Bagaimana jika kamu memasuki novel yang baru saja kamu baca dan menjadi tokoh utama wanita dalam novel itu.
Rachel Jeshly gadis ini terjebak dalam novel dan ber transmigrasi ke tubuh Ashley istri seorang CEO terkenal.
Bagaimana cerita kehidupan Rachel saat memasuki dunia novel, yuk simak ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon crowell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sepuluh
Setelah beberapa menit, keduanya sampai di sekolah Keenan dan Keelya. Ashley berjalan di samping Louis, dengan tinggi badan yang hanya mencapai siku Louis. "Tuan, nyonya, selamat datang," sambut guru kepada Louis dan Ashley.
Ashley hanya mengangguk kan kepalanya, sementara Louis hanya memberikan senyum datar. Di panggung, terlihat Keenan dan Keelya yang sedang berakting dalam sebuah drama sekolah.
Ashley terus menepuk tangan, memberikan semangat untuk kedua anak-anaknya. "Bagus, Keenan! Bagus, Keelya!" seru Ashley, dengan mata yang berbinar-binar.
Louis juga menonton dengan penuh perhatian, meskipun ekspresinya tetap datar. Ia memandang Keenan dan Keelya dengan bangga, meskipun tidak menunjukkan emosi yang berlebihan.
Keenan dan Keelya terus berakting, dengan penuh percaya diri dan semangat. Mereka berdua sangat menikmati waktu mereka di atas panggung, dan Ashley serta Louis dapat merasakan kebahagiaan mereka.
"YAH, KITA BERIKAN APLAUS YANG MERIAH!!!" Teriak MC setelah pentasnya selesai, sambil mengangkat tangan ke atas untuk memberikan isyarat kepada penonton untuk bertepuk tangan.
Penonton langsung merespons dengan memberikan aplaus yang meriah, termasuk Ashley dan Louis yang juga ikut bertepuk tangan untuk Keenan dan Keelya. Kedua anak-anak mereka terlihat sangat gembira dan bangga dengan penampilan mereka.
Keenan dan Keelya tersenyum lebar, sambil melambaikan tangan ke arah penonton dan menerima pujian dari mereka. Ashley dan Louis juga tersenyum, meskipun Louis tetap terlihat sedikit datar.
"Bagus sekali, anak-anak!" seru Ashley, sambil memeluk Keenan dan Keelya dengan penuh kasih sayang. "Kalian berdua sangat berbakat!" tambahnya, dengan mata yang berbinar-binar.
"mommy terimakasih sudah menonton kami"ujar Keelya memeluk Ashley "Daddy Keelya juga sayang Daddy"ujar Keelya
Louis hanya menatap wajah Keelya dengan ekspresi datar, tidak menunjukkan emosi apa pun. Keenan, yang merupakan anak yang cerdas dan peka, mendengar nada Louis yang datar dan langsung menoleh ke arah ibunya.
"Mommy, tak memaksa nya kan?" tanya Keenan, dengan mata yang penasaran dan suara yang lembut.
"Sedikit," jawab Ashley, dengan senyum yang tipis.
"Sedikit kata-nya perempuan pembohong," bantah Louis, dengan nada yang sedikit sarkastis dan mata yang menunjukkan ketidaksetujuan.
Ashley tersenyum sinis, "Oh, Louis, kamu tidak perlu khawatir. Aku hanya ingin kita tampil sebagai pasangan yang harmonis di depan anak-anak," ujarnya dengan nada yang santai.
Louis mengangkat alisnya, "Harmonis? Kita? Tidak mungkin," ujarnya dengan nada yang skeptis. Keenan dan Keelya hanya melihat perdebatan antara ayah dan ibu.
"Daddy, banyak orang di sini," tegur Keenan, sambil menarik tangan Louis untuk tidak berbicara terlalu keras.
Keelya menarik tangan Ashley menjauh dari tempat duduk, melangkah jauh dari Louis. "Ayo, Mommy, kita duduk di sana," ujar Keelya, sambil menunjuk ke arah kursi yang berjarak sekitar 5 kursi dari tempat Louis dan Keenan.
Ashley tersenyum dan mengikuti Keelya, meninggalkan Louis dan Keenan yang masih berdiri di tempat. Louis memandang Ashley dan Keelya dengan ekspresi yang datar, sementara Keenan hanya memandang ayahnya dengan mata yang kesal.
"Mengapa kau memandangku seperti itu, setan kecil?" tanya Louis dengan nada yang datar.
"Aku tak suka punya Daddy seperti mu, itu saja yang ingin ku katakan," ujar Keenan dengan nada yang jujur.
