Aku sangat membencinya. Bahkan keberadaannya membuatku muak. Tak masalah jika dia adalah teman masa kecilku. Namun statusnya sebagai tunanganku, membuatku sangat menderita. Dia hanya gadis penyakitan yang ketergantungan obat. Rasa sakit yang dideritanya, membuat ayah terus mengoceh setiap hari, agar aku selalu menjaga dan memperhatikannya.
Aku dengan bodohnya tidak bisa melawan dan mengikuti setiap kemauan ayah. Ini semua kulakukan demi kelancaran bisnis keluarga.
Terkadang aku berpikir, apakah menjadi tunangan seseorang atas kemauan orang lain, akan bahagia? Atau malah sebaliknya?
.
.
.
.
.
Bertunangan di usia muda bukanlah hal yang begitu aneh dikalangan anak zaman sekarang. Begitupula yang terpikirkan oleh Wijaya dan Kusumo.
Demi memastikan hubungan bisnis dan persahabatan tidak akan pudar, mereka berdua memutuskan untuk menikahkan putra-putrinya.
Dan mengingat karena umurku dan Anna masih sangat muda, tali pertunangan memang pilihan terbaik.
Anna pastinya sangat bahagia. Ia mencintaiku sudah sangat lama. Penantian panjang akhirnya membuahkan hasil. Itulah yang dirasakannya.
Sedangkan aku? Sedikit kebahagiaan tidak tercermin di wajahku. Terlebih saat acara pertunangan berlangsung. Aku hanya memperlihatkan senyuman, meski luka dan benci bersembunyi dibaliknya.
__________
Anna adalah gadis yang sangat cerdas dan perhatian. Selain itu, statusnya sebagai anak tunggal seorang pengusaha hebat dan sukses, membuatnya populer dan disegani oleh murid di Sma jaya Sakti.
Lain halnya denganku, Chris Jakson Tri Dareen. Aku adalah pemuda yang sangat dingin dan arogan. Ketampanan dan kharisma yang kumiliki, membuat banyak gadis yang tertarik padaku.
Kepopuleranku disekolah, kumanfaatkan untuk mempermainkan perasaan Anna. Kurasa, terlihat dekat dan mesra dengan beberapa wanita, mungkin bisa membuat Anna jenuh dan cemburu.
Aku juga sering memarahi dan mempermalukan Anna didepan umum. Aku bahkan mengata-ngatai Anna sebagai “Gadis penyakitan”.
Sama sekali tidak ada kerukunan dalam hubungan Kami. Padahal jauh sebelum pertunangan itu terjadi, hubungan kami baik-baik saja.
Semuanya berubah sejak bertunangan dengannya. Aku merasa tertekan. Setiap hari, Anna selalu membuatku mondar-mandir rumah sakit dan ruang uks sekolah, bila penyakitnya kambuh. Ketika keadaan Anna memburuk, ayah selalu memukuliku. Sekilas aku berpikir, bahwa aku ini hanya sebuah bidak, yang bisa diatur sesuka hati mereka.
Aku...aku hanya ingin kebebasan dalam cinta dan kehidupan.
Penyakit jantung yang Anna derita, membuat ayah memanfaatkannya, dan menjadikanku hidup dalam kendalinya.
Aku seringkali melontarkan pertanyaan kepada Anna.
“Apa kau tidak salah mencintaiku? Kau tau? Aku sangat membencimu dan Ayahmu! Keberadaanmu, hanya membuat luka lamaku kembali terbuka! Uang ayahmu, membuat ayahku menjadi sangat serakah! Kau hanya alat yang digunakan ayahku demi bisnisnya! Apa kau masih yakin dengan perasaanmu itu?”
Lalu apa jawaban Anna? Ia hanya berkata, “Aku yakin dengan perasaanku. Sekalipun kau menganggapku tidak pernah ada, perasaanku tidak akan berubah. Jakson, aku mencintaimu. Bahkan hingga mataku tertutup untuk selamanya, aku masih mencintaimu.”
“Ka..kau! Perempuan terbodoh yang pernah aku temui! Kenapa aku tidak pernah bisa melihatmu menangis atau cemburu saat aku bersama wanita lain? Apa kau gila? Katakan padaku!!”
“Aku tidak gila. Terkadang hidup dalam tekanan, membuat kita lupa dengan perasaan kita yang sebenarnya. Jakson, aku tau bahwa kau juga mencintaiku. Hanya saja, kau tidak menyadarinya.”
