Aku dan mas Dimas baru menikah satu Minggu yang lalu, dan hari ini kami berencana akan pindah kerumah yang telah di beli oleh mas Dimas.
"Ana, semua sudah di bereskan" tanya suamiku.
"Ya mas" jawab aku.
Mas Dimas membeli rumah di pinggir kota, rumahnya sangat sederhana. Kata mas Dimas, dia membeli rumah dengan harga yang sangat murah jauh dari harga rumah pada umumnya. Pertama kali aku di ajak untuk melihat rumah tersebut, aku sangat menyukainya.
Kami menempati kamar lantai dua, karena dari jendela kamar aku bisa melihat pemandangan di luar.
"Ana, semoga kamu menyukai rumah ini" kata mas Dimas memeluk aku dari belakang.
"Ya mas, terima kasih aku menyukainya" ucap aku tersenyum.
Aku pun membereskan semua barang yang aku dan suamiku bawa. Waktu aku mau membuang sampah di belakang, aku lihat ada seorang yang duduk di ayunan di bawah pohon besar yang terdapat di belakang rumah.
Aku masuk kedalam rumah dan mencari suamiku.
"Mas, selain rumah ini disekitar ini apakah ada rumah lain" tanya aku dengan suamiku.
"Tidak ada Ana, rumah ini dengan rumah yang lain berjarak dua ratus meter" ucap suamiku sambil melihat diriku.
"Jadi siapa orang tadi" tanya aku dalam hati.
Setelah seharian membereskan semuanya, aku dan suamiku tertidur.
"Jangan....jangan kalian lakukan itu berdosa" teriak aku dalam mimpi.
"Ana, ada apa" kata mas Dimas membangunkan diriku. Aku terbangun dengan nafas tersengal.
"Mas, aku bermimpi melihat tiga orang melakukan bunuh diri di pohon belakang rumah" cerita aku.
"Itu hanya mimpi, makanya Ana sebelum tidur baca doa" ucap mas Dimas membelai rambutku. Aku diam mendengar perkataan mas Dimas.
"Kalau hanya mimpi, tapi kenapa seperti nyata" tanya aku dalam hati.
Mas Dimas berangkat kerja pagi sekali, karena jarak rumah dengan kantor sangat jauh. Setelah mas Dimas pergi, aku melakukan kegiatan dirumah dengan berberes. Waktu aku berberes ruang tamu, aku merasa kalau televisi yang ada di ruang tengah menyala. Aku pun langsung keruang tengah, tapi televisi tersebut tidak menyala.
"Perasaan tadi televisi menyala, tapi ini kenapa mati" ucap aku sendiri dengan heran.
Aku pun melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi, tapi dihatiku timbul banyak pertanyaan soal mimpi semalam dan tadi aku mendengar suara televisi menyala.
Malam harinya waktu aku tidur, aku merasa ada yang menarik selimut yang aku pakai. Waktu aku bangun, aku melihat selimut itu masih menempel di tubuhku.
"Mas, bangun aku merasa seperti ada orang di rumah ini" kata aku membangunkan mas Dimas. Suamiku bangun tapi waktu dia menoleh ke arahku, aku melihat leher suamiku hampir putus dan berdarah.
"hhhhhh...." teriak aku menutup wajahku.
"Ana, ada apa?" tanya suamiku mengoyahkan tanganku.
Aku membuka wajahku dan aku melihat suamiku masih utuh. Aku memegangi leher suamiku dan aku melihat tidak ada tanda apa-apa di lehernya.
"Ada apa Ana" tanya suamiku heran.
Aku hanya menggelengkan kepala dan tidak cerita apa pun. Aku takut suamiku tidak percaya jika aku cerita apa yang aku alami.
Hari ini kegiatan aku hanya tidur-tiduran saja, aku menonton televisi tapi tidak ada acara bagus. Waktu aku mau memejamkan mataku, aku mendengar ada suara orang yang lagi ribut di arah dapur.
