Mahkota Untuk Bunda
Fafa, seorang gadis manis berkerudung biru sedang mondar-mandir di depan pintu rumahnya. Dia sedang mencoba mengeja bacaan Qur’an yang ada di tangannya. Berulang kali wajahnya berkerut. Lalu dia menghampiri bunda yang sedang menyuapi adik.
“Bunda.”
“Nanti dulu, Fafa. Bunda sedang repot.”
Dengan wajah sedih, Fafa keluar. Tiba-tiba, dia mendengar suara anak-anak dari masjid yang tak jauh dari rumahnya, sedang melantunkan ayat-ayat Al Qur'an bersama-sama. Fafa bersorak senang.
“Bunda, aku pergi. Assalamualaikum ....”
Tanpa menunggu jawaban. Fafa segera berlari menuju sumber suara. Terlihat anak-anak duduk melingkar didampingi seorang Ustadzah.
Fafa duduk bersandar di salah satu tiang masjid, melihat dengan penuh perhatian.
Ingin bergabung, tapi malu.
“Mau ikut, Nak?” sapa Ustadzah sambil mengulurkan tangan dan tersenyum.
Fafa menyambutnya dengan malu-malu.
“Namamu siapa?”
“Maria Ulfa. Dipanggil Fafa, Ustadzah.”
“Nama yang bagus. Mau ikut mengaji?”
Fafa mengangguk. Dengan lembut, Ustadzah mengajaknya masuk ke dalam lingkaran. Dia senang sekali saat dapat duduk di samping Ustadzah. Mata Fafa melirik ke kanan dan kiri, mencoba melihat bacaan teman-teman.
“Bu guru, aku pingin bisa seperti teman-teman.”
“Bagus." Dua jempol dan senyuman Fafa dapatkan saat itu juga. Fafa senang sekali, dan tersenyum
"Apa itu?” Tanya Bu guru ketika melihat salah satu tangan Fafa bersembunyi di balik punggung.
Dengan malu-malu, Fafa mengeluarkan Al Qur’an yang dibawanya.
“Ayo dibuka.”
Fafa membuka lembar demi lembar Al Qur'an yang dibawanya. Tapi bingung, halaman yang mana sekarang akan dibaca. Segera ustadzah menunjukkan halamannya.
“Kita mulai dari ini," ujar Ustadzah dengan lembut. Dia menunjuk di surat an Naba pada juz 30.
“Bismillahirrohnmanirrohiiim."
Fafa menirukan bacaan Ustadzah. Pada mulanya agak terbata-bata. Lama kelamaan, lancar. Dan lagi-lagi 2 jempol didapatkan dari Ustadzah. Membuat dia semakin bersemangat. Sampai 5 ayat berhasil Fafa ucapkan dengan baik dan lancar.
Kemudian Ustadzah berganti menyimak bacaan teman-teman. Fafa tetap tekun mengulang bacaan yang sudah diajarkan.
Ketika hari sudah semakin petang, Ustadzah memanggil kami.
“Sudah semua, kita berdoa, siap untuk pulang.”
Kembali mereka berkumpul dan berdoa.
Lalu
satu per satu bersalaman dan pulang. Kini tinggal Fafa seorang.
“Besok Fafa boleh datang lagi, Ustadzah.”
“Anak hebat, baik seperti Fafa pasti boleh, Ustadzah tunggu. Ayo semangat ... Agar bisa memberikan ayah bunda hadiah mahkota.”
“Mahkota ... Wow.” ucap Fafa. Wajahnya tampak senang dan gembira.
“Baik Ustadzah. Besok Fafa akan datang lagi.”
Sejak saat itu, Fafa hampir tak pernah absen untuk hadir. Dia dengan tekun mengikuti dan selalu Murojaah di rumah. Kadang ditemani ayah atau bunda sambil menggendong adik.
Satu yang Fafa inginkan. Agar bisa naik panggung. Dan memberikan mahkota untuk bunda yang amat sayang padanya.
Hari yang ditunggu-tunggu itupun tiba.
“Ayah, ini undangan dari Bu guru.”
“Undangan apa, Fafa?”
“Peringatan Nuzulul Qur’an sekaligus wisuda.”
“Baiklah, tapi sama bunda saja ya. Ayah harus keluar kota.”
“Ya ... Ayah.” Fafa sedikit kecewa. Tapi tidak marah. Karena itu untuk dirinya juga.
Pada hari Ahad, waktu pelaksanaan peringatan Nuzulul Qur’an di TPQ, sejak pagi-pagi sekali, Fafa sudah mempersiapkan diri. Keceriaan terlihat di wajahnya.
“Bunda, aku pergi dulu. Nanti datang ya ... Tak pakai lupa lho,” pesannya sambil berlalu pergi.
Karena ada sedikit kerepotan, Bunda Fafa datang terlambat.
Sedangkan di dalam gedung, Fafa sudah sangat gelisah. Berulang kali Fafa melihat pintu masuk. Mengapa bunda belum datang juga ...
Dirinya makin gelisah, ketika satu per satu para wisudawan-wisudawati namanya dipanggil dan naik ke atas panggung.
Tiba namanya dipanggil, bunda tak juga tampak. Dengan langkah berat, Fafa naik ke atas panggung.
Satu per satu diberi slempang dan juga mahkota. Fafa semakin gelisah. Mengapa bunda belum datang juga ....
“Sekarang, silahkan wisudawan-wisudawati untuk memberikan mahkota pada ayah bunda tercinta.” Ucap pemandu acara melalui mikrofon.
Pada saat itu, Fafa melihat bunda yang mengendong adik bayi memasuki ruangan.
“Bunda ...”
Fafa berlari menghampiri bunda, yang masih diam terpaku, menyaksikan Fafa dengan pakaian wisudanya.
“Ini untuk Bunda.”
Fafa memberikan mahkota itu dan memasangkannya di kepala bunda.
“Fafa, kamu wisuda Nak.”
“Ya, Bunda. Fafa sudah hafal 3 juz.” Jawab Fafa bangga.
“Karena aku pingin memberikan ini pada Bunda.”
“Masyaallah, Barokallah ... Terima kasih Fafa.” Pelukan dan ciuman di pipi dan pucuk kepala, Bunda berikan pada Fafa.
END