"Sampai detik ini, aku masih bernafas untuknya, untuk dia si pencinta hujan"
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
"Aku menyukai hujan"
Renjun--pemuda dengan paras bak dewa dengan surai cokelat susu itu mengalihkan atensinya pada sosok wanita yang berdiri disampingnya.
Sebenarnya tidak ada yang salah disini, hanya sedikit aneh wanita itu tiba-tiba saja mengatakan hal yang disuikanya pada renjun?
Bukannya renjun ge'er atau bagaimana, tapi disini hanya ada dirinya bersama wanita tadi. Berdiri meneduh di sebuah toko yang sudah tutup. Berdua.
"Apa kamu dengar?" Wanita itu menatap renjun.
"Maaf, anda berbicara dengan saya?" Tanya renjun.
"Siapa lagi manusia yang berdiri disini eoh?. Tidak bermaksud untuk lancang atau bagaimana.. Tapi kelihatannya kau tidak menyukai hujan."
"Aku memang tidak menyukai hujan, menjengkelkan. Ada kalanya seseorang mempunyai urusan penting diluar sana, tapi dihalangi oleh datangnya hujan."
Wanita itu terkekeh kecil, membuat dahi renjun menekuk saat melihatnya terkekeh. Memangnya ada yang lucu?
"Terkadang hujan memang se-mejengkelkan itu."
"Tapi, hujan itu anugerah. Banyak juga yang menyukai hujan." Lanjutnya.
"Aku tidak perduli." Jawab renjun.
"Dan aku juga tidak menyukai musim hujan." Lanjut renjun.
"Itu aneh... Berarti kau lebih suka musim panas. Seperti itu?"
"Aku sih lebih suka musim hujan, indah. Bau-bau tanah yang bercampur dengan air hujan, benar-benar bau khas hujan sekali. Walaupun langit terlihat mendung, itu tidak mengalahkan indahnya hujan." Lanjutnya.
"Memangnya aku perduli?" tanya renjun.
"Aku tidak tahu.."
"Ck. Jangan sokab padaku. Lagian, setiap orang mempunyai kesukaan yang berbeda-beda. Kalau dirimu lebih suka musim hujan, memangnya salah jika aku tidak menyukai musim hujan?"
Wanita itu terdiam. Bukan tersinggung oleh ucapan renjun, tapi memang wanita itu lebih memilih diam agar renjun juga tidak semakin kesal dibuatnya.
"Hujannya sudah reda, aku pergi duluan ya.....renjun?"
Renjun tertegun, bagaimana bisa wanita itu mengetahui namanya?
Setelah kepergian wanita aneh itu, renjun masih setia berdiri ditempatnya. Memandangi langit yang sudah mulai memunculkan cahaya matahari.
"Apa ucapanku keterlaluan?" Monolog renjun. Sebelum akhirnya memilih pergi kembali kerumahnya.
⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶
Siang ini hujan kembali turun, terpaksa renjun kembali berteduh di tempatnya kemarin. Dan tidak renjun sangka bahwa wanita yang kemarin juga sudah lebih dulu berdiri disana.
Renjun berlari kearahnya, dengan tangan yang melindungi kepala dari rintikan hujan agar tak membasahi kepalanya.
"Hai renjun." Sapa wanita itu.
"H-hai." Jawab renjun.
"Kamu kemari lagi? Kukira kamu kesal padaku dan memilih berteduh di tempat lain"
"Sebelum dirimu berteduh disini, memang setiap hujan aku selalu berteduh disini. Enak saja kalau aku yang mengalah berteduh ditempat lain, kenapa tidak kau saja?"
Senyuman dari wanita itu adalah balasan dari pertanyaan renjun tadi. Biarlah, renjun juga tidak berharap mendapat jawaban konyolnya.
"Kemarin bilang kau suka hujan, kenapa meneduh? Bukannya lebih seru lagi jika kau hujan-hujanan seperti anak kecil?" Tanya renjun.
"Tidak setiap penyuka hujan harus rela memberi tubuhnya agar dijatuhi rintikan mereka ren. Penyuka hujan hanya mengagumi, menyukai, nyaman akan datangnya hujan."
"Oh"
Tidak terasa setelah percakapan singkat itu mereka semakin dekat, sering bertemu di tempat yang sama, tempat dimana pertama kali mereka bertemu dan bertegur sapa.
⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶
Disinilah renjun, ditempat yang sudah sering ia datangi. Hanya untuk melihat senyuman wanita yang sayangnya sudah membuatnya jatuh cinta.
Tapi sayang, wanita penyuka hujan itu tidak datang hari ini. Membuat renjun berakhir kecewa.
