Kekejaman dan sifat arogan dari seorang pengusaha muda yang banyak digandrungi para wanita serta pebisnis karena perusahaannya yang mendunia tidak dapat diragukan lagi.
Meski kejam tapi dia memiliki wajah sangat tampan dan banyak uang.
Itulah yang membuat wanita berlomba mendapatkan perhatiaannya.
Namun tidak dengan seorang gadis pemiliki coffe shop seberang kantornya.
Jika para wanita berteriak memanggil namanya dan memujanya, maka gadis itu hanya diam saja dengan cueknya.
Hal itulah yang membuat pengusaha itu penasaran dengan si gadis yang cuek dan dingin itu.
Apakah pengusaha itu mampu mendapatkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Suasana dalam mobil terasa sangat canggung bagi Seina juga El, tapi El dapat mengatasainya dengan mengerjakan sesuatu di tab nya sedangkan Seina hanya melihat keluar jendela dengan wajah memerah mengingat apa yang terjadi tadi.
Hingga dia ingat sesuatu kalau pakaiannya belum diganti sejak tadi.
"Turunkan aku di halte depan saja ya pak" ucap Seina pada Jack.
"Maaf nona panggil Jack saja dan jangan terlalu formal padaku" ucap Jack.
"Baiklah Jack, turunkan aku di halte depan" ulangnya.
"Tidak! teruskan sampai kafenya" ucap El tanpa menoleh.
"Aku belum ganti pakaian kau tahu! tidak nyaman pakai pakaian ini lagi" ketus Seina.
"Dimana?" tanya El singkat.
"Apa?" tanya Seina balik.
"Rumah"
"Blok M"
"Jack"
Yang dipanggil hanya mengangguk saja sembari bergumam dalam hati. Pasangan yang cocok, satu kejam dan kaku, satu lagi dingin dan cuek kalau nikah anaknya jadi kayak apa ya? mungkin monster batinnya.
Jack menahan senyum karena pikiran konyolnya itu. Tidak mungkin ia mengeluarkan tawanya sedang dibelakang sedang perang dingin.
Tiba di blok M jack berbelok memasuki kawasan apartemen yang ada disana.
Seina turun dengan cepat walau sebenarnya ia sedikit heran dari mana Jack bisa tahu pasti tempatnya sedangkan di blokM ini ada banyak apartemen bahkan lebih mewah dari tempatnya.
El ikut turun juga dari mobiknya mengekor dibelakang Seina yang berjalan cepat didepannya. Meski El tahu tempatnya tapi ia tetap menanyakannya agar gadis itu tidak lebih curiga lagi.
Kening El mengerut saat mengikuti Seina yang terus menaiki tangga entah mau kemana.
"Kanapa tidak naik lift saja?" tanya El heran.
"Tidak ada lift" jawab Seina cuek.
"Apartemen macam apa tidak ada liftnya?" gerutu El.
"Macam ini"
"Di lantai berapa kamarmu?"
"Sepuluh"
Kau tidak salah?" kaget El mendengar ucapan Seina.
"Kalau tidak salah berarti benar" cueknya.
"Sekarang lantai berapa?"
"Baru 5"
"Yang benar saja! sudah jalan sejak tadi masih lantai 5"
Seina memutar bola matanya malas mendengar ocehan tidak berguna dari pemuda dibelakangnya. Siapa yang suruh ngikuti batinnya.
Tiba di lantai 10 tempat kamar Seina, El melihat di ujung lorong ada beberapa orang seperti yang semalam menyerang Seina.
"Di mana kamarmu?" tanya El pelan behkan terkesan berbisik.
"Yang ujung, eh siapa mereka" kagetnya menghentikan langkah kakinya.
"Kau tidak mengenal mereka?"
"Kalau kenal aku sudah panggil"
"Sini"
El menarik tangan Seina untuk bersembunyi di balik tubuhnya yang lebih besar lalu membuka jasnya untuk ditutupkan pada kepala Seina. El sendiri mengeluarkan sapu tangannya untuk menutupi sebagian wajahnya dan merusak rambutnya yang rapi agar berantakan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Seina tidak terima.
"Diam dan ikuti saja aku, mereka pasti teman orang yang semalam" jawabnya berbisik.
"Pura-puralah kau sedang sakit" lanjutnya.
Meski bingung dengan apa yang ingin dilakukan pemuda ini tapi Seina mengikuti arahannya dengan pura-pura batuk kecil. El mengangkat tubuh ramping Seina yang bagian depannya tertutup jasnya.
El melangkah mendekati unit milik Seina, ia juga sedikit membungkukkan tubuhnya agar rencananya berhasil.
"Hey berhenti! mau kemana kalian berdua?" cegah orang yang didepan unit Seina.
"Maaf tuan ada apa?" tanya El menyerakkan suaranya lalu sedikit batuk kecil yang disambut Seina dengan batuk kecil juga.
"Siapa kalian?"
"Kami suami istri yang ingin pulang"
"Di mana rumahmu?" tanya mereka memperhatikan pakaian El.
"Itu yang ada dibelakang tuan" ucap El menatap pintu bercat hitam dibelakang tubuh pria-pria itu.
"Ini milik kalian?" tanyanya diangguki El.
"Bukankah ini gadis bernama Seina?" ucap mereka.
"Bukan tuan, kalau gadis bernama Seina itu ada di lantai paling atas ujung lorong"
"Kau tahu dari mana? aku saudaranya" ucap seorang wanita seksi yang tidak lain Naura.
