Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 Bertemu Kembali
"Kamu suka makanan di sini?" tanya Bian yang membuat Namira menganggukkan kepala
"Ini benar-benar makanan yang paling enak dan bagaimana mungkin Namira tidak suka," jawabnya.
"Kamu memang begitu suka dengan kepiting dan sepertinya bukan tempatnya yang membuat kamu suka tetapi makanannya walau di manapun. Tetapi kalau makan kepiting Kamu sepertinya akan tetap suka," ucap Bian.
"Kakak sok tahu," sahut Namira.
"Kakak juga sebaiknya makan, jangan terus membantu Namira melepaskan daging dari cangkangnya," ucap Namira yang merasa tidak enakan.
"Namira bisa melakukan sendiri," ucapnya yang mengambil alih membuat Bian menganggukkan kepala.
Bian jika menikmati makanannya dengan mereka berdua yang kembali mengobrol.
Ternyata Angela sudah pergi dari kediaman Farah, tetapi entah kenapa dia bisa menemukan Namira dan juga Bian.
Dari ekspresi wajah Angela terlihat sangat sedih saat harus melihat pria yang dia cintai memang benar apa yang dikatakan Farah sepertinya sangat bahagia dengan pernikahannya yang terlihat dari ekspresi wajahmu yang sejak tadi mengeluarkan senyum.
Setelah menyelesaikan makan siang itu yang ternyata pasangan suami istri tapi jalan-jalan di pantaiku yang memang suasananya sangat cocok yang tidak terlalu panas, mereka berdua juga kembali membangun obrolan satu sama lain.
Dengan kedua tangan Bian yang dimasukkan ke dalam kantong celananya mendengarkan apa saja yang dibicarakan Namira yang memang anaknya suka sekali berbicara dan Bian harus sabar-sabar menghadapi Namira dengan semua ceritanya.
"Di sana cantik Kak!" ucap Namira yang berlari yang sejak tadi mengarahkan ponselnya kepada semua rekaman, dia begitu tertarik sekali untuk merekam ombak yang sangat tinggi.
Bian tersenyum mendengus melihat kelakuan istrinya itu yang menggemaskan, ternyata kesedihan itu hanya dia lihat satu hari saja ada Namira mungkin sudah cepat move on dengan pria yang telah berakhir kepadanya. Atau mungkin karena pria yang menjadi suaminya juga orang yang pernah dekat dengannya, jadi untuk membangun chemistry tidak perlu berlama-lama.
"Kak Namira minta tolong. Di fotokan!" ucapnya yang tiba-tiba menghampiri Bian yang memberikan ponselnya.
"Baiklah!" sahut Bian.
Namira gadis cegil berhijab berfoto dengan jari dua yang terlihat begitu sangat imut. Bian sejak tadi sangat boros senyum yang melihat bagaimana istrinya itu yang tidak habis gaya sama sekali.
"Kak kita foto berdua!" ajak Namira tiba-tiba menarik lengan Bian agar keduanya memiliki background pantai.
Namira terlihat menghidupkan kamera depan dan mereka berdua terlihat selfie.
"Kakak senyum, jangan memperlihatkan wajah jutek seperti itu!" tegas Namira yang membuat dia hanya menurut saja.
Jika senyum ternyata dia memang sangat tampan, tapi sebenarnya lebih tampan lagi jika dia memperlihatkan wajah dinginnya.
"Wau foto-fotonya keren-keren sekali," ucapnya ketika memeriksa foto-foto itu.
Bian juga ikut melihat hasilnya dengan kepala mereka berdua saling menempel dengan jari-jari Namira sejak tadi mengscroll ponsel itu.
"Kakak mau fotonya juga?" tanya Namira.
"Hah!" sahut Bian.
"Mana ponsel Kakak?" tanya Namira mengadahkan tangannya.
Bian mengeluarkan dari sakunya.
"Kita belum bertukar nomor," ucapnya yang langsung menulis nomornya di ponsel Bian dan kemudian kirim pesan pada ponselnya sendiri dan setelah itu Namira mengirim foto-foto tersebut kepada Bian.
"Sudah selesai," ucap Namira.
"Kamu mengirimnya kepadaku?" tanya Bian.
"Memang Kakak tidak mau?" tanya Namira.
"Aku bahkan tidak mengatakan apa-apa. Namira," jawab Bian yang membuat Namira tersenyum.
"Namira kamu mau eskrim tidak?" tanya Bian yang kebetulan kepalanya menoleh kearah penjual eskrim.
"Boleh," jawabnya.
"Baiklah! Kalau begitu kamu tunggu sebentar di sini," ucap Bian yang membuat Namira menganggukkan kepala dan Bian langsung pergi untuk membeli es krim pada istrinya itu.
