Istirahat yang membosankan, tidak ada Adriya, sahabat Perempuanku, yang menemani di jam istirahat ini. Alasannya sih karena urusan keluarga.
Haaahh~ Samperin Hideyoshi sabi kali ya.
Aku beranjak dari bangku ku dan berlari menuju kelas Hideyoshi, 8-4.
#BRAK! Suara pintu yang di buka dengan sangat keras.
Semua kakak kelas yang ada di dalam langsung menoleh ke arahku karena terkejut.
"HOE, BANGSAT! Kekantin, yuk!!"
Hening. Tidak ada kehadiran Hideyoshi di sini. Tumben..?
Aku menanyai kakak kelas yang ada di samping ku pasal keberadaan Hideyoshi. Katanya, Hideyoshi hari ini tidak masuk karena kondisi kesehatan. Aku tidak percaya. Pikirku, sepertinya dia hanya beralasan untuk bolos sekolah.
Dasar si jangkung itu, akan ku pergok nanti sepulang sekolah!
***
Pulang sekolah, aku meminta tolong kepada supirku untuk tidak pulang ke rumah dulu dan langsung pergi ke rumah Hideyoshi. Dia mengiyakan perkataan ku dan segera menancapkan gas mobil yang ia kendarakan.
Sudah sampai di depan rumah Hideyoshi. Aku di tanyai satpam yang ada di depan gerbang soal apa urusanku datang ke sini. Aku menjawab, kalau aku adalah temannya Hideyoshi yang sedang ingin menjenguknya. Si pak Satpam itu langsung mempersilahkan aku masuk.
Aku berjalan menelusuri halaman yang di penuhi dengan tanaman yang subur ini. Di depan pintu rumah Hideyoshi, aku langsung menekan tombol bel rumah tanpa ragu-ragu. Aku terus memencetnya berkali-kali hingga menciptakan suasana berisik di dalam rumah.
Terdengar suara teriakan Hideyoshi yang khas dari dalam. Hehe, sepertinya dia kesal.
#CEKLEK. Suara pintu terbuka.
"Siapa?!"
"Hehe hae kawan~"
"Ck, sumpah. Gara-gara lo suasana rumah gue barusan kek kebun binatang, tau ga!"
"Yeye, ya seru dong~ :v"
"Seru pala kao, tambah pening kan ni pala." Dia protes sambil memegang kepalanya yang di katanya pusing.
"Eh si anjae, beneran pusing Kao? Kirain boongan cuma buat alesan bolos sekolah, hehe."
"Heha hehe. Apa urusan Lo ke sini?"
"Eeei, ada cewe cantik mampir, bukannya di persilahkan masuk, malah di tanyain pake nada judes. Sehat?" Aku mengibas-ngibaskan rambut pendekku.
Dia memberiku tatapan jijik.
Ealah si bangsat.
Setelah menatapku seperti itu dia langsung mengajakku masuk ke dalam rumahnya yang bersih nan megah ini.
"Wuu~ ngadem~ hehe. AC di kelas gue rusak, jadi panas banget. Akhirnya bisa ngadem lagi." Aku merebahkan tubuhku di atas sofa ruang tamu tanpa ada rasa malu.
"Yodah kalo mo ngadem, ngadem aja. Jangan berisik, gue mau tidur dulu."
"Eh si monyed, siang-siang gini malah tidur. Ayo temenin gue maen PS5!"
"Akh, bangsat. Lo ke sini cuma mau nyiksa gue ya?!! Yodah ayo."
***
Di kamar Hideyoshi, aku sangat menikmati permainan yang ada di PC-nya. Tidak mempedulikan orang penyakitan itu, yang penting hidup senang.
Saat aku sedang fokus bermain 'pregnant mother' di HP ku, Hideyoshi selalu menatapku dengan tatapan nya yang bikin merinding itu.
"..... Aaah! Apaan sih Lo! Merinding tau ga??!!" Aku meletakkan HP ku dan mengomeli Hideyoshi.
Dia tetap menatapku agak lama.
Lama-lama gue cincang juga ni anak satu, nanti khusus bagian matanya gue jadiin empan ikan Arwana.
"... Lo serius ga bawa apa-apa buat gue?"
"Ha? Bawa apa?"
"Ya ga tau, apa kek. Kan gue lagi sakit, kali aja kan Lo bawain gue roti, gitu."
"Idih, manja kali lah Kao. Tar gue botakin tuh pala, rambutnya nanti gue jadiin bahan olahan mie yang gue buat nanti."
"Alah.. dah lah males gue Ama Lo, masa seriusan ga bawa apa apa~" Dia memasang ekspresi manja.
"... Hehe~ canda~! Ini gue bawa daging buat makan bareng!! Gue mau nginep juga sekalian. Kamar tamu kosong, kan?"
"Wah, sip sip. Lo yang masak ye. Nanti gue yang makan."
"Serah dah babi. Nanti kalo alot Jan nangis."
