"Jangan pernah menganggap orang yang selalu tersenyum itu selalu bahagia. Jangan pernah mengira bahwa yang selalu perduli pada orang lain punya ketulusan dalam hatinya. Jangan berharap lebih pada seseorang yang terkadang datang disaat kita sedang dalam kesulitan. Begitu kita mengharap lebih padanya, akan sangat menyakitkan ketika apa yang kita harapkan tak sesuai dengan yang kita harapkan". kata seorang motivator terkenal yang sedang memberikan sebuah kata-kata terakhir nya sebelum acara di kampus Meira di bubarkan.
Benar hari ini adalah hari dimana Profesor Darius memberikan beberapa saran dan metode dalam menghadapi kesulitan-kesulitan saat akan menyelesaikan skripsi.
Dan gadis yang sedang berdiri memperhatikan profesor Darius dengan memakai blouse berwarna ungu dan celana panjang di dekat pintu aula adalah Meira Anastasia. Mahasiswi semester akhir yang sedang memperhatikan seminar ini dengan seksama. Dia begitu mengagumi profesor Darius dan rela berdiri di depan pintu karena sudah tidak bisa lagi masuk ke dalam aula, selama 2 jam lebih dan tetap tenang.
Setelah seminar selesai, Meira berjalan keluar. Tak seperti penggemar profesor Darius yang lain yang masih mengantri tanda tangan. Meira memilih pergi karena apa yang ingin dia dengar dan ketahui sudah dia dengar dan juga ketahui.
"Mei..." panggil Dini salah satu teman sekelas Meira.
"Hai Din!" jawab Meira sambil tersenyum.
"Gimana? masih bisa ikutan seminar?" tanya Dini yang mengetahui bahwa Meira tadi sangat terlambat datang akibat ban motornya kempes di jalan dan Dini lah yang memberinya tumpangan sampai kampus.
"Masih kok, makasih ya tumpangannya!" kata Meira.
"Syukurlah kalo gitu, kamu kenapa sih ngefans banget sama profesor Darius?" tanya Dini.
"Em, apa ya? dia tuh baik banget tahu gak! Dia kaya raya tapi gak sombong, dia sering ngasih tumpangan ke anak-anak kampus yang jalan kaki ke kampus, terus dia gak pernah hukum mahasiswa yang telat dateng atau gak bikin tugas. Coba deh kamu pikir, dia baik banget kan!" tanya Meira.
"Masak sih? emang sekali pun dia gak pernah marah gitu?" tanya Dini.
Dan kebetulan saat Dini menanyakan itu profesor Darius tidak sengaja lewat di depan mereka dengan dua asisten nya. Tiba-tiba seorang mahasiswa tidak sengaja menumpahkan minuman di jas nya yang berwarna putih.
Bugh!
"Maaf pak! saya gak sengaja!" ucap Kevin gugup karena merasa takut.
Profesor Darius tersenyum dan menepuk bahu Kevin pelan.
"Tidak apa, kamu tidak perlu minta maaf!" ucap profesor Darius sambil tersenyum.
Tidak hanya itu, profesor Darius bahkan meminta asistennya memberikan uang untuk mengganti minuman Kevin yang tumpah.
"Tuh kan, lihat baik banget dia!" puji Meira pada profesor Darius.
"Ih iya lho, baik banget gak marah padahal jasnya merah semua itu kena minumannya Kevin!" tambah Dini.
Semua orang yang berada disana benar-benar dibuat terpana pada sikap berbudi Profesor Darius.
***
Di sore hari setelah ban motornya di ganti, Meira pulang dan seperti biasa dia melewati gang kecil di kampusnya.
"Ampun! ampuni saya Profesor Darius!" teriak Kevin.
Meira yang mendengar suara Kevin menghentikan motor nya dan langsung berlari ke arah pengkolan gang kecil di dekat jalan.
Meira menutup mulutnya ketika melihat dengan jelas Profesor Darius sedang memukuli bahkan menginjak-injak Kevin yang meminta ampun tak berdaya di bawahnya.
"Dasar sampah, sudah sering datang terlambat dan menumpahkan minuman di pakaian ku. Dasar sampah!" maki Profesor Darius.
Meira segera berlari dan menjauhi tempat itu, nafasmya menderu dia tidak percaya orang yang dia kagumi ternyata mempunyai sifat seperti itu.
"Dia seorang psikopat, aku harus segera pergi dari sini!" kata Meira berusaha menghidupkan motornya dengan tangannya yang gemetar.
Namun belum dia berhasil menghidupkan mesin motornya. Bahunya di tepuk oleh seseorang.
"Sudah lihat semuanya kamu pikir bisa pergi?" tanya profesor Darius.