kaki beringas berlarih menuju rumah panggung kecil yang berada sedikit di dekat hutan.
GAARRR ...
BWARRR ...
Suara pintu di dobrak dengan keras sampai hancur oleh pasukan bersenjata api yang tak di kenal ini.
Indeks yang sedang merayakan hari ulang tahunnya yang ke-28 tahun bersama Ibunya yang bernama Soraya dan teman wanitanya bernama Yinnura terkejut saat melihat segerombolan orang yang tak di undang itu tiba-tiba saja datang dengan sapaan yang tidak bermoral.
Mereka bertiga yang ada di dalam rumah langsung berdiri dari duduk santainya. Sementara Ibunya Indeks masih memegang kue ulang tahun anaknya.
Pria berambut gondrong itu menodongkan Pistolnya sembari menyuruh mereka betiga yakni Indeks, Soraya dan Yinnura agar mengangkat tangannya ke atas.
Dengan raut wajah yang cemas Indeks memberanikan diri untuk melontarkan kata-kata dengan sedikit terbata-bata kepada sekelompok orang ini,
"M—m—maaf ... Siss—ss—siapa kalian? ... ada apa ini ... aku mohon jangan bunuh kami ...! ambilah semua barang dan harta yang kami punya asalkan jangan bunuh kami,” ujarnya yang masih mengangkat tangan. Didalam batinya Ia sangat cemas dan terlihat jelas juga di raut wajahnya ia sangat tegang.
Pria berambut gondrong yang berada tepat di hadapan mereka, salah satu dari sekian banyaknya orang yang monyodorkan pistol itu, tidak menghiraukan perkataan Indeks, yang menurutnya tidaklah penting baginya. Pelatuk senjata apinya langsung di tekan kearah Ibunya Indeks, yang berada dekat di depan Yinnura.
DORRRR ...
Seketika Soraya ambruk dengan satu tembakkan peluru yang menembus perutnya. Luka itu mengeluarkan cipratan darah yang mengenai wajah Yinnura, sampai-sampai membuatnya syok.
Tubuh korban terkulai lemah, jatuh terhempas di ubin lantai ruang tengah. Mendengar suara gumamman Soraya menyebut nama Indeks, Pria ini melanjutkan tembakan susulannya tepat di bagian kepala korban, "Dorrr." Akhirnya sudah dipastikan Soraya tewas seketika di tempat.
Kue ulang tahun yang tadinya di jadikan pelengkap kebahagian kini hancur berantakan terjatuh dari tangannya Soraya, bercampur darah yang mengalir menciptakan dan menambah kesan tragis yang luar biasa bagi Indeks.
Mata Indeks melotot memanas perih mengeluarkan cairan bening yang mengalir tiada henti. Peluh Keringatnya bercucuran, tangan kakinya kian Gemetar, dan suhu tubuhnya semakin meningkat.
Sampai-sampai rasanya kepalanya ingin pecah saat melihat Ibu tercintanya tewas begitu saja dengan kejam tepat di depan matanya.
"Jangan bergerak ...! kalau tidak ... kalian berdua akan bernasib sama dengan wanita tua ini ... Dimana kalian sembunyikan benda itu ... jawab ... Indeks ...?" Tanya Pria berambut gondrong yang menembak tadi, Lalu tak sungkan-sungkannya ia menginjak dan meludahi Soraya yang tak berdaya terkulai lemah tak bernyawa.
Dalam batinya yang hancur amat hancur, Indeks sempat heran, kenapa orang kejam ini tahu namanya, Ia juga tidak mengerti apa yang dimaksud dengan pertanyaan yang di lontarkan padanya.
Indeks cuma bisa termenung, terdiam kaku, dadanya sesak, denyut jantungnya berdetak dengan kencang seakan-akan mau lepas dari tempatnya.
Batin Indeks tidak percaya, tidak terima dengan apa yang terjadi, sembari nafasnya yang memburuh tersengah-sengah tak beraturan.
"Ini tidak mungkin terjadi ... ini pasti mimpi ... Yinnura ... Jangan ... mati ... jangan ... mati ...! Ibu ... Ibu pasti masih hidup." begitulah keluh kesahnya teriak di dalam hati.
Salah satu dari mereka berhasil menemukan barang yang dicari-cari. Lalu perintah dari orang yang berkepala botak menyuruh Bunuh mereka semua.
Kabur adalah hal yang mustahil bagi mereka berdua yang masih hidup yakni Indeks dan Yinnura, dikarenakan banyaknya senjata api dari segerombolan orang ini telah mengelilingi mereka berdua, dan kapan saja siap di tembakan.
