Judul Cerpen : Agamaku Tradisiku
Tema : Tahun Baru
Genre : Romance
Penulis : Yuni Ayu Izma
Dalam Perayaan Tahun Baru Islam pada 1 Muharram 1442 H yang jatuh pada hari Kamis, 20 Agustus 2020 merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu bagi setiap umat Islam di seluruh penjuru dunia. Walaupun masih dilanda oleh virus mematikan dan mematuhi berbagai protokol kesehatan di era new normal. Tradisi Perayaan Nganggung Adat Sepintu Sedulang dilakukan oleh masyarakat di Bangka Belitung. Berbagai lantunan merdu shalawatan dan bacaan ayat suci Al-Qur’an masih terdengar jelas di setiap kota Bangka Belitung namun tidak dihiraukan oleh seorang wanita yang sedang membaca novel favorit di ponselnya. Gemini merasakan ada sesuatu yang terlupakan dan dia berusaha mengingat setiap ucapan dari teman kampusnya.
“Oh iya, aku baru ingat bukankah hari ini di rumah Dewi merayakan Tradisi Muharram di kota kenango. Ya ampun, udah jam berapa ini? kenapa aku tidak ingat kalo hari ini tanggal 20 agustus? daripada aku masih disini lebih baik aku langsung memilih baju muslim dan mandi saja. Aku undang juga teman-teman yang lain terutama Nayra yang berasal dari Bandung yang belum sepenuhnya tahu Tradisi Muharram di Bangka Belitung.” monolog Gemini, dia berjalan ke arah lemari pakaian untuk menyiapkan baju muslim untuk dikenakannya setelah mandi. Setelah itu, dia berniat membersihkan diri ke kamar mandi.
***
Gemini yang telah menyelesaikan ritual mandi di pagi hari dan sudah mengenakan pakaian gamis serta hijab pasminanya. Kini menatap pada layar ponselnya dan mencari kontak nomor Nayra dan Aura untuk meneleponnya. Gemini menutup panggilannya dan dia membuka pintu kamarnya untuk berjalan ke arah ruang tamu.
Seperti biasanya, Gemini duduk di kursi ruang tamu dan memegang ponsel kesayangannya untuk membuka akun medsosnya. Baru saja membaca status salah satu teman kampusnya, bunyi notifikasi pesan masuk dari Aura.
“Gemini, tolong pake jam tangan berwarna pink cauple 4 kita. Sekarang kami sudah di kota Sungailiat dan sebentar lagi akan sampai ke rumah kamu,” ujar Aura.
“Oke,” balas Gemini, sambil menutup layar ponselnya dan berjalan menuju kamarnya di lantai dasar.
Di sebuah kamar bernuasa pink milik Gemini.
Gemini yang telah mengenakan jam tangan cauple 4 pemberian dari Aura, kini Gemini mulai memegang jam tangan berwarna navi pemberian dari panutan hatinya. Dia duduk termenung di pinggir kasurnya dan mengingat kembali masa lalunya. Tanpa sengaja, dia bahagia menemukan peninggalan terakhir dari pacarnya yang telah meninggal sejak 4 bulan yang lalu. Sembari mengusap jam tangan itu, air matanya pun terus menetes akan kenangan lamanya.
--Kilas sejenak—
“Sayang kemarilah, aku membawakan sesuatu untuk dirimu!” ujar Rizal, sedang berjalan ke arah ruang tamu.
“Iya Rizal, ada apa berteriak seperti itu, aku dengar kok suara kamu dari kamarku,” ujar Gemini tersenyum di hadapan Rizal.
“Sayangku, bolehkah aku meminjam tangan kananmu yang indah ini,” ujar Rizal berusaha mengombali Gemini agar menerima permintaannya.
“Dengan senang hati,” balas Gemini, memberikan senyuman indahnya di depan pacarnya.
Rizal memengang tangan kanan Gemini dan tangan kirinya mengambil jam tangan cauple berwarna navi dari saku celananya. dia juga mengenakan jam tangan itu ditangan Gemini.
‘Wow bagus banget jam tangan ini, cocok banget buat kita pergi ke acara perayaan 1 Muharram nanti,” ujar Gemini, sambil melihat jam tangan pemberian dari pacarnya.
“Iya Min, aku membelikan ini sebagai kado jadian kita yang ke satu tahun bertepatan pada perayaan 1 Muharram. Jadi, aku berinisiatif memberikan terlebih dahulu kepadamu karena masih ada kado spesial lagi yang akan aku berikan di tanggal 20 Agustus. Tidak hanya kado tetapi aku berharap kita berdua pergi merayakan tradisi muharram bersama teman-teman yang lainnya.” Jelas Rizal panjang lebar di hadapan Gemini.
“Terima kasih, aku sayang kamu,” ujar Gemini.
“Aku sayang kamu juga. Sayang aku permisi pulang dulu karena masih ada tugas kelompok yang harus diselesaikan. Assalamualaikum,” Rendi berpamitan kepada Gemini dan melangkahkan kaki keluar rumah untuk menaiki motor sport bewarna merah di pekarangan rumah Gemini.
