“Aku mencintaimu, tapi itu dulu….”
Ya, seorang gadis yang baru lulus SMA menjalin hubungan selama 7 tahun dengan sahabat laki-lakinya harus berlapang dada karena lelaki tersebut tiba-tiba saja mengakhiri hubungan mereka. Bahkan sikap lelaki itu berubah entah kenapa.
Padahal semua orang tahu pasangan ini tinggal menunggu tahap pelaminan, dan kenapa hubungan mereka langsung retak begitu saja. Ada yang bertanya apakah keduanya bertengkar, atau seorang pelakor masuk, bahkan mengira urusan keluarga. Tapi, gadis tersebut tidak pernah mengungkapkan alasan berakhirnya hubungan mereka berdua kepada teman-temannya.
Terlihat gadis berambut panjang coklat berponi tengah berdiri di balkon kamar sambil memandangi langit mendung dengan tatapan senduh. Sudah 2 tahun berlalu semenjak dirinya putus dan tidak menerima kabar dari lelaki itu.
Ponselnya tiba-tiba berbunyi, membuatnya menerima panggilan tersebut.
“Moshi-moshi? Eh, tapi langit sedang mendung, bagaimana jika kehujanan?” tanyanya.
“Kuroza Iriyama! Berhenti mengeluh dan menolak panggilan kami terus seperti ini! Kalau kau tidak datang dalam 5 menit, maka riwayatmu akan tamat!”
“Tit!”
Iriyama hanya menutup matanya sambil menjauhkan ponsel miliknya dari telinga, sebab sahabatnya itu berteriak. Memang benar, selama 2 tahun ini, ia tidak pernah keluar bersama sahabatnya, dan memilih menangis di kamar.
“Haa, mattaku(dasar)!” umpatnya berjalan masuk ke kamar.
Beberapa menit kemudian setelah dirinya selesai mandi dan bersiap, Iriyama tanpa sengaja menyenggol kotak mini di meja rias. Ia jongkok untuk memungut semua barang yang berserakan.
“Deg!”
Tubuhnya langsung terpaku, tangannya gemetar dan matanya mulai berkaca-kaca. Ya, Iriyama menemukan foto polaroid milik mereka berdua saat masih pacaran. Terlihat jelas dari senyuman mereka berdua di foto itu, membuatnya kembali mengingat masa-masa pacaran mereka selama 7 tahun.
“Argh, tidak, tidak, aku sudah melupakannya, huuuu Iriyama tenangkan dirimu,” kata Iriyama berusaha melawan perasaannya.
Sedikit ragu, Iriyama memandang foto polaroid di tangannya itu, hingga akhirnya ia memasukkannya ke dalam saku mantel miliknya.
•Bpearlpul Foods•
Begitu Iriyama sampai, salah satu sahabatnya langsung memberikan jitakan di kepala.
“Akh! Miko-chan sakit,” ringis Iriyama.
“Siapa suruh menolak ajakan kami terus menerus dan lebih memilih terpuruk karena lelaki bodoh itu!” kesal Miko, sosok penelpon tadi.
“Akhirnya Iri-chan keluar juga,” kata Raku, lelaki berambut curly coklat.
“Setelah sekian lama, akhirnya si bandar galau muncuk,” kata Hanbe, lelaki berambut putih.
“Jadi, kenapa kalian memanggilku?” tanya Iriyama spontan membuat ketiga orang itu diam.
“Hehe, tentu saja karena kami tidak ingin kau terpuruk terus, tersakiti karena lelaki bodoh itu,” kata Miko.
“Ya sudah, karena kau baru keluar, ini pesanlah,” kata Hanbe menyerahkan menu.
“Minna, aku ke lantai 1 sebentar, nanti kembali lagi,” kata Miko buru-buru pergi.
Iriyama memandangi menu, bersamaan ponsel Raku berbunyi.
“Moshi-moshi? Ya? Um, saat ini aku berada di Bpearlpul Foods, ah iya, sekalian antar ke sini saja, baiklah, aku tunggu,”
Iriyama menatap Raku yang menutup panggilan telepon.
“Iri-chan, aku ke bawah dulu untuk mengambil pesananku, tidak lama kok, jadi tunggu sebentar, ya?” kata Raku dan dijawab anggukan oleh Iriyama.
Kini tersisa Hanbe yang sibuk memainkan ponselnya. Tak lama kemudian, lelaki itu berdiri.
“Apakah kau juga akan pergi?” tanya Iriyama.
Hanbe hanya tersenyum kaku dan menjelaskan kalau dirinya mau ke toilet sebentar. Iriyama mengerutkan dahi melihat tingkah aneh ketiga sahabatnya itu.
Sambil memilih makanan dan menyadari seorang pekerja restoran menunggunya, Iriyama pun memesan.
