#kampus #hidup #robot
.......................................................................
Malam yang melelahkan. Itulah yang dirasakan Arsya sekarang. Mengerjakan tugas milik teman-temannya. Sebenarnya ia juga tak mau melakukan itu, tapi paksaan dan ancaman selalu ia dapat jika menolak perintah teman-teman di kampusnya. Terlebih jika itu adalah perintah Vero dkk. Pukulan serta bullyan akan mereka hadiahkan kepada Arsya jika ia menolaknya.
Disaat Arsya tengah sibuk mengerjakan tugas milik Vero dkk, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk. Ketukan itu terdengar semakin cepat, hingga Arsya pun memutuskan untuk membuka pintu rumahnya.
"Ayah!!?" seru Arsya terkejut melihat ayahnya di depan pintu.
"Shuttt!! Diam!" bisik ayah Arsya buru-buru masuk ke dalam rumah. Ia pun langsung mengunci pintu rumahnya. Sesekali ia mengintip ke luar jendela, penuh was-was.
Arsya terdiam. Pandangannya kini tertuju pada sebuah koper besar yang dibawa oleh ayahnya itu. "Apa ini??" tangan Arsya terulur untuk membuka koper tersebut.
Plakk!!
Dengan cepat ayah Arsya langsung menepis tangan Arsya. "Ja-jangan dibuka!! Bukan apa-apa..!" gagap ayah Arsya, membuat Arsya makin penasaran.
Disaat ayahnya sedang lengah, dengan cepat Arsya langsung membuka koper tersebut. Kedua matanya seketika membola, tak percaya dengan yang ia lihat.
"A-apa ini?! Ayah men-culik ga-emm!!"
"Shutt!! Diam! Jangan keras-keras bodoh!" ayah Arsya langsung membekap mulut ember anaknya itu. "Auuww!" teriaknya saat tangannya digigit oleh Arsya.
"Ayah menculik gadis?! Apa ayah gila?!!" amarah Arsya memuncak saat melihat seorang gadis terlelap dalam koper ayahnya.
"Kau gila?! Mana mungkin ayah menculik gadis!!" tegas ayahnya. "Dia ini robot!" bisiknya pada Arsya.
Dahi Arsya mengernyit. "Robot?" tanyanya.
Ayah Arsya langsung mengangguk. Ia pun langsung mengeluarkan gadis robot itu dari kopernya. "Lihat! Bukankan ini sangat luar biasa?!" girang ayah Arsya memperhatikan robot ciptaannya. Robot android dengan tampang seperti gadis pada umumnya. Ia pun langsung mengaktifkan robot tersebut. Perlahan, kedua mata robot tersebut terbuka.
"GDN ll, ayo perkenalkan dirimu..!" perintah ayah Arsya pada robot nya.
"Hai.. Namaku GDN ll, dan aku adalah robot penjagamu.." ucap robot itu kepada Arsya.
Sontak Arsya terkejut. "Robot penjagaku? Untuk apa ayah membuat ini?!" seru Arsya.
"Tentu saja untuk melindungimu dari para berandal yang selalu mengganggumu!" balas ayahnya tak kalah seru.
Arsya terdiam. Ternyata selama ini ayahnya tahu perihal ia diperlakukan tidak adil di kampusnya. Ia pun melirik gadis robot itu. Mengingatkan dirinya akan seseorang yang ia rindukan.
"Mirip ibumu bukan?" ujar ayahnya tersenyum. "Sebenarnya ibumu lah yang memiliki ide ini. Dia ingin ayah membuat robot yang mirip dengan nya, agar kita tak kesepian kelak saat dia pergi.." lirih ayah Arsya teringat mendiang istrinya.
Arsya menghela napasnya. Mencoba menerima kehadiran robot itu. Namun tiba-tiba saja ada yang menggedor pintu rumahnya.
Dor.. dorr.. dorr..!!
Membuat mereka berdua terkejut. Ayah Arsya langsung mengendap-endap, mengintip di jendela. Kedua matanya lansung membulat. Ia pun langsung bergegas menarik Arsya ke dalam kamarnya, mengemas pakaian serta barang-barang milik Arsya ke dalam sebuah tas yang cukup besar.
"Ada apa, ayah?!" tanya Arsya bingung.
"Shuutt.. Jangan keras-keras! Cepat kemasi barang-barangmu..!" bisik ayahnya. Arsya pun menurut, dan segera mengemasi barang-barangnya.
Dorr.. Dor.. dor..!!
Pintu digedor semakin keras. Ayah Arsya semakin panik. Ia tampak menuliskan sesuatu pada secarik kertas, dan memberikan kertas itu pada Arsya. "Keluarlah lewat pintu belakang bersama GDN ll, dan pergilah ke rumah bibimu.. Ingat! Jangan pernah menengok ke belakang! Cepat, pergilah!" perintah ayahnya.