Setelah mengatakan itu, Keenan menghampiri Ashley dan Keelya, meninggalkan Louis yang berdiri sendirian dengan ekspresi yang kesal.
"Kurang ajar," kesal Louis, sambil menghela napas dan memandang Keenan yang sedang berjalan menjauhinya. Ia merasa bahwa anak itu tidak menghargainya.
Louis duduk di kursi depan dengan perasaan dongkol, tapi suara Ashley yang tertawa mampu ia dengar dengan jelas. Ia berbalik dan melihat wanita itu sedang tertawa bersama seorang lelaki yang menggendong tangan anak laki-laki lain.
"HAHAHA... Iyah, mas, ngurus anak itu susah banget, apa lagi mas duda," tawa Ashley, sambil memandang lelaki itu dengan mata yang berbinar-binar.
Mendengar kata "duda" membuat Louis merasa tidak nyaman. Dengan cepat, ia berdiri dan menghampiri Ashley, dengan ekspresi yang tegas.
"Istri ku, waktunya pulang," panggil Louis, dengan sengaja menekan panggilan "istri ku" untuk menegaskan status mereka di depan orang lain.
Ashley terkejut dan langsung berhenti tertawa, sambil memandang Louis dengan mata yang penasaran. "Oh, sudah waktunya?" tanya Ashley, sambil melepaskan tangan anak laki-laki itu dan menghampiri Louis.
Lelaki yang menggendong anak laki-laki itu memandang Louis dengan mata yang penasaran, "Oh, selamat siang, Pak Louis. Saya hanya bercengkrama dengan Ibu Ashley," ujarnya dengan sopan.
Louis hanya mengangguk singkat, tanpa memandang lelaki itu. "Mari, kita pulang," ujarnya kepada Ashley, sambil menatapnya dengan mata yang tegas.
"Daddy, sabar lah sedikit, aku masih ingin menonton Keno menyanyi," ujar Keelya, dengan mata yang memohon.
"Tidak, Daddy ada rapat di kantor, kita pulang sekarang juga," tolak Louis dengan nada yang datar dan tegas.
"Kalo begitu, kau pulanglah," ujar Ashley dengan nada yang sama datar, sambil memandang Louis dengan mata yang tidak peduli.
"Iya, tuan, jika Anda tidak keberatan, aku yang akan mengantar mereka pulang," tawar lelaki yang menggendong anaknya, dengan senyum yang ramah.
Namun, tawaran itu membuat Louis emosi. "Kau, siapa kau yang berani menawarkan ku ha!!" teriak Louis, dengan mata yang memerah dan wajah yang merah padam.
"Daddy, berhenti lah, aku jadi pusing melihat Daddy," ujar Keenan kesal, sambil memegang kepala dan memandang ayahnya dengan mata yang lelah.
Ashley hanya memandang Louis dengan mata yang tidak peduli, sementara lelaki yang menggendong anaknya memandang Louis dengan mata yang penasaran dan sedikit waspada. Keelya hanya memandang ayahnya dengan mata yang takut, sementara Keenan memandang ayahnya dengan mata yang kesal.
"Aku yang akan mengantar kalian pulang, orang asing tak boleh mengobrol atau pun dekat dengan kalian. Kau, Keelya, jauh-jauh dari laki laki yang kau sebutkan tadi, kau masih SD," ujar Louis dengan nada yang tegas.
"Dia teman ku, Daddy. Lagi pula, Om Carson bukan orang asing, dia ayah Keno dan aku rasa dia adalah Ayah terbaik yang pernah ada," jawab Keelya dengan nada yang yakin dan mata yang memandang ayahnya dengan percaya diri.
Louis terasa tertampar dengan omongan dari Keelya, tetapi ia memasang wajah datar nya, mencoba untuk tidak menunjukkan emosi.
"Tuan, bukan kah Anda menjalin hubungan dengan Nona Sophia?" tanya Carson dengan nada yang santai dan mata yang penasaran.
"Kau sapa mau cari mati, itu privasi ku!!" bentak Louis, dengan mata yang memerah dan wajah yang merah padam.
"Daddy!" teriak Keenan dan Keelya bersamaan, dengan mata yang takut dan suara yang khawatir. Mereka berdua langsung menghampiri ayahnya, mencoba untuk menenangkan suasana.
Carson hanya memandang Louis dengan mata yang penasaran, tanpa menunjukkan rasa takut atau khawatir. "Saya hanya ingin tahu, Tuan," ujarnya dengan nada yang santai.
Namun, Louis tidak ingin membahas hal itu lagi. "Kita pulang, sekarang!" perintah Louis, dengan nada yang tegas dan mata yang memandang anak-anaknya dengan serius.
