Teng...Teng...Teng....Teng.....Teng.....
Suara lonceng Midnight berbunyi itu menandakan semua orang harus bergegas tidur.
"Akhh.....damn aku bahkan tidak bisa berkonsentrasi karena suara bel malam yang memuakkan, Akhh..... kenapa sih suara itu sangat keras dan lagi kenapa juga harus 222-5 ketukan?".
"Hey!!! apa yang kamu ucapkan, jangan pernah berkata kotor tentang Bel malam".
"Memangnya kenapa?".
"Hmm... kamu pasti akan tahu setelah mengalaminya".
"Apa-apaan sih? gak jelas banget".
Namaku Emma Watson. Aku lahir di Amerika dan tinggal di Indonesia tepatnya di wilayah Jawa. Aku menetap disini baru 2 tahun. Awalnya aku tinggal di Surabaya karena urusan sekolah yah....bisa dibilang supaya deket sama sekolah. Tapi sekarang aku tinggal di pulau Jawa.
Sekarang aku tinggal di sebuah desa yang cukup dalam. Maksudnya kayak di pedalaman gitu. Sebenarnya sih aku gak mau tinggal disini karena akses internet diperdalam itu buruk, terus kebutuhan di sana juga tidak lengkap tapi karena rayuan dari teman-temanku dengan terpaksa aku tinggal disini bersama mereka.
Ini adalah hari ke 3 kami menginap di desa X tapi aku udah gak kerasan lagi. Bukan apa-apa, yang membuatku muak adalah bunyi Bel pada malam hari yang berbunyi 222-5 ketukan setiap harinya. Bukannya itu malah membuat orang emosi dan terganggu?
Iyah sih selama ini hanya aku saja yang terganggu. Mungkin semua orang disini sudah terbiasa dengan kebisingan malam, tapi aku tidak.
Ke esokkan harinya aku berkeliling kampung menyusuri sawah yang membentang luas. Kayaknya Sawah disini lebih luas daripada ladang stroberi milik paman Albert.
note: Albert adalah paman Emma yang memiliki ladang stroberi terbesar di Amerika.
"Huahhh anginnya sejuk sekali".
"Benar kan". Sahut Luna membuat Emma terjingkat.
"Duhhhh....dasar sahabat Ziyalan, anak orang ini baru saja menikmati pemandangan surga, ehhh malah di gangguin". Ucapku ketus.
Aku cukup kesal sih sama Luna, Entahlah... dia seperti anak kecil yang selalu menganggu teman-teman yang lain sampai kesal 7 turunan.
"Yah, maafkan aku Emma. Emm... Emma".
"Iyah ada apa?"
"Ikut aku yuk".
"Kemana?". Ucapku datar
Mata Luna berkaca-kaca dan dia terlihat antusias
"Kamu mau ikut, teman-teman yang lain gak mau ikut, katanya banyak pekerjaan ada yang bilang, sibuk lah, mau pacaran lah. Kamu Beneran mau ikut?".
"Emmm.... tergantung sih, kamu mau kemana?".
"Di sana, di sana ada kolam bangus banget". Ucapannya sambil menarik tanganku.
Aku mengikuti langkah demi langkah dengan melihat sekeliling tempatku berpijak.
"Sangat indah" Ucapku.
Mungkin sedikit jauh dari perkiraan ku. Kami sudah menghabiskan waktu 30 menit untuk berjalan.
"Apakah sudah dekat? aku udah gak sanggup lagi". Ucapku frustasi.
"Bentar lagi, itu dibalik batu besar ada kolam disitu". Luna berlari menuju baju besar yang ia katakan. Kemudian melompat.
Byur.... suara air gemericik
"Emma sini".
Aku mendekati ke arah batu besar dan benar saja terdapat kolam air yang sangat cantik. Di sekelilingnya terdapat berbagai macam bunga dan buah berry.
"Wahhh.... kamu tahu darimana tempat ini?".
"Entahlah, tadi waktu aku jalan-jalan aku tersesat dan menemukan kolam air ini".
"Hah...." Jawabannya sangat simpel sekali.
Aku memutuskan untuk berendam dan menikmati indahnya dunia.
Teng...Teng...Teng....Teng.....Teng.....
"Emmm...."
Teng...Teng...Teng....Teng.....Teng.....
Aku terbangun karena mendengar suara bel yang berbunyi
Sambil mengumpulkan kesadaran aku bertanya kepada Luna "Kenapa ada suara bel?".
Aku sangat terkejut karena hari sudah mulai malam. Aku juga terkejut Luna sudah tidak ada di kolam air ini."Luna?"
Aku bergegas keluar dari kolam. "A-apa-apa ini? kenapa air kolamnya berwarna merah, Euw.... bau nya sangat anyir". Tanpa pikir panjang aku berlari menuju rumah kontrakan.
Srek...Srek...Srekk... suara dedaunan yang bergesek.
"Luna itu kamu? Luna came out, I was so scared".
Tiba-tiba di sekelilingku menjadi hening. Aku benar-benar takut. Dengan sekuat tenaga aku berlari menuju rumah kos.
"Tuhan tolong lindungi aku".
Brak...Sebuah pohon terjatuh tepat di depanku. "Hah..hah...hah... untung aja gak kena".
Aku melanjutkan berlari hingga sampai di kampung. Sangat aneh, kenapa mereka semua berkumpul?. Aku sangat kepo dan melihat apa yang sedang terjadi.
Deg.... jantungku tak berdetak
"A-apa? sebenarnya apa yang sedang terjadi? Ke-kenapa aku ada di sana? dan mereka kenapa?".
Jujur aku sangat shock melihat tubuhku yang sudah terkoyak. Aku juga tak mengerti kenapa mereka hanya diam memandang tubuhku yang sudah tak berbentuk.
Aku berjalan menuju arah Andhin dan mencoba berbicara padanya. Andhin itu anak indigo mungkin saja dia bisa melihatku "Andhin, Andhin kamu lihat aku?".
Andhin menoleh ke arahku dan tersenyum lebar
"Kamu sudah kalah". Ucapnya yang membuatku heran.
"Kalah? apa maksudmu".
"Lihat itu". Andhin menyuruhku melihat sekali lagi orang-orang yang tengah berkumpul.
"Kyaaaa......".
Sangat mengerikan saat aku melihat, mereka bukan lagi manusia. Mereka seperti hantu yang hancur. Aku melihat sekeliling tempat ini.
"A-apa itu?" ucapku sambil melihat lonceng.
"TIDAK..."
Sebuah pemandangan yang mengerikan terlihat sangat jelas. Luna, Wiliam dan Juna mereka semua dibantai.