Teriak minta tolong pun itu tidak ada gunanya, sebab tidak akan ada orang yang mendengarkan mereka, karena rumahnya Indeks jauh dari permukiman padat penduduk.
Indeks kembali bersuara dengan kata-kata yang terbata-bata, gugup, menggerutu, dan sedikit bergumam, Sampai-sampai ia berlutut sujud dengan sangat memohon.
"A—a—aku mohon jangan bu—bu—bunuh kami ... setidaknya tolong lepaskan wanita itu ... dia tidak ada sangkut-pautnya denganku, dia hanya berkunjung ... aku mohon lepaskan dia ...!" seruan Indeks di batinya ia berharap Yinnura selamat.
"Yinnura cuma bisa terdiam, diam dalam raungan, membisu tidak bisa berbuat apa-apa, serasa mulutnya lumpuh, Ia melotot dengan matanya yang memerah berkaca-kaca, wajah pucat, tegang gemetar sembari masih mengalirkan butiran air mata yang tidak mau berhenti.
Yinnura melirik kearah Indeks, menggelengkan kepalanya berharap mereka berdua selamat bersama-sama bukannya hanya Ia saja, namun di batinnya campur aduk antara pasrah dan ingin selamat.
Sudah cukup bagi pria berambut gondrong yang mengacungkan pistol ini mendengarkan ocehan yang membosankan baginya. Sempat-sempatnya Ia menguap sembari menutup mulutnya dengan tangan, dengan kesannya yang seolah mengejek.
Lalu seketika dilepaskanlah satu tembakan lagi mengarah ke Yinnura.
Dorrr ....
Indeks yang hanya berjarak selangkah, dengan cepat berhasil mendorong Yinnura agar tidak terkena tembakan itu. Posisi Indeks yang menggantikan Yinnura mengakibatkan Ia tertembak di bagian perutnya.
Menyadari hal tersebut Yinnura berteriak kencang,
"Indeeeeeeks ..." Ia tidak kuasa saat melihat orang yang di kaguminya dari kecil tergeletak berlumuran darah. Ia mendekati Indeks lalu mencoba menutupi lukanya Indeks itu dengan hanya menggunakan tanganya saja, agar darah itu berhenti mengalir.
Yinnura mengalirkan air mata kesedihan dengan tangisannya yang amat begitu pilu, dadanya kian sesak, nafasnya tersengah-sengah, sakit hatinnya naik sampai membuat tenggorokannya sakit seolah tercekik.
Kemudian ia berbicara dengan nada suaranya yang terkesan sangat Pilu dan tersendat-sendat.
"Bertahalah. aku mohon bertahanlah Indeks ... Ini pasti mimpikan ... ini tidak mungkin terjadi, iya aku tahu ini pasti mimpi," Yinnura menampar-nampar Pipinya menjenggut rambutnya Ia berharap kejadian ini hanyalah mimpi. Namun dia tidak mendapati ia sedang bermimpi, saat menyadari hal itu membuatnya semakin histeris.
Indeks hanya memandangi wajahnya Yinnura tanpa berpaling kearah manapun dengan matanya yang sayup-sayup dan raut wajahnya yang bercampur antara merasakan sakit dan bahagia, ia sedang tersenyum ramah di hadapan Yinnura, Meskipun sedang meneteskan air mata. itulah rasa yang tersirat oleh Indeks, senyuman dalam tangisan.
Di batin Indeks ia sangat bahagia karena Yinnura sangat peduli dan mengkhawatirkannya, "Akhirnya kau menangis juga untukku ... Terima Kasih Yinnura." begitulah ucapanya sembari memegang lembut pipi Yinnura dan menghapus air matanya yang jatuh.
Yinnura pun juga memegang tanganya Indeks yang ada di pipinya, lalu setelahnya ia kembali berusaha menghentikan pendarahan lukanya Indeks, Ia berharap darah itu berhenti mengalir.
"Berhenti .... aku mohon berhenti lah darah sialan," ucapanya yang mulai putus asa, dengan nada suaranya yang tersedu-sedu, Seketika Yinnura tersungkur di dadanya Indeks ia menangis dalam pelukan Pria yang sangat Ia cintai. Lalu ia kembali menyahuti Indeks,
"Indeks kau tidak boleh mati aku mohon aku sangat mencintaimu."
Mendengar kata-kata Itu Indeks Seketika semakin sedih, ia terus meneteskan air matanya yang tak kunjung berhenti dadanya kian sesak air matanya membanjiri pelipis, namun ia tetap tersenyum lepas bahagia dan sesekali memejamkan matanya.