"Kenapa dia tidak datang?" Monolog renjun.
Renjun ingat, bahwa wanita penyuka hujan itu pernah memberikan alamat rumahnya. Dengan modal nekat renjun berlari mengikuti alamat yang tertulis di kertas.
⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶
"Baru-baru ini dia dibawa ke rumah sakit"
"Rumah sakit? Memangnya dia mengidap penyakit apa?" Tanya renjun.
"Leukimia stadium akhir. Malang sekali wanita itu, padahal dia sering membantuku menjaga kucing-kucingku, bahkan membantu pekerjaan rumahku. Takdir memang menyakitkan." Jelas seorang wanita paruh baya yang Renjun tanyai
"Dan pagi tadi saya dapat kabar bahwa dia sudah dipanggil oleh tuhan. Tuhan memang sayang padanya, itu sebabnya dia dipanggil lebih cepat." Lanjutnya.
Renjun melemas, tangannya berangsur naik hingga sampai di depan dada kirinya. Sesakit ini kah ditinggalkan.
Padahal baru kemarin wanita penyuka hujan yang renjun cintai itu tersenyum padanya, tertawa bersamanya, membagi keluh kesah padanya.
Dan sekarang wanita itu pergi tanpa kabar, parahnya ia pergi dari dunia, bukan hanya dari gapaian renjun, tapi sudah tidak bisa renjun lihat seperti apa dia tersenyum, tertawa, seperti apa dia menceritakan betapa indahnya hujan.
Renjun benci mengatakannya. Tapi maaf, renjun semakin membenci datangnya hujan.
⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶
Renjun menatap layar tv didepannya. Tatapannya kosong akan rindu.
Layar itu menampilkan video singkat antara dirinya dengan wanita si penyuka hujan, tertawa bersama, tersenyum bersama, dan berbicara bersama.
Suara merdu itu, suara yang renjun rindukan, bagaimana tawanya, bagaimana dirinya bernyanyi di dalam video singkat itu bersama dengan renjun.
"Kamu meninggalkanku"
Dan malam itu, lagi-lagi tangis renjun terdengar. Tangis pilu yang membuat siapa saja yang melihatnya bisa merasakan betapa sedihnya sosok renjun ini.
⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶⩶
Klik
"Hei renjun! Lihat ke kamera! Aku membawa kamera!"
"Kenapa membawanya? Repot-repot sekali"
"Hei.. Buat kenang-kenangan saja. Ok renjun aku ada pesan untukmu!"
"Aku disini, katakan saja"
"Baiklah... Pertama-tama renjun! Terima kasih karena sudah mau akrab denganku! Kukira diawal kita bertemu waktu itu kau tidak mau bertemu denganku lagi!
"Aku suka sangat memandangi wajahmu renjun...matamu bersinar dan terlihat ribuan bintang yang bisa dengan mudahnya menghangatkan hatiku"
"Disaat aku lelah kamu selalu meminjamkan bahumu untukku..terima kasih ya renjun! Pelukanmu itu hangat, seperti pelukan ayahku"
"Kata-katamu bijak seperti ibuku"
"Rasa-rasanya aku ingin sekali menjemput orang tuaku"
"Renjun-ah....maafkan aku karena sudah mencintaimu"
"Maafkan aku karena aku selalu menyusahkanmu dengan memintamu untuk setiap hari datang kemari, karena rinduku itu datang setiap hari hehe"
"Hei renjun! Aku menyukaimu dari dulu! Iya itu benar....aku yang tiba-tiba datang ketempat dirimu selalu meneduh bila hujan datang itu semua adalah alibiku"
"Aku sebenarnya hanya ingin dekat denganmu"
"Renjun....kamu ini laki-laki 'kan? Bagaimana jika kamu berjanji setelah ini jangan menangisi apapun yang tidak berguna."
"Jangan menangis....tersenyumlah..masa kamu kalah denganku yang selalu tersenyum."
"Kamu tampan"
"Aku suka"
"Aku mencintaimu......renjun"
Klik
"Bodoh renjun! Bodoh! Apa yang kamu tangisi hah?"
"Aku bukan laki-laki sekuat itu....sungguh, kenapa lebih memilih meninggalkanku jika kamu menyukaiku?"
"Dasar wanita itu⎯hikss..."
"Aku mencintaimu dasar wanita pencinta hujan"
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
"Detik ini masih sama, aku masih mencintainya. Gadis si pencinta hujan yang selalu tersenyum walaupun dirinya tau, bahwa raganya sebentar lagi akan direnggut paksa dari tubuhnya"
⩶Huang Renjun⩶
See u!