"Tapi, siapa mereka??" tanya Arsya menunjuk pintu yang masih digedor itu.
"Kau tak perlu tahu,, sekarang pergilah.. GDN ll akan menjagamu.." titah ayahnya lagi. Dengan terpaksa, Arsya pun menurut. Ia segera menarik tangan gadis robot itu, keluar dari rumahnya lewat pintu belakang.
Sedangkan ayahnya, tetap dirumah. Menangani orang-orang yang sedari tadi menggedor pintu.
Dorr.. Dorr..!!
Baru 10 meter Arsya keluar dari rumahnya, tiba-tiba terdengar suara tembakan. Membuat langkah Arsya terhenti. "A-yah.." gagapnya gemetar. Kedua matanya berair. Menatap rumahnya yang tak jauh disana.
Pintu belakang terbuka. Menampilkan beberapa pria berpakaian serba hitam. "Tangkap mereka!!" teriak salah satunya.
Melihat itu, Arsya langsung berlari, meskipun ia terus-terusan dikejar oleh orang-orang tadi. Setengah jam sudah Arsya berlari, napasnya kini hampir habis. Namun tidak dengan orang-orang yang mengejarnya. Mereka seperti tak kenal lelah.
Bugh..!
Kaki Arsya tersandung. Membuatnya langsung terjatuh. Tampak para pria berpakaian hitam itu menghampirinya.
"Hehe.. Mau kemana kau?!" sinis salah satu pria bertubuh kekar. Ia pun hendak melayangkan pukulannya pada Arsya.
"Tunggu!" suara seorang pria lainnya. Ia tampak keluar dari dalam mobil. Seketika pria-pria yang tadi mengejar Arsya menunduk hormat.
"Siapa kalian?!!" seru Arsya memberanikan diri.
"Aku? Aku adalah teman ayahmu.. Dan aku disini untuk membawa gadis yang ada di sebelahmu itu.." ujar pria seumuran ayah Arsya itu.
"Tidak! Aku tidak akan mengijinkanmu membawanya!" seru Arsya. Membuat pria tadi langsung memasang wajah datarnya.
"Sebaiknya kau mau bekerja sama,, atau kau akan bernasib sama dengan ayahmu.." ucap pria itu.
Degg..!
Jantung Arsya serasa berhenti. Ia teringat ayahnya. Bagaimana nasib ayahnya sekarang?? Namun, ia langsung teringat pesan ayahnya tadi. Ia diminta untuk menjaga robot tersebut, karena banyak orang jahat yang mengincarnya, untuk disalahgunakan.
"Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah memberikannya padamu!!" Arsya bersikeras.
Seketika para pria tadi langsung mengeluarkan pistol dari saku mereka. Mengarahkannya pada Arsya.
"Kalau begitu,, Selamat Tinggal..." ucap pria tadi.
Arsya langsung memejamkan matanya.
Dorr.. dorr.. dorr..
Tak ada satupun peluru yang mengenai Arsya. Saat Arsya membuka mata, ternyata terdapat sebuah barrier yang melindunginya. Ya, GDN ll lah yang melakukan itu.
Mata kiri GDN ll berubah menjadi biru. "Ancaman terdeteksi.. Harus melindungi tuan.." ucap GDN ll itu. Jari telunjuk nya membentuk seperti pistol. Dan muncullah sebuah cahaya menyilaukan dari ujung telunjuknya itu.
Duarrr..!!!
Mobil yang tadi dikendarai oleh pria itu meledak. Membuat mereka semua langsung gemetar ketakutan. Termasuk Arsya. Kedua matanya menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Telunjuk GDN ll kembali akan menembak, dengan cepat Arsya langsung mengarahkan tangan GDN ll ke arah tanah.
Duarr...!!
Orang-orang yang mengejar Arsya langsung terpental. Arsya pun langsung menarik tangan GDN ll. Membawanya kabur dari tempat itu.
.
.
Seminggu sudah sejak kejadian malam itu. Arsya kini tinggal di rumah bibinya. Namun karena bibinya sedang di luar kota, ia pun tinggal berdua dengan gadis robot bernama GDN ll itu. Gadis robot itu selalu mengikuti dirinya, kemanapun ia pergi.
Seperti saat ini, gadis robot itu mengikuti Arsya ke kampusnya. Padahal Arsya sudah melarang, tapi ia tetap saja mengikutinya.
"Baiklah.. Kau boleh ikut. Tapi ingat! Jangan menunjukkan kemampuan robotmu pada orang-orang!" pesan Arsya.
Gadis robot itu mengangguk. Ya, tampangnya memang serupa dengan manusia pada umumnya. Begitupun dengan otaknya, mungkin malah lebih pintar daripada manusia normal. Selain itu, ia bahkan juga mengerti apa yang diucapkan oleh manusia.