Kalimat-kalimat aneh itu terus terngiang-ngiang di kepalaku dan membuatku frustasi. Mengapa Anna selalu berkata seperti itu terhadapku? Apa dia sesayang itu padaku?
Raut wajah dan penampilannya yang sok kuat, membuatku sangat terganggu.
Air mata yang ia keluarkan saat aku terbaring di rumah sakit masih terukir jelas di ingatanku.
Hari-hari yang terus berlalu, membuatnya tidak bisa hilang dari pandangan dan pikiranku.
__________
Adapun, sejak kedatangan Hayden di sekolah, kulihat sikap Anna menjadi berubah terhadapku. Aku jelas sering terlibat pertengkaran hebat dengan Hayden.
Anna yang selalu tertawa bahagia dihadapan Hayden, membuatku marah. Keakraban mereka membuat hatiku terbakar. Ada apa denganku? Padahal inilah yang aku inginkan sejak dulu. Aku ingin Anna mundur secara perlahan dari kehidupanku. Tapi...mengapa aku justru merasa ada yang terluka dalam diriku?
Sejak kematian ibu, Anna lah yang selalu datang untuk menghiburku. Hidup dalam keluarga palsu yang gila akan uang dan kedudukan, menjadikanku seperti melati yang hidup dalam kerumunan mawar merah. Dan Anna adalah tukang kebun yang berusaha mengeluarkanku dari kerumunan mawar merah itu.
Bukannya berterimakasih, aku malah bersikap sesuka hati.
Perlahan-lahan aku tersadar, bahwa membalas cinta yang telah ia berikan adalah hal yang baik.
Hingga pada suatu hari, teleponku berdering.
“Jakson, kamu dimana nak?” Ucap Kusumo, ayah Anna.
“Ini lagi dijalan mau ke rumah sakit, jenguk Anna Om.” Jawabku sembari memandangi bunga yang telah aku persiapkan untuk diberikan pada Anna.
Sesaat Kusumo terdiam. Tiba-tiba sambungan teleponnya terputus. Aku jelas sangat bingung.
Sesampai di rumah sakit, bukan kabar bahagia yang kudapati, melainkan kabar buruk tentang Anna.
“Apa? A..Anna?? Anna? Meninggal?.”
Brukkk!
Aku tersungkur di lantai.
Hatiku sangat sakit. Kepalaku sangat pusing. Aku langsung menangis histeris.
“Tidak!! Anna tidak meninggal! Ini tidak mungkin!! Kenapa!! Kenapa harus Anna!!....”
Aku memegang kedua tangan Kusumo dan berkata, “Om..om...Anna? Anna tidak meninggal kan om? Ja..Jakson benar-benar tidak bisa hidup tanpa Anna Om...! Jakson sangat mencintai Anna...Bahkan jauh sebelum pertunangan ini terjadi...Jakson sangat mencintai Anna Om...Huuuu..”
Saat tubuhku mulai lemas... tiba-tiba aku mendengar suara seorang wanita terdengar dari lorong rumah sakit.
“Jakson!!!!”
Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui bahwa dia adalah Anna. Bukannya dia sudah meninggal? Apa yang kulihat adalah hantu? Tidak! Dia bukan hantu!
Aku pun berlari kearahnya dan langsung memeluknya.
“Kau!! Bukannya kau!!?!!” Ucapku.
“Mati maksudmu? Hahaha. Tidak mungkin aku mati begitu saja tanpa tau perasaanmu yang sebenarnya terhadapku.” Sambung Anna yang tertawa kecil dipelukanku.
“Jadi...”
Kulihat ayah dan om Kusumo tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha. Kami tadi cuman bercanda nak Jackson. Tolong dimaafkan. Hari ini, dokter sudah menyatakan bahwa Anna sudah pulih 100 % dari penyakitnya. Jadi, kedepannya tolong jaga Anna baik-baik.” Ucap Kusumo.
Aku langsung bahagia mendengar kabar itu. Bahkan berkali-kali aku mencium Anna untuk meyakinkan diriku.
Kebahagiaan yang kudapat tidak bisa diukir dengan kata-kata. Aku berjanji akan menjaga Anna dengan baik mulai dari sekarang.
Mencintai itu sangat mudah. Tinggal lihat mana yang tulus dan setia, itulah yang dipertahankan.
.
.
.
.
.
.
TAMAT.