Indeks mengabaikan rasa sakit yang amat perih dari lukanya itu karena saat ini ia telah di alihkan oleh rasa yang selama ini ingin ia raih. Indeks sangat menikmati merasakan pelukan dari Yinnura, meskipun menurutnya pasti momen ini hanya singkat, namun itu sudah lebih dari cukup baginya, karena ia juga sadar pasti dia akan mati.
Di batin Indeks ia pikir ia bisa menyelamatkan wanita ini, Namun itu hal yang mustahil, usaha yang sia-sia, karena tembakan susulan sudah pasti di lakukan musuh untuk mengarah lagi ke Yinnura.
Sekelompok orang Ini sengaja membiarkan Indeks dan Yinnura berdialog untuk terakhir kalinya, namun setelah dirasa mereka tontonan bioskopnya telah selesai dan mulai membosankan pada akhirnya, di tembakanlah lagi Pistolnya mengarah ke Yinnura.
Dorr ...
Dorr ...
Seketika Yinnura juga terkulai lemah di lantai, saat peluru berhasil mengenai perutnya, dengan posisi terakhirnya Ia memeluk Indeks yang ada di bawahnya.
Rupanya dari awal mereka Datang, salah satu rekan mereka yang mungkin bagian dari dokumentasi, telah merekam momen tragis ini dari awal sampai akhir, mungkin sebagai tanda bukti untuk di berikan keatasanya atau hanya sekedar kesan untuk kenang-kenagan.
Rekan segerombolan orang kejam ini yang ada di luar tiba-tiba masuk dari balik pintu yg berada disamping Indeks. Orang baru yang masuk kerumah itu sempat mengalami cek-cok dengan Pria yang berambut gondrong yang menembak tadi.
Pandangan Indeks yang mulai kabur samar-samar sempat tertuju melihat orang baru masuk itu. Indeks sedikit mengenali suara dan gaya berpakaian pria yang berbalik membelakanginya ini. Lalu pria yang baru masuk tadi di tembak juga oleh salah satu dari rekan mereka sendiri.
Namun Indeks menghiraukan untuk menebak siapa pria yang baru masuk tadi, di batinya Ia sempat berfikir percuma mengingat semua yang dilihatnya karena sudah pasti ia akan mati.
Saat wajah Yinnura masih bersandar di dadanya Indeks, tanganya meraba dan berhasil memegang dan mengelus Pipinya Indeks dengan lembut. lalu ia mengeluarkan suaranya yang sedikit tidak jelas.
“Te' te - terima'-kasih Indeks untuk segalanya selama ini ... a'aku sangat mencintaimu— ... ,” gumam Yinnura terbata-bata sembari mengeluarkan darah di mulutnya, lalu Ia memejamkan mata dengan mengalirkan butiran terakhir air matanya yang penuh dengan kesedihan dan di balut dengan senyuman.
Indeks membalasnya dengan kata-katanya yang juga sedikit kurang jelas,
“Maaf'kan a'ku ...! aku tidak bisa melindungimu ... aku jug— ... .” Belum sempat Indeks membalas perasaan Cintanya kepada Yinnura, tiba-tiba kata-katanya terputus oleh beberapa tembakan susulan yang mendarat tepat di kepala mereka berdua yang sedang bergumam lemah dalam keadaan berpelukan.
"DORRR ...
DORRR ... ."
Suara Tembakan dengan peluru yang melesat sangat cepat menembus tengkorak dua insan manusia yang tak berdaya ini.
Dan Akhirnya sudah di pastikan di antara mereka bertiga yakni Indeks, Ibunya, dan Yinnura telah tewas di tempat. Namun ada satu lagi orang yang terakhir menambah jumlah korban menjadi empat orang yakni dari rekan mafia itu sendiri yang tidak di Ketahui Indeks.
****************
Dalam insiden tragisnya sebelum Ia tewas, Indeks sempat melihat Tato Pria botak di bagian belakang kepalanya yang berbentuk kode QR dan terdapat lambang Bintang Sudut Tujuh di bagian belakang seragam Jas mereka.
Membunuh mereka semua adalah misi utama Organisasi ini, jadi tidak ada alasan untuk tidak melakukan hal itu, lagian barang yang di cari-cari mereka selama ini pun sudah ketemu.
****************
BERSAMBUNG Kelanjutanya lebih seru lhoo.
Rekomendasi Novel yang sangat bagus untukmu, REINKARNASI MENJADI INDIGO, di sini dapat lihat: https://share.mangatoon.mobi/contents/detail?id=1291348&_language=id&_app_id=2