Aku pun menuju ke dapur untuk melihat apa yang terjadi, aku takut nanti ada orang yang masuk dari pintu belakang. Aku pun pergi menuju kearah dapur disana ada dua orang yang lagi bertengkar tapi mereka tidak memperlihatkan wajah mereka.
"Kalian siapa" tegur aku kepada dua orang di depanku.
Mereka langsung menoleh dan menatap aku dengan dua mata yang berwarna merah. Aku pun mundur kebelakang tapi mereka melangkah mendekati aku yang mulai ketakutan.
"Kami akan mengajak kamu untuk ikut kami" teriak salah satu.
"Ttiiiidaaak....." teriak aku. Aku berusaha untuk berlari meninggalkan dapur, tapi kakiku tidak bisa bergerak.
"Jangan mendekat" teriak aku.
Tapi setelah itu aku tidak tahu apa-apa, karena aku pingsan. Aku membuka kedua mataku dan yang aku lihat adalah kamar tidurku dan disamping aku berdiri mas Dimas yang menatap aku.
"Mas, kenapa aku disini" tanya Ana dengan suaminya.
"Tadi aku pulang, aku melihat kamu pingsan di dapur" kata Dimas.
"Mas, waktu di dapur tadi aku melihat dua orang yang lagi Bertengkar, tapi waktu aku melihat wajahnya sangat menakutkan mas" kata Ana.
"Ana, kamu itu berhalusinasi. Dengarkan mas, tidak ada hal seperti itu" kata Dimas menyakinkan aku.
"Tapi mas..." kata aku memelas dengan Dimas supaya dia yakin dengan apa yang aku katakan.
"Hal seperti itu tidak ada Ana" kata Dimas dan meninggalkan Ana di kamar sendiri.
Ana hanya diam melihat kepergian suaminya. Dimas pun pergi kedapur untuk membuatkan makanan untuk Ana.
Tok...tok....Dimas mendengar ketukan dan dia pun menghentikan kegiatannya, Dimas membuka pintu belakang tapi tidak ada seorang pun. Dia pun melanjutkan kegiatannya yang tertunda tadi, tapi suara ketukan terus berlanjut.
Dengan sangat penasaran dengan suara ketukan tersebut, Dimas meninggalkan kegiatannya dan kepintu depan tapi tidak ada orang, dan Dimas memeriksa semua jendela tapi tetap tidak ada satu pun orang.
Dimas pun melangkahkan kakinya ke dapur, betapa terkejutnya Dimas disana dia melihat kucing hitam mati sangat mengenaskan.
"Siapa yang meletakkan kucing ini?" ucap mas Dimas.
Dimas pun membuang kucing tersebut tapi waktu dia mau membuang kucing, dia melihat seorang tergantung di pohon. Dimas berjalan dan mendekati orang tersebut tapi nyatanya orang tersebut hilang. Dimas binggung dengan yang terjadi, dia pun masuk kedalam rumah dan mencari Ana.
"Mas" panggil Ana.
"Ana, kamu tidak apa-apakah" tanya Dimas.
Tapi Ana tidak menjawab malahan dia tertawa sangat keras.
"Ana, apa yang terjadi?" tanya Dimas mendekati Ana tapi Dimas malah di cekik oleh Ana.
Dimas pun mencoba untuk membaca surat-surat pendek. Dan akhirnya cekikikan di leher Dimas terlepas, dan Ana pingsan. Dimas membawa Ana kekamar dan dia mencoba menghubungi keluarganya untuk membawa seorang ustad.
Keluarganya membawa seorang pak ustad, dan pak ustad mengobati Ana dan mencoba memagari rumah tersebut.
Dari penglihatan pak ustad, penghuni dahulu adalah anggota santet dan mereka melakukan bunuh diri bersama. Pak ustad menyarankan agar Dimas dan Ana pindah karena pak ustad takut akan terjadi hal yang paling buruk terjadi dengan mereka berdua.
Akhirnya Dimas dan Ana pindah dari rumah tersebut.