Namira masih asik melihat foto-foto tersebut dengan wajahnya yang tersenyum sejak tadi.
"Ini!" Bian yang akhirnya kembali dengan membawa es krim untuk Namira.
"Vanila?" tanyanya yang Bian menganggukkan kepala, ternyata itu adalah rasa es krim kesukaan Namira.
"Makasih," ucap Namira.
"Ayo duduk di sana!" ajak Bian yang membuat Namira menganggukkan kepala dan mereka berdua mengambil tempat duduk untuk menikmati eskrim itu.
Bian beberapa kali melihat ke arah Namira, dia juga tampak nyaman di samping wanita yang sudah menjadi istrinya itu.
"Namira," tegur Bian yang membuat Namira menoleh.
"Iya," jawabnya.
"Maaf," Bian tiba-tiba mengusap ujung bibir Namira dengan jempolnya yang ternyata sedikit kotor karena Namira makan belepotan.
Namira sedikit gugup dengan undangan ludah.
"Biar Namira sendiri saja," Namira mendadak begitu canggung yang akhirnya membersihkan sendiri.
Bian mengeluarkan sapu tangan dari saku celana aja yang memberikan kepada Namira.
"Maaf, ya Kak. Namira makan belepotan dan lagi-lagi harus merepotkan Kakak," ucap Namira.
"Biasakan kalau apa-apa itu jangan terus meminta maaf. Saya sama sekali tidak merasa direpotkan," ucap Bian yang membuat Namira menganggukkan kepala.
Akhirnya mereka berdua yang jalan-jalan seharian dengan obrolan yang begitu banyak sampai akhirnya mereka kembali ke parkiran.
"Namira kamu masuk mobil terlebih dahulu, tadi Mama menelpon ingin dibelikan makanan, jadi mau membeli ke sana sebentar," ucap Bian yang membuat Namira menganggukkan kepala.
"Kamu tunggu ya," ucap Bian yang langsung pergi dari hadapan Namira.
Namira menghela nafas dengan melangkahkan kakinya.
"Namira!" mendengar suara itu tiba-tiba membuat langkahnya terhenti dengan jantungnya berdebar kencang sangat mengenali suara tersebut.
Namira membalikkan tubuhnya dan ternyata benar sesuai dugaannya jika itu adalah suara Ferdi.
"Mas Ferdi," ucap Namira yang cukup kaget melihat pria itu yang terakhir kali dia lihat satu hari menjelang pernikahannya.
Ferdi melangkah menghampiri Namira yang membuat Namira langsung mundur.
"Jangan mendekat, kita berdua sudah tidak ada hubungan apa-apa dan Namira juga sudah menikah," ucap Namira.
"Aku tahu itu, aku juga sangat kecewa dengan pilihan kamu yang langsung mengambil tindakan untuk menikah dan sementara kamu belum tahu kebenaran yang sesungguhnya," ucap Ferdi.
"Bagaimana mungkin Mas membicarakan masalah kekecewaan dan sementara tidak memikirkan bagaimana rasa kekecewaan yang Namira hadapi," ucapnya.
"Aku minta maaf dah Namira. Tapi ini tidak adil untukku dan aku tahu kamu menikah dengan laki-laki itu hanya untuk menjaga nama baik pesantren. Namira aku mohon kepadamu beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah," ucap Ferdi.
"Semua itu sudah tidak berarti lagi. Namira sudah memiliki suami dan Mas juga harus bertanggung jawab kepada wanita yang sudah Mas rusak," ucap Namira.
"Tetapi ini sangat tidak adil untukku. Aku mohon tolong beri aku kesempatan! Aku akan membuktikan kepada kamu bahwa aku tidak bersalah sama sekali," ucap Ferdi dengan wajah dan suara permohonan yang meminta belas kasihan dari Namira.
Namira hanya terdiam. Dia sangat tidak menyangka jika akan bertemu dengan mantan calon suaminya itu.
"Namira!" tegur Bian yang ternyata sudah kembali dengan membawa pesanan Farah.
"Kak," sahut Namira tersenyum melihat ke arah Bian dan ternyata Ferdi sudah tidak ada di sana.
"Kamu ternyata belum masuk mobil?" tanya Bian.
"Namira menunggu Kakak," jawabnya.
"Begitu. Ya sudah kalau begitu sebaiknya kita langsung saja pulang," ucap Bian yang membuat Namira menganggukkan kepala dengan Bian yang membuka pintu mobil tersebut yang mempersilahkan istrinya untuk masuk terlebih dahulu dan sementara Namira masih melihat di sekitarnya untuk memastikan keberadaan Ferdi.
Bersambung.....