Kriet ... kriet ... kriet ... srek ... srek ...
Suara langkah itu beradu dengan suara ayunan tua. Aku pun terbangun dengan sakit di sekujur tubuhku. Kedua tanganku terikat begitu pula dengan tubuhku yg diikat pada sebuah kursi tua.
"Aarrggghhhh ..." rintihku saat iblis itu kembali menyiksaku.
Ya kusebut dia iblis karena pria bertopeng itu bukan manusia, melainkan iblis dalam bentuk manusia. Semua tingkah lakunya tak ada rasa kemanusiaan sedikitpun. Ia bahkan menyekapku karena aku tak sengaja melihatnya saat ia melancarkan aksi kejamnya itu.
#Flash back on
Saat aku mengambil bola adikku disebuah halaman rumah tua. Aku melihat ke arah jendela dan kulihat ada seseorang sedang melakukan pembunuhan, ia juga memotong bagian-bagian tubuh korbannya alias memutilasinya, bahkan semua itu dilakukan dengan ekspresi bahagianya, bahkan ia bersenandung riang saat melakukan hal itu.
Ingin ku muntah saat itu saking mualnya melihat aksi iblis itu. Sampai ahirnya aku panik, kakiku tak sengaja menyenggol sampah botol dan membuatnya melihatku.
Aku berlari sekuat tenaga dari tempat itu, bahkan adikku aku ajak berlari meninggalkan tempat itu secepatnya. Naasnya lagi, karena tubuh kami kecil kami pun tertangkap dan kami pun dibawa ke rumah tua itu. Aku diikat, dan adikku langsung dieksekusi olehnya.
Di depan mataku, aku melihat adikku dibunuh dan dimutilasi di tempat. Tubuh kecilnya meronta meminta pertolongan padaku, tapi aku tak bisa apa-apa, bahkan bergerak pun aku tak bisa.
Bahkan sorot matanya, jerit tangisnya seolah menusuk relung hatiku. Tapi sedikitpun aku tak bisa membantunya.
"Ka ... kak, tolong akuuu .... aaaaarrggghhhh." Satu tebasan belati sudah ia layangkan pada adikku. Dan adikku meninggal di tempat.
Kepalanya pun terpenggal, terpisah dari tubuhnya dengan sorot mata terbuka. Darah segar pun mengucur disana. Dengan entengnya ia malah tersenyum dan mendekatiku.
"Aarrggghhh ... dasar iblisss ..." Ucapku dalam hati. Aku pun tak bisa berteriak, karena mulutku disumpal kain.
Sang iblis pun mendekatiku dengan menjinjing kepala adikku yg sudah terpisah dari tubuhnya dengan darah segar yg masih mengucur disana dan mendekatkannya padaku.
"Aku camkan lagi padamu gadisku, jangan sampai aku melakukan ini padamu." Ucap iblis itu sambil mengarahkan kepala adikku tepat di depan wajahku.
Dan sesaat kemudian, aku pun pingsan.
#Flash back off
Kini ia kembali di depanku dengan membawa sebuah makanan dan minuman untukku.
"Makanlah!" ucapnya padaku.
Ikatan di mulutku pun dibuka olehnya, dan langsung ku ludahi ia. Sungguh aku merasa jijik terhadap orang didepanku. Kemarin ia bersikap iblis, dan bisa-bisanya hari ini ia bersikap baik. Entah makhluk seperti apa orang didepanku ini.
"Jangan membuatku marah gadis manis, aku hanya tak ingin melihatmu mati sekarang." Ucapnya sambil membelai wajahku.
Aku pun berusaha menghindari sentuhannya. Dan srettt ... auwww ... ia pun menjambak rambutku.
"Sudah ku bilang, makan ya makan, buka mulut mu!" ucapnya dengan kasar. Dan benar saja, jiwa iblisnya hampir bangkit.
Ia pun menyuapi ku makanan. Dengan terpaksa aku pun makan dari tangan iblis itu. Mau bagaimana lagi, daripada aku mati kelaparan dan tak bisa melarikan diri. Lebih baik aku menurutinya.
"Gadis manis, kalau menurut kan tambah cantik." Ucapnya lagi.
Dan sesudah itu ia memberikan minum padaku.
Sambil berfikir, kulihat sekelilingku, mungkinkah ada celah disini untukku pergi. Aku bahkan tak tau dimana letak pintu keluarnya, karena aku sudah dipindahkan dari tempat awal aku disekap. Sepertinya ini ruang bawah tanah, tapi sejak kapan aku dipindahkan kesini, bahkan disini tidak ada jendela dan hanya satu titik cahaya disana, ya itu pasti pintu, batinku.
Sesaat kemudian, ia pun membuka topengnya. "Kak Ryuji," ucapku.
Ia pun berbalik dan tersenyum. "Ya ini aku, kenapa? kamu kaget? Ini aku sayang orang yg kamu sukai bukan?"
Aku terdiam, melongo, mencoba mencerna keadaan. "Ta ... tapi bagaimana bisa?"
"Hua ha ha ha ... ya inilah aku sayang, aku benci bila seseorang yg aku cintai ikut campur dalam urusanku, jadi kamu cukup diam!"
"Maksud kakak?"
"Andai kau tak melihat semuanya, pasti adik mu akan selamat, begitu pula denganmu."
"Tapi kenapa kakak sekeji itu."
"Kamu tau siapa yg aku bunuh kemarin?"
Aku pun menggeleng.
"Dia pamanku, dia selalu menyiksaku sejak kecil, bahkan membuatku jadi orang gila seperti sekarang."
"Dan kau bisa lihat, kemarin ia saja bisa mati di tanganku apalagi denganmu?"
"Jadi bersikaplah manis dan jangan mengusikku."