"Seina kenal baik dengan istriku ini, jam segini mungkin dia sudah pergi"
"Kenapa istrimu kau tutupi seperti itu?" sinisnya.
"Istri saya sakit parah jadi saya menutupinya dengan jas ini supaya tidak menular" ucap El.
"Lalu kau sendiri?"
"Saya sesak napas karena baru di pecat dari kantor" El memasang wajah sendunya dengan mata yang ia buat sekasihan mungkin.
"Nona mungkin mau mempekerjakan saya" ucap El batuk.
"Iuh, orang penyakitan sepertimu siapa yang mau menerima" ejek Naura.
"Kalian pergi kelantai atas cari wanita itu dan seret dia padaku" lanjutnya memerintah anak buahnya.
"Baik nona" semua anak buah itu pergi dari depan unit Seina. Hingga tinggallah Naura yang masih meneliti penampilan kedua orang dihadapannya.
"Ada apa nona? mau memberi saya pekerjaan agar bisa membeli obat untuk kami berdua" ucap El melihat Naura memelas.
"Tidak sudi, aku hanya heran dari mana kau mendapatkan pakaian mahal itu sedangkan istrimu hanya pakaian biasa saja juga parfummu yang kau pakai itu sangat mahal" ucap Naura.
"Pakaian dan parfum ini hadiah dari istriku sewaktu aku ulang tahun, saat itu dia juga masih bekerja jadi bisa membeli pakaian mahal ini, sekarang aku harus menjualnya untuk membeli obat kami, nona mau membelinya?" ujar El.
"Hus pergi jauh-jauh" tolak Naura berlalu dari depan unit Seina karena El yang sempat menawarkan pakaiannya.
Naura paling anti dengan orang-orang yang seperti itu apa lagi memiliki penyakit yang katanya menular ia tidak akan sudi di dekat mereka.
"Nona belilah pakaian dan parfumku! nona kami butuh uang" ucap El berteriak membuat Naura semakin berlari menjauh.
El tersenyum sinis setelag Naura menghilang dari lorong itu.
"Buka pintunya kau berat" ucap El tajam pada Seina.
"Aku tidak minta digendong" ketus Seina menekan pasword lalu membuka pintu.
Seina turun dari gendongan El saat sudah di dalam unitnya lalu menutup pintu kembali.
"Siapa wanita tadi?" tanya Seina penasaran.
"Naura" jawab El singkat.
Seina melotot mendengar nama yang disebutkan oleh El tadi. Ia tahu pasti siapa wanita itu yang tidak lain sepupunya dari sang mama.
Naura anak dari pamannya yang selama ini mencampakkannya begitupun dengan keluarga mamanya yang ikut mencampakkannya juga karena tidak suka dengannya.
Mereka menganggap Seina juga mamanya tidak pantas menikmati kekayaan dari papanya yang seorang pengusaha. Sedangkan keluarga mamanya hanyalah orang biasa.
Pernikahan mama dan papa Seina juga terjadi karena permintaan mereka pada papa Seina yang meminta perusahaan agar mendapat restu.
Papa Seina memberikan apa yang mereka minta dengan syarat tidak boleh mengganggu istrinya lagi juga kehidupannya karena papa Seina tahu jika istrinya dibenci keluarganya karena selalu mendapatkan apa yang dia mau.
Hingga perusahaan Cabang di Bandung Jakarta Selatan mereka dapatkan. Lama mereka tidak pernah mengusik lagi hingga perusahaan itu hampir bangkrut karena mereka yang hidup boros.
Paman Seina yang merupakan adik mamanya mendatangi mamanya untuk meminta uang agar perushaannya selamat dari kebangkrutan. Karena tidak diijinkan masuk kedalam rumah milik kakaknya pamannya Leo marah-marah dan bersumpah akan mengambil apa yang dimiliki kakaknya hingga sebulan kemudian kecelakaan itu terjadi dan semua aset serta perusahaan milik papa Seina diambil alih oleh pamannya juga keluarga mamanya yang gila harta.
Seina yang saat itu masih sekolah di SMA harus kehilangan segalanya juga dibenci keluarga. Lebih parahnya lagi ia dijadikan sebagai pembantu dirumahnya sendiri oleh keluarga pamannya.
Saat tahu bahwa perusahaan kakak iparnya akan jatuh pada Seina, pamannya berencana membuang Seina jauh-jauh dengan kecelakaan yang dibuatnya lalu merekayasa kecelakaan itu seakan murni karena kecelakaan.
Tapi Seina mengetahui rencana itu yang tidak sengaja ia dengar ketika pamannya sedang berdiskusi dengan keluarganya.
Seina pergi dari rumahnya dengan mengatakan akan membuang sampah ke depan lalu pergi belanja keperluan.
Naura yang saat itu dirumah hanya mengiyakan saja karena tidak mau berurusan dengan kotoran. Tanpa dia tahu kalau ternyata isi kantong plastik itu pakaian Seina juga semua perhiasannya dan beberapa surat dari pengacara dan ornag tuanya.
Seina tidak tahu apa isi semua yang diberi orang tuanya, ia hanya membawanya saja keluar dari rumah itu. Ia juga sering berpindah tempat akibat terus dicari pamannya yang ingin menghabisinya.
Karena tidak juga menemukan yang mereka cari, kaluarga pamannya sangat senang dan tetap membuat rekayasa kecelakaan agar mendapatkan semua harta kakak iparnya dengan segala kebohongan mereka juga surat wasiat palsu mereka bisa mendapatkan semua milik papa Seina.