"Pulang, Key, jangan membantah Daddy mu," ujar Keno yang berada di gendong ayahnya, dengan nada yang lembut dan mata yang memandang Keelya dengan kasih sayang.
"Maaf jika kami tak menonton mu, kamu harus semangat, Ken, okeyy," ujar Keelya, memberikan semangat kepada Keno, sambil tersenyum dan memandang adiknya dengan mata yang penuh kasih sayang.
Keno tersenyum, merasa senang dengan perhatian dari kakaknya. "Iya, Kak, aku semangat," ujarnya dengan nada yang ceria.
Carson, ayah Keno, memandang anaknya dengan mata yang penuh kasih sayang, merasa bangga dengan hubungan antara Keno dan Keelya. "Aku senang melihat kalian berdua begitu akrab," ujarnya dengan nada yang hangat.
Sementara itu, Louis masih terlihat kesal, tidak ingin membahas hal itu lagi. "Mari, kita pulang," perintah Louis, dengan nada yang tegas dan mata yang memandang anak-anaknya dengan serius.
"Maaf, tuan, jika tidak keberatan, boleh saya minta nomor Anda?" tanya Ashley, dengan senyum yang ramah.
Belum saja Carson memberikan nomornya, Louis langsung menarik tangan Ashley, dengan gerakan yang cepat dan tegas. "Kita sudah cukup lama di sini, mari kita pulang," ujar Louis, dengan nada yang tidak sabar.
Ashley terkejut dengan gerakan Louis, tapi ia tidak melawan, hanya memandang Carson dengan mata yang meminta maaf. "Maaf, tuan Carson, lain kali kita bertemu lagi," ujarnya dengan nada yang sopan.
Carson tersenyum dan mengangguk, "Tentu, nyonya ," ujarnya dengan nada yang hangat.
Keelya dan Keenan hanya memandang ayah dan ibu mereka dengan mata yang penasaran, sementara Keno hanya memandang mereka dengan mata yang ceria. Louis tidak mempedulikan mereka, hanya menarik Ashley untuk pergi dari tempat itu.
"Besok kalian pindah sekolah, kalian dipindahkan di Swiss, tinggal di asrama," ujar Louis setelah masuk ke dalam mobil, dengan nada yang tegas dan mata yang memandang anak-anaknya dengan serius.
"Mengapa kau selalu saja mengambil tindakan seenaknya sih?!" kesal Ashley, dengan nada yang tinggi dan mata yang memandang Louis dengan marah.
"Aku tak suka mereka berhubungan dengan anak kecil itu," ujar Louis, dengan nada yang dingin dan mata yang memandang Ashley dengan tidak peduli.
"Daddy, kami manusia butuh teman," ujar Keenan, dengan nada yang lembut dan mata yang memandang ayahnya dengan penasaran.
"Sudah saya putuskan, setelah sampai di mansion, kemasi barang-barang kalian dan hari ini juga saya akan mengantar kalian berdua," ujar Louis, dengan nada yang tidak bisa dibantah.
"Aku tak bisa jauh dari anakku," tolak Ashley, dengan nada yang emosional dan mata yang memandang Louis dengan kesedihan.
"Aku berhak mengatur mereka," ujar Louis, dengan nada yang tegas dan mata yang memandang Ashley dengan tidak peduli. "Kalian akan melakukan apa yang aku katakan, tanpa perlawanan," tambahnya, dengan nada yang dingin.
"Pokoknya aku tak mengizinkan mereka pergi!!" teriak Ashley, dengan nada yang tinggi dan mata yang memerah karena emosi.
"Mommy, kami mau kok," ujar Keenan, yang terlihat kesihan dengan mommy mereka, sambil memandang Ashley dengan mata yang memohon.
"Tidak, sayang, mommy mu mati-mati melarang kalian," ujar Ashley, dengan nada yang tegas dan mata yang memandang anak-anaknya dengan serius.
"Mommy, kami tak apa jika dipindahkan," ujar Keelya, dengan nada yang lembut dan mata yang memandang Ashley dengan sabar.
Ashley terkejut dengan jawaban Keelya, dan memandang anaknya dengan mata yang penasaran.
"Kamu tak mengerti, sayang. mommy tak ingin kalian pergi dari mommy," ujarnya dengan nada yang emosional.
Louis hanya memandang Ashley dengan mata yang tidak peduli, "Keputusan sudah diambil, tidak ada diskusi lagi," ujarnya dengan nada yang dingin. "Kalian akan pergi ke Swiss, dan itu tidak bisa diubah," tambahnya, dengan nada yang tegas.