“Wa’alaikumsalam, jangan lupa kenakan masker dan hati-hati di jalan,” balas Gemini yang berjalan di depan rumahnya, dia melambaikan tangan kepada pacarnya sebagai tanda sampai berjumpa.
Rizal yang sudah menaikki motor sport bewarna merah, memberikan jari jempol sebagai tanda setuju atas sarannya. Dia mulai menstater motornya dan melajukan motornya keluar dari pintu gerbang rumah Gemini. Namun, disaat bersamaan, motor yang dikendarai oleh Rizal ditabrak truk dari arah samping hingga mengakibatkan dirinya terpental jauh di aspal dan mengakibatkan dia mengalami pendarahan di kepalanya.
“Tidakkk!” teriak histeris Gemini, menyaksikan secara langsung di hadapannya, pacarnya ditabrak oleh mobil truk. Gemini berlari sekencang mungkin menuju tubuh pacarnya terbaring lemah di tengah jalan raya.
Disana sudah banyak segerombolan warga datang mengenakan masker yang berdiri di hadapan Rizal. Gemini menangkat kepala Rizal yang penuh dengan darah dan meminta pertolongan kepada warga setempat.
“Tolong bantu pacar saya untuk segera bawa ke rumah sakit, tolong siapapun panggil ambulan.” Ujar Gemini, sambil menangis karena memikirkan keadaan Rizal yang penuh dengan darah mengalir dari kepalanya.
Salah satu warga memanggil nomor telepon rumah sakit untuk membawa ambulan, namun kata si pihak rumah sakit bahwa mobil sedang kosong dan butuh 2 jam lagi baru bisa menjembut Rizal. Warga tersebut memberitahukan kepada Gemini tentang informasi tersebut. Gemini meminta bantuan kepada teman-temannya agar mau menolongnya dan akhirnya temannya datang dan membantu membawa Rizal ke rumah sakit. Namun Tuhan berhendak lain, di tengah perjalanan menuju rumah sakit. Rizal menghembuskan nafas terakhirnya. Gemini menangis sejadi-jadinya, mengingat betapa sakitnya ditinggalkan oleh pacarnya.
“Andai saja, kamu masih hidup, kita bisa berkunjung ke rumah Dewi bersama-sama, merayakan Tradisi Muharram,” ujarnya di dalam hati seraya menatap jam tangan berwarna navi yang dipegangnya.
***
Kini Mobil Honda jazz pink telah terpakir di depan rumah Gemini dan sang pemilik mobil berjalan ke arah pintu depan rumah Gemini.
“Assalamualaikum,”
“Wa’alaikumsalam,” jawab Gemini seraya mengusap air mata yang menghiasi wajah cantiknya. Dia berjalan ke arah depan pintu rumahnya. Gemini bertemu dengan Aura yang masih setia menunggu Gemini keluar dari rumahnya.
“Eh Aura, ayo kita langsung berangkat saja, hari sudah menjelang siang nanti jalanan semakin macet dan susah lagi kita mencari tempat parkir,” ujar Gemini seraya menatap Aura.
“Oke,” balas Aura singkat. berjalan ke arah mobil dan menaiki mobil kesayangan Aura. Gemini yang sudah duduk di kursi penumpang kini menatap Nayra yang duduk di sebelah Aura.
Setelah menempuh perjalanan selama dua jam dari rumah Gemini, akhirnya tibalah mereka di sebuah rumah minimalis dan asri yang ramai dikunjungi oleh tamu rumah. Mereka berjalan ke arah rumah Dewi yang posisi rumahnya di depan parkir mobil. “Assalamualaikum,” ucap mereka bersaman di depan rumah Dewi.
Hilal dan Hisyam yang sedang berbincang dengan teman-temannya, mengalihkan pandangan mereka menuju sumber suara dan menghampiri ketiga wanita yang dikenalnya. “wa’alaikumsalam, kakak semua temannya Acu Dewi, Ayo langsung masuk ke dalam karena di teras sudah ramai,” ujar Hilal dan Hisyam, mempersilahkan teman-teman Acu Dewi untuk masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.
“Eh kalian sudah datang, ayo silahkan duduk dan langsung saja dicoba makanan yang telah disajikan, jangan malu-malu anggap saja rumah aku seperti rumah sendiri.” Dewi berjalan ke arah teman-temannya dan mendekatkan beberapa makanan ringan khas Bangka Belitung seperti: kue Mochi, kue rintak (kue kering), kempelang, kretek, dodol dan bolu kujo yang menjadi kue khas perayaan 1 Muharram. Lepet juga termasuk makanan basah khas bangka belitung yang mempunyai cita rasa gurih dan nikmat karena terdapat campuran santan hingga menggunakan sambal lingkung (sambal yang menyerupai abon tetapi terbuat dari ikan). Panganan tradisional ini biasa hadir pada setiap acara-acara besar, baik yang berbau kebudayaan maupun keagamaan, seperti saat perayaan tahun baru Islam pada Muharram hari ini dihidangkan kepada teman-temannya yang berkunjung ke rumah.