"Eh BTW Lo ga takut apa, nginep di rumah gue..?"
"Takut ngapa memang?"
"Ya.. kali aja gue ngapa-ngapain Lo, gitu~ mwehehehehehehhe"
Aku menatapnya sinis.
"Gue tau lo ga bakal berani ngelakuin itu ke gue."
"Iya sih, Lo baru gue sentuh dikit tangannya aja dah kasih gue tendangan spesial Lo.."
Aku nyengir mendengarnya.
***
"HIDEYOSHI!!!"
Aku memanggilnya untuk meminta bantuan, mengambil beberapa bahan untuk membuat steak sapi. Dia berjalan ke arahku dengan wajah lesunya.
"Eh, Lo ga papa, kan? Kalo ga enak mending Lo tidur aja, biar gue sendiri yang masak." Dari wajahnya yang pucat itu, sepertinya dia benar-benar sedang tidak sehat.
"Engga, barusan gue habis liat laptop lama banget, muka gue jadi suka bulukan gitu. Biasa mah ini~ Eh BTW tumben Lo khawatirin gue? Ciye ciyee~ suka ni ye~~"
Dia meledekku sambil mengambil beberapa bahan yang ada di dalam lemari.
"Bacod Kao monyed. Beneran ga papa ni ye?"
Dia menunjukan ibu jarinya yang berarti "iya".
Kami saling bekerjasama dalam memasak malam ini sambil berbincang-bincang santai.
"Eh BTW Barusan gue liat kucing warna item di belakang sekolah. Ga tau kenapa malah mirip kao bangsat."
"Biasanya kucing warna item pekat gitu jelmaan dari siluman."
"Ga heran sih, hehehe"
***
Masakanku yang di bantu juga oleh Hideyoshi, akhirnya selesai. Aku menyiapkan 2 pasang alat makan di atas meja. Aku melihat wajah Hideyoshi, semakin pucat.
Aduh, mati engga ya ini anak. Kek mayat aja.
"Heh, Hideyoshi, Lo mending istirahat aja deh. Ini steak nya buat di makan besok pas Lo dah mendingan." Aku memberi saran kepada Hideyoshi.
"Dah gue bilang, gue ga papa-"
#GUBRAK. Hideyoshi jatuh tergeletak di atas lantai.
"Tuh, kan! Apa gue bilang!!"
Aku membantu Hideyoshi untuk berdiri dan memboyongnya ke dalam kamarnya.
***
Di kamarnya, aku melepaskan tangan Hideyoshi dari pundak ku dan membantunya duduk.
"Lo tiduran aja, gue ambil kompres."
Dia terdiam menundukkan kepala.
Haish, anak ini.
"Eh, kompres di mana, nyed?"
"Di laci bagian situ, pojok." Dia menunjukkan ke arah letak kompres itu berada dengan suaranya yang lemas.
Aku berhasil menemukan kompres dan beberapa obat demam di dalamnya.
Aku menyuruh Hideyoshi untuk tiduran. Dia membantah. Aku menegurnya dengan keras. Dia langsung menurutiku. Aku menyelupkan kain kompres ke dalam air lalu memerasnya dan ku taruh ke atas kening Hideyoshi.
"Heh.. Lo kalo pusing kenapa ga baring aja sih. Ampe tumbang gitu. Kan gue yang repot jadinya." Aku mendumal sambil mengelap keringatnya.
"I-iyaa, gue rasanya ga nyaman gitu biarin Lo keluyuran di sini kek anak ayam ilang nyariin induknya.." Dia mengalihkan pandangannya dari ku ke arah jendela kamar.
"...Dasar kepiting rebus. Hehehehe liat muka Lo, merah kek kepiting rebus, HEHEHEHEHEHEH" Aku tertawa ngakak melihat wajahnya yang memerah seperti kepiting laut rebus.
"A-aah berisik, Lo!" Dia menutup wajahnya.
"Heheheh, yodah gue keluar dulu yak, bikin bubur~"
Belum juga aku berdiri, Hideyoshi tiba-tiba menarik tanganku seolah dia ingin menuruhku untuk tetap duduk.
"Jangan, pergi.."
"Ha? Kenapa? Suara Lo lirih banget heh, kek cewe! Yang keras, Lo kan LAKIK!!"
"J-jangan pergi! Gue ga mau makan bubur buatan Lo, rasanya pait kek obat!" Dia mengatai bubur buatanku tanpa menatap mataku.
"COWO BABIIIIII!!!!" Aku menutup wajah Hideyoshi dengan bantal supaya dia sesak bernafas.
"Ee udah heh udah heh!! Pingsan nanti guee!!!" Dia menepuk tepuk tanganku dengan keras berharap aku melepaskan nya.
"BABI KAO BABI KAO BABI KAO BABI KAO!!!"
-SELESAI-
Catatan penulis:
Makaseh mentemen dah baca~ 🗿✨