*Musuh kok Menikah?*
~~~~~
*Musuh kok menikah?* Mungkin seperti itulah pikiran kedua pengantin itu. Keduanya sama-sama saling terdiam cukup lama, seolah pernikahan barusan adalah sebuah mimpi, mimpi yang amat
buruk.
Zahra, dan Reyhan, adalah nama pengantin itu. saat ini keduanya tengah duduk di beranda rumah, memandang rintik-rintik hujan yang mulai berjatuhan.
“Jadi, kita ini sudah menikah ya?” Reyhan menoleh ke arah Zahra, tatapanya canggung dan penuh keheranan.
“Kurasa begitu, Rey. Bukankah kau tadi yang mengucapkan ijab Kabul untukku.”
Reyhan tersenyum tipis. “Kau benar, aku lupa fakta itu.”
“Jika aku boleh bertanya, kenapa kau menerima pernikahan ini?” tanya Zahra tanpa menoleh sedikitpun.
“Aku tidak dalam keadaan memilih. Saat itu yang aku harus lakukan hanya bisa menikahimu. Kalau kau?”
“Aku juga sama, mau tak mau aku harus menerima lamaranmu.” Zahra menatap sosok suaminya dengan perasaan enggan, “Apakah kau akan menceraikanku nanti?”
“Menurutmu?” Reyhan mengangkat kedua alisnya.
“Kurasa tidak, Itu adalah langkah yang buruk!”
Reyhan tertawa dalam hati, jelas sekali kalau Zahra mengerti apa maksudnya.
“Berarti memang tidak ada jalan lain. Kita harus menerima pernikahan ini?”
Pertanyaan Zahra sukses membuat Reyhan menghela napas panjang. “Aku benci mengakui kalau kita sekarang sudah suami istri, tetapi kita tidak punya pilihan apapun, kita memang harus menerima pernikahan ini.”
“Itu benar-benar kenyataan yang buruk.”
“Aku juga sama.”
Keduanya kembali terdiam, membiarkan suara hujan menengahi pembicaraan mereka.
“Mungkin ini cuma pikiranku saja atau jangan-jangan kisah kita seperti dalam novel-novel, menikah dengan musuh lalu tidak lama mereka saling jatuh cinta.”
Reyhan tertawa mendengar celotehnya istrinya, “Kau terlalu banyak membaca cerita wattpad, Zahra. Itu cuma hasil pikiran orang lain.”
“Eh? Tapi bukankah seperti itu. Kau dan aku sama-sama tahu betapa dalam kebencian diantara kita. Bukankah kita sudah bermusuhan 5 tahun. Jangan bilang kau…”
“Aku menyadarinya.” Reyhan memotong cepat. “kebencian diantara kita memang sulit di pupus, waktupun tidak manjur mengobati perasaan itu.”
Zahra mau berkata sesuatu lagi tetapi tiba-tiba Reyhan berkata lebih cepat. “Aku haus, kau ambilkan minum dulu baru kita bicara lagi!”
Zahra mengerutkan kening, “Kenapa aku harus mau?”
“Kau sekarang istriku!”
Zahra yang hendak protes segera di urungkan ketika menyaksikan wajah Reyhan yang serius. Ia segera masuk kedalam rumahnya sebelum kembali dan membawakan air putih pada suaminya.
Sesudah di rasa Reyhan menghabiskan air minumnya, Zahra mengulurkan tangannya di depan Reyhan. “Aku minta uang?!”
“Kau minta uang padaku? Bukankah tadi ibumu memberikan uang banyak.”
“Kau adalah suamiku, kau wajib menafkahiku.”
Reyhan tersenyum lalu merogoh sakunya dan memberikan uang seratus ribuan padanya.
“Bukankah ini terlalu banyak?” sejak awal Zahra sebenarnya tidak serius meminta, ia hanya ingin menguji Reyhan saja.
“Seperti yang kau bilang tadi, aku adalah suamimu.”
Pengantin itu saling pandang sebelum akhirnya tertawa dengan hal yang tidak jelas.
“Hei! Bukankah kita sudah melakukan apa yang suami istri lakukan. Istri melayani, suami menapkahi.” Reyhan teringat sesuatu.
Zahra tersenyum, menganguk. “kurasa begitu, tanpa sadar kita sudah melakukan kewajiban masing-masing. Jadi, bagaimana kalau kita memulai pernikahan ini?”
Reyhan mengelus dagunya, “itu terdengar menarik. Aku punya ide yang bagus untuk memulainya. Berdirilah Zahra!”
Zahra menurut, dia ikut berdiri di hadapan suaminya, meski tidak mengerti maksud dari Reyhan.
Tak lama semuanya terjawab. Reyhan secara halus memeluk tubuh kecil Zahra yang membuat Zahra terkesiap dan terdiam.
“Apakah ini tindakan pemulaian yang bagus?” Reyhan menatap Zahra dengan dalam.
Wajah Zahra memerah, patah-patah ia mengangguk.
“Kita harus menulikan cerita cinta ini di wattpad seperti yang kau katakan tadi. Bercerita tentang hubungan kita, tentang kisah kita, dan tentang pernikahan kita. Bagaimana menurutmu Zahra?”
“Mm… boleh juga, mungkin akan menarik. Kira-kira nanti apa judulnya, Mas?”
Reyhan berpikir sesaat sebelum ia tersenyum ke arah istrinya. “Aku tahu, tapi kita bahas ini nanti saja. Aku punya kenalan seseorang yang mempunyai hobi menulis, mungkin saja dia mau menceritakan kisah cinta kita.”
“Sungguh, Mas? Siapa?” Zahra bertanya antusias.
“Dia adalah kawanku, namanya ‘Secrednaomi’.”
“Eh, kok namanya aneh, masa perempuan namanya gitu?”
“Sstt… jangan keras-keras, dia paling tidak suka namanya di pertanyakan ulang, selain itu Naomi bukanlah perempuan, tetapi laki-laki!” Reyhan berbisik pelan sekaligus mengingatkan.
Zahra segera menutup mulut, menyadari kesalahan dalam ucapannya.
“Kalau begitu, Besok aku akan menemuinya, membicarakan apakah dia mau atau tidak?.”
“Boleh. Tapi judulnya apa?”
“Besok saja, tentang judul ini, mending kita bahas sama si Naomi itu.”
Zahra tersenyum, ia tidak berbicara lagi. Segera ia membenamkan wajahnya di dada suaminya itu, memeluknya erat.
~~~~~~
*Selesai…*