Nayra sedang mengamati beberapa makanan yang disajikan di hadapannya. Nayra membuka masker yang dikenakannya, dia mengambil piring dan mengisi makanan Lepet dan sambel lingkung ke dalam piringnya. Dia membuka mulut untuk mencoba makanan tersebut.
“Enak banget rasanya, aku pengen nambah lagi,” ujar Nayra seraya memakan makanan lepet.
“Gemini, Aura, kok diem saja dari tadi, kalian langsung ambil saja ya makanannya. Tenang saja di rumah aku stok makanannya banyak dan bukan ini saja melainkan ada makanan yang lain sehingga dapat mengunggah selera makan kalian,” jelas Dewi panjang lebar dan menyuruh Gemini dan Aura mengambil beberapa makanan yang disajikan.
***
Berbeda dengan suasana di luar rumah, terdengar suara yang begitu heboh karena kemunculan kedua lelaki tampan yang sedang melangkahkan kakinya menuju rumah Dewi.
“Assalamualaikum,” ucap kedua pria itu secara bersamaan.
“Wa’alaikumsalam,” balas sekumpulan wanita yang berada di teras rumah.
“Permisi adik-adik, saya mau bertanya tentang benarkah ini alamat rumah teman saya yang bernama Dewi,” tanya Rendi.
“Iya benar kak, ini rumah Acu Dewi. Di dalam sudah ada teman-teman Acu Dewi yang sudah berkumpul,” jawab Hilal seraya menatap wajah Rendi di hadapannya.
***
“Sepertinya Rendi dan Kenzo sudah datang, aku ke depan dulu ya,” ujar Dewi seraya bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke arah sumber suara tersebut.
“Eh kalian sudah datang, ayo langsung masuk di dalam sudah ada Gemini, aura dan Nayra,” ujar Dewi mempersilahkan Rendi dan Kenzo masuk ke dalam rumahnya.
“Oke terima kasih,” balas Kenzo.
Nayra melihat beberapa makanan lauk dan nasi yang tertata rapi di meja makan. “Kalo boleh tahu apa saja nama makanan lauk untuk nasi itu?” tanya Nayra.
“Oh itu, iya maaf aku lupa menawarkan kepada kalian. Ayo langsung dimakan nasi sama lauk yang telah disediakan. Untuk lauk yang ini namanya Lempah kuning, terbuat dari bahan dasar ikan tenggiri. Kalo yang ini namanya Sambal rusip, biasanya dihidangkan sebagai cocolan lauk utama yang bertujuan untuk menggugah selera makan masyarakat Bangka Belitung. Ini Namanya Lempah darat dan Terakhir ini nama makanannya Santan kepiting. Mari langsung dicoba saja makanannya,” jelas Dewi panjang lebar, sambil memberikan piring dan sendok makan kepada teman-temannya.
“Terima kasih,” balas Nayra, merasa bahagia karena secara tidak langsung sudah mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berharga.
Gemini yang sedang sibuk mengambil beberapa lauk yang disediakan, tiba-tiba sendok di atas piringnya terjatuh. Gemini dan Rendi langsung mengambil sendok itu secara bersamaan.
“Oh so sweet banget serasa sedang menonton drama Korea secara langsung,” ujar Aura dan Dewi tersenyum menggoda.
Gemini yang terbawa suasana nyaman langsung menyadarkan lamunannya, dia langsung melepaskan sendok itu dan membiarkan sendoknya dipegang oleh Rendi.
“Maaf.” Gemini memposisikan dirinya berdiri di hadapan Rendi.
“Iya gak apa-apa dan ini sendok kamu,” ujar Rendi seraya memberikan sendok kepada Gemini. Dia mengambil sendoknya dan tersenyum manis sebagai simbol terima kasih.
Kini suasana menjadi hening dan hanya terdengar dentingan suara sendok. Aura yang telah menyelesaikan makanannya mulai membuka topik pembicaraan.
“Tradisi Nganggung ke masjid di era new normal Masih berlaku gak, Dewi?” tanya Aura
“Tetap berlaku dilaksanakan seperti setiap tahun tetapi dikarenakan tahun ini kita mendapat musibah oleh Pandemi Covid-19 maka dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan sosial distancing pada saat sedang berkumpul di masjid dan tidak dianjurkan bersalam-salaman. Untuk Tradisi Nganggung Sepintu Sedulang juga cukup diantarkan saja dan jika sudah selesai dipersilahkan untuk langsung pulang ke rumah masing-masing.” jelas Gemini panjang lebar kepada teman-temannya.
“Kita diharuskan mematuhi protokol kesehatan supaya kita tetap sehat dan aman,” balas Aura setuju.
Setelah menikmati beraneka ragam sajian makanan Tradisi Bangka Belitung yang tertata rapi di hadapan mereka. Gemini, aura dan Nayra pamit pulang kepada Dewi.
“Aku pamit pulang dulu ya, masih mau berkunjung ke rumah teman-teman yang lain, assalamualaikum,” ujar Gemini seraya berjalan keluar rumah dan diikuti oleh Aura dan Nayra.
“Iya, wa’alaikumsalam,” balas Dewi seraya menatap kepergian teman-temannya dari rumahnya.
#Tamat