Cafe Kopi Bahagia. Tempat kita pertama bertemu. Kamu yang kala itu sedang bercanda gurau bersama teman-teman mu, sedangkan aku yang sedang asik dengan kesunyian ku ditemani pena dan buku yang penuh coretan-coretan kalimat rasa yang tidak tahu tertuju kepada siapa.
Kamu dikala itu terlihat sangat bahagia. karena aku bisa melihat bagaimana cara kamu tersenyum disaat itu. terukir ketulusan di lekuk senyum mu kala itu. Bibirmu terasa cantik saat menyeruput kopi itu. seakan menikmati manis pahitnya kopi itu.
Aku tidak berani menyapa disaat itu, hanya kalimat-kalimat ajakan berkenalan dalam pikiran yang tertahan karena ada rasa pengecut yang muncul diri ini. Apalah daya ini, yang hanya berani bertegur sapa kepada sunyi.
Waktu perlahan berlalu, Jam sudah menunjukkan untuk beranjak, teman-teman kamu satu persatu keluar dari cafe dengan wajah lelah. Kamu masih teriam ditempat dudukmu, berkali-kali melihat kearah layar HP kamu seperti menunggu hadirnya seseorang yang dari cara mu berkali-kali melihat kearah HP mu.
Raga ku seakan tergoya saat tebakan ku benar. seseorang laki-laki menghampiri mu dengan senyuman terukir di bibir laki-laki itu. kamu pun begitu, membalas senyuman itu tidak kalah menggoda.
Aku ingin beranjak dari tempat duduk ku, tapi sesat aku ingin beranjak, aku melihat senyuman mu perlahan mulai memudar dari bibirmu. Aku tidak tahu apa yang laki-laki itu katakan. Yang pasti kalimat yang dia ucapkan sangat menyakiti perasaan mu.
Laki-laki itu pergi meninggalkan kamu. Kamu hanya diam termenung dengan pikiran yang tidak tahu kenapa itu bisa terjadi kepadamu. Aku ingin mendatangi mu, menawarkan bahu yang siap untuk kamu sandarkan, telinga yang siap mendengarkan luka yang kamu rasakan dari dia, walau aku tahu cerita itu akan menyakiti ku juga.
Aku mengambil pena ku menulis sebuah kalimat di dalamnya. "Jangan takut atau pun saat dia pergi karena hal baru, karana rasa yang kita rasakan akan membuat kita terasa hidup," aku mengoyakan kertas itu perlahan dan melipat nya dengan rapi. Aku memanggil pelayan cafe dan menyuruh nya untuk memberikan nya padamu.
Kamu menerima surat ku, membacanya dengan serius. wajah cantikmu mengukir wajah bingung membuat kamu mencari siapa yang memberi surat itu. tapi tak kunjung kamu menemukan nya. tentu saja kamu tidak menemukan orang itu, karena orang itu sudah terlalu dekat dengan sunyi, sampai kehadiran dirinya tidak bisa kamu rasakan.
Aku beranjak dari tempat ku berjalan kearah pintu cafe, bukan maksud ku untuk meninggalkanmu hanya saja kamu memang benar tidak ada ditempat itu, tempat kamu sedang duduk menikmati kopi tersebut. Karna sedari tadi aku hanya membahas tentang kamu dari masa lalu ku yang begitu juga kamu yang sudah melupakan masa lalu kamu.
Aku berusaha mengingat kenangan pahit manis nya kopi dengan rasa bersama dengan mu yang menjadi kopi pahit manis ditemani sunyi. sedangkan kamu berusaha melupakan ku dengan rasa kopi pahit manis ditemani rasa sunyi, walau kamu merasa ramai dengan hadir rasa cinta.
Cantik, aku gagal menemani kamu tapi percaya lah. akan, ada seseorang yang menemani mu menikmati kopi pahit manis itu duduk berdua dengan mu.