“Aku pesan B-“
“Bruschetta with Mozzarella,” kata seorang lelaki yang berdiri tadi.
Iriyama membulatkan mata. Tunggu, apakah dia sedang bermimpi? Nafasnya jadi tercekak, tubuhnya kaku melihat sosok lelaki yang ada di depannya itu. Lelaki berambut merah yang selama ini membuatnya menangis dan memberinya luka, sekaligus mantan kekasihnya.
“M-Murayama-kun?”
“Yo, ohisashiburi,” sapa Murayama.
Iriyama masih terdiam, apa yang sebenarnya tadi, 2 tahun lelaki itu hilang tanpa jejak. Dirinya dipanggil keluar oleh sahabatnya, lalu kenapa Murayama bisa ada di depannya.
“Iriri-chan?”
Sekali lagi Iriyama dikagetkan. Murayama memanggilnya dengan sebutan ‘Iriri-chan’, panggilan selama mereka berdua masih pacaran.
“O-Oh, aku baik,” kata Iriyama kaku.
“Sungguh? Tapi wajahmu terlihat lesuh,” kata Murayama.
“Gomen, Murayama-kun, aku pulang dulu,”
Iriyama bergegas pergi, namun Murayama menarik tangannya.
“Jangan pergi! Ada hal penting yang harus kukatakan,”
Jantung Iriyama langsung berdetak cepat bukan main, sebab ini pertama kalinya mereka bersentuhan tangan semenjak 2 tahun putus.
“Iriri-chan, aku masih menyukaimu, bisakah kita kembali seperti dulu?”
Rasanya seperti terkena sambaran petir, Iriyama terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca, emosinya mulai campur aduk.
“Setelah apa yang kau lakukan padaku selama ini, dan dengan mudahnya muncul mengatakan suka dan memintaku kembali?” tanya Iriyama dengan butiran air mata.
“Aku mengaku salah, tapi setidaknya dengarkan dulu penjelasanku,” mohon Murayama.
Iriyama berontak membuat Murayama berlutut sambil menempelkan kedua tangan Iriyama di keningnya.
“Kumohon,” kata Murayama dengan suara parau.
Setelah semua yang dilakukan lelaki itu padanya, membuat Iriyama tidak bisa menerima. Iriyama menarik paksa tangannya membuat selembar foto polaroid terjatuh.
Keduanya menatap foto polaroid itu, sambil dipungut Murayama, “Kau masih menyimpannya?”.
“Aku juga masih menyimpannya,” kata Murayama sekali lagi sambil mengeluarkan foto polaroid yang sama.
“Terserah, aku juga tidak membutuhkannya lagi,” kata Iriyama berlalu pergi.
Namun, sebelum dirinya pergi, 3 orang sudah menghadangnya. Ya, mereka adalah Miko, Raku dan Hanbe.
“Iriyama-chan, maafkan kami, sebenarnya kami bertiga yang merencakan pertemuan ini,” kata Miko.
“Kalian benar-benar….” Kata Iriyama habis pikir.
“Awalnya kami bertiga juga marah karena Murayama-san meninggalkanmu dan datang kembali untuk bertemu denganmu,” kata Raku.
“Tapi, setelah tahu alasan kepergiannya, kami merasa bersalah, dia pergi meninggalkanmu bukan karena dia selingkuh atau tidak menyukaimu lagi, tapi adiknya di Amerika meninggal, ” kata Hanbe.
Mata Iriyama membulat besar dan menatap Murayama kaget, lalu kembali menatap Hanbe.
“Ya, Murayama tidak pernah memegang ponselnya karena berada di makam adiknya selama 2 tahun ini, mengunjunginya setiap saat,” kata Raku.
“Bahkan orang tuanya pun tidak bisa melakukan apa-apa, hingga akhirnya Murayama-kun melihat foto polaroid kalian berdua, dan tersadar kalau sebelumnya dia pernah mengakhiri hubungan kalian dengan kasar,” kata Miko.
“Aku sudah kehilangan adikku, dan aku tidak mau kehilangan dirimu lagi, jadi kumohon kembali padaku, aku ingin kau menjadi orang terakhir untukku,” mohon Murayama.
“Tapi kau pergi dengan seorang gadis tanpa menoleh padaku,” isak Iriyama.
“Aa gadis itu, maaf, dia kakak adopsi keluargaku, puff, kau cemburu ,ya?” goda Murayama.
“Tentu saja bodoh!” kesal Iriyama menjitak kepala Murayama.
“Bodoh? Kau sering memanggilku bodoh saat kita pacaran, apakah ini artinya kau kembali padaku?” tanya Murayama.
“Kalau sudah tahu kenapa masih bertanya, bodoh,”
Murayama langsung memeluknya dengan perasaan gembira. Miko dan yang lainnya hanya senang.
“Dasar bodoh,” kata Iriyama.