Aku masih belum bisa mencerna semua kejadian ini, yg ku tau, kak Ryuji itu anak baik, ramah dan penurut. Memang ia hanya tinggal dengan pamannya, karena kedua orangtuanya sudah meninggal, selebihnya aku tak tau apa-apa lagi tentangnya.
Ia pun mendekatiku, dengan reflek aku pun menendangnya.
Dia meringis, dan mendekatiku, "Nikmatilah sayang, jangan membuatku marah." Ucapnya diselingi seringai licik di wajahnya.
"Apa-apaan ini, ia mau apa denganku?" batinku.
Dan ia mulai mendekatiku dan lagi-lagi aku pun mencoba menghindari sentuhannya, entah kenapa aku seolah jijik dengan tangan yg sudah menghabisi nyawa adikku.
Dengan sekuat tenaga aku kembali menendangnya dan aku berusaha melepas ikatan tali di tanganku. Ku raih pisau di meja sampai ahirnya ikatan ku terlepas.
Ku arahkan pisau ke arahnya dan ia hanya tersenyum. "Lakukan apa yg mau kamu lakukan baby," ucapnya lagi.
Ia mulai mendekatiku dan berusaha merebut pisau itu. Terjadi perkelahian antara aku dan dirinya. Saat ia lengah, ku tendang alat tempurnya itu. Dan aku berlari meninggalkannya. Aku segera menuju ke arah pintu, dan tiba-tiba aku berputar-putar disana. Ternyata ini pintu rahasia, bahkan orang biasa tak mungkin bisa menebak bahwa ini dibalik cermin tua ini ada ruangan rahasia.
Tapi ternyata ia bisa mengejarku.Terjadilah kejar-kejaran disana.
Aku bingung dan berlari kesembarang arah, sesekali ku melihat kebelakang memastikan apakah ia masih mengejarku atau tidak. Ah ... kenapa rumah ini membingungkan sekali, semuanya terlihat sama.
Dan brukkkkk ... aku menabraknya. Entah sejak kapan ia ada didepanku, atau aku hanya berputar-putar di rumah ini tadi, pikirku. Kenapa rumah ini tak seperti rumah orang kebanyakan.
"Ha ... ha ... ha, kamu pasti tak bisa menemukan pintu keluar bukan. Ya inilah rumah yg sudah aku desain dengan kemiripan 100% di tiap ruangnya, jadi mana mungkin kamu bisa menemukan ruangan asli dan pintu keluar?"
"Argghhh ... ternyata otaknya beneran jenius, tapi pasti ada satu hal yg berbeda, tapi dimana?"
"Mau kemana baby, bukankah kau sangat mencintaiku dan ingin memilikiku, ayolah sayang, jangan berontak."
Dia kembali mendekatiku, mencoba melumpuhkanku. Dan aku kembali berontak, kulakukan apapun agar aku bisa lepas darinya.
Ia pun memukulku dengan sebatang kayu tepat dikakiku, darah segar pun mengalir, aku pun pincang dibuatnya. Ia malah tersenyum.
"Sekarang kau milikku." Ucapnya sambil membuka bajunya dan mungkin ia akan melakukan hal lebih padaku.
"Aku berontak dan mencoba melepas pelukannya." Ku gigit lengannya sekuat tenaga sampai berdarah, dan pelukannya terlepas, ia pun menampar wajahku.
"Sudah ku bilang nurut ya nurut!" Ucapnya dengan bengis.
Sungguh ini bukan Ryuji yg aku kenal, dengan terseok-seok aku pun kembali berlari.
Aku pun berhasil menemukan satu perbedaan dari setiap ruangan yg ada, ya tong sampah itu. Dan itu pasti pintu keluarnya. Saat aku menggapai pintu ... duaarrrrr ...
Kudengar suara ledakan kecil. Dan aku pun menoleh. Ternyata Ryuji menembak tong disebelahku, salah sedikit pasti tanganku yg kena. Dan kulihat kini ia sudah memegang pistol di tangannya.
"Masih bisa lari baby? pintar juga ternyata, tak salah aku memilihmu!"
"Come on, jangan membuat aku lebih dari ini."
"Tolong .. tolong .. tolong aku ...." aku berteriak.
Dia pun mendekatiku sambil terus mengarahkan pistol kepadaku. Dijambak ikatan rambutku dan ia pun mengunci kedua tanganku.
Sungguh kali ini aku tak bisa melawan, badanku sudah sakit semua. Tapi aku masih mencari cara untuk melumpuhkannya.
"Nah begitu kan lebih cantik." Dia pun mengikat kembali tanganku, tapi tidak dengan kakiku.
Tiba-tiba ... bruaakkkkk ... pintu terbuka dengan paksa. Kulihat ayahku ada disana bersama polisi.
"Berhenti di tempat atau putrimu akan aku habisi!"
Semua orang berdiam dan hanya Ryuji yg terus mengamatiku sambil mengelus wajahku. Sakit rasanya orang yg aku cintai menjadi seperti ini. Tapi aku tak bisa, aku harus bangkit dan harus bisa lepas darinya.
Saat ia lengah, ku tendang sekali lagi alat tempurnya dan dorr ... kakiku tertembak.
Dor ... dor ... Perut Ryuji juga tertembak sesaat setelah aku tertembak pistol Ryuji. Polisi pun ahirnya bisa membekukan Ryuji dan aku pun selamat, aku segera dilarikan ke rumah sakit, begitu pula dengan Ryuji. Dia sempat tersenyum dan mengucap "Maaf sayang, i love you." Itulah kalimat terakhir yg aku dengar darinya. Karena ia tak terselamatkan waktu itu.
~ TAMAT ~
jangan lupa mampir ke novel author ya.. terimakasih 🙏