Namun dibalik kelebihannya itu, GDN ll memiliki kekurangan. Ia tak memiliki perasaan. Tak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh manusia.
"Dan mulai sekarang, kau akan kupanggil... LILY!! Ya, nama yang bagus.. Apa kau senang??!" ujar Arsya antusias. Namun Lily tak meresponnya.
"Ah.. Sudahlah! Kalau begitu, ayo kita berangkat!!" ajak Arsya.
.
.
Saat hendak masuk kampus, Arsya dihadang oleh dua teman Vero. Ia pun dipaksa untuk mengikuti mereka ke lahan belakang kampus.
Sesampainya disana, tampak Vero sedang duduk di atas salah satu batu besar. Vero langsung menatap ke arah Arsya.
Melihat Vero berjalan ke arahnya, Arsya langsung menundukkan kepala. Ia menduga bahwa Vero pasti akan memukulnya. Namun dugaannya salah! Ternyata tujuan Vero adalah Lily, gadis robot milik Arsya.
"Heii.. Cantik.. Siapa namamu?" goda Vero pada Lily. Namun Lily tak bergeming. Ia hanya menatap lurus pada Arsya. Membuat Vero geram, hendak memukul Arsya.
Belum juga pukulannya mendarat, secepat kilat Lily langsung mencekal tangan Vero. Tentu saja Vero makin kesal. Ia pun langsung menghempaskan tangan Lily, dan mendorongnya hingga terjatuh.
"Pegang dia!" perintah Vero pada kedua temannya. Mereka berdua pun langsung memegangi Arsya. Sedangkan Vero, ia langsung memukuli Arsya tanpa ampun.
Melihat itu, mata kiri Lily kembali berwarna biru. Ia pun langsung bangkit. "Ancaman terdeteksi.. Harus melindungi tuan.." ucapnya, membuat Arsya terkejut saat mendengarnya. Ia langsung teringat kejadian seminggu lalu, kala serangan Lily mengakibatkan ledakan yang luar biasa.
Telunjuk Lily sudah siap menembak, namun Arsya tak tinggal diam. Ia langsung meloloskan diri dari Vero dkk, dan berlari ke arah Lily. Memeluk Lily erat, agar membatalkan serangannya.
Namun ternyata percuma, Lily tak membatalkan serangannya. Serangan yang sudah diprogramkan, tidak bisa dibatalkan. Karena program yang dimiliki Lily belumlah sempurna. Dan entah mengapa, Lily seperti hilang kendali, ia langsung melemparkan Arsya yang sedari tadi memeluknya agar menyingkir.
Telunjuk Lily sudah mengeluarkan cahaya, namun kali ini cahaya itu tampak lebih menyilaukan 3x lipat dari yang sebelumnya.
Vero dkk yang melihat itu langsung bingung dan ketakutan. Tak tahu harus bertindak bagaimana.
Sedangkan Arsya, ia tak menyerah. Sebisa mungkin ia tak ingin Vero dkk terluka apalagi tewas karena serangan dari Lily.
Lily menembakkan serangannya ke arah Vero dkk. Melihat itu, Arsya langsung berlari, berniat menghadang serangan Lily. Ia pun berdiri di depan Vero dkk dengan merentangkan kedua tangannya.
"Bahaya terdeteksi.. Harus melindungi tuan.." Lily pun langsung berlari, dan mendorong Arsya.
Duarr..!!!
Ledakan itu berhasil memporak-porandakan lahan tersebut. Arsya terbangun, seluruh tubuhnya terasa sakit. Beruntung ia tak luka parah. Begitupun dengan Vero dkk. Mereka bertiga pun tak terluka parah, hanya saja mereka pingsan.
"Lily!!" teriak Arsya. Dengan langkah tertatih, ia mencari keberadaan Lily. Sampai akhirnya ia berhasil menemukan Lily. Namun sungguh disayangkan, karena terkena ledakan tadi, Lily mengalami kerusakan parah.
"Lily..!!!" teriak Arsya.
~~~~~~~~~~~~~Epilog~~~~~~~~~~~~~~
*Tahun 2025*
Di sebuah ruangan yang penuh akan alat-alat canggih, seorang laki-laki tengah sibuk dengan teknologi ciptaannya, yakni sebuah robot.
"Baiklah,, ini adalah percobaan ke-206.. Hufftt!" laki-laki itu menekan sebuah tombol. Tak lama, robot yang berdiri di depannya itu pun membuka kedua matanya. Menatap lurus ke arah depan.
"Hai.. Aku Lily.. Robot penjagamu.."
.
.
.
***The End***
(Hai guyss.. Jangan lupa komen dan like jika suka ya.. Ayo dukung author supaya tambah semangat dan jadi lebih baik lagi🤗)
Love You All🥰