Bayi Taruhan Sang Mafia Playboy

Di dalam kamarnya, Sofia menatap kosong ke luar jendela. Pikirannya melayang kembali ke masa lalu di mana dirinya pernah begitu jatuh pada pesona seorang Alessandro. Jika ditanya, apakah Alessandro masih memiliki ruang di hatinya? Jawabannya tentu masih ada. Bahkan seluruh hatinya hanya ada nama Alessandro. Sofia belum bisa move on.

Tapi entah mengapa pernyataan jika Alessandro akan menikahinya, sama sekali tidak membuat dia merasa bahagia. Ada satu hal yang membuat Sofia ragu akan ketulusan hati Alessandro. Memaksakan diri menghamili dirinya disaat masih berstatus kekasih Bella. Dengan alasan yang sama sekali tidak bisa Sofia terima. Milik Alessandro hanya ereksi jika bersamanya.

"Imposible... Tidak ada hal semacam itu, memang dasarnya saja dia tidak ingin melepasku begitu saja. Sengaja mengikat aku dengan kehamilan yang mungkin ada tujuan lain dibaliknya keputusannya itu." Gumam Sofia.

"Tapi dia sudah berjuang membuktikan jika aku tidak bersalah, justru menjatuhkan Bella dengan semua bukti kejahatan wanita itu." Gumamnya lagi.

"Aku tidak menyangka, jika 5 tahun yang lalu menjadi korban keegoisan Bella. Dan bodohnya aku ikut terprovokasi hingga meninggalkan luka yang sulit untuk disembuhkan. Apalagi sejak putus denganku, Alessandro menjadi seorang playboy. Mengingat jika tubuh laki-laki itu sudah disentuh banyak wanita membuat aku selalu mual dan merasa sangat jijik."

Tok tok tok

"Sofia... Bolehkah aku masuk." Ucap seseorang memanggil.

"Huff... Siapa lagi yang datang larut malam begini." Meskipun menggerutu, Sofia tetap membukakan pintu rumahnya.

"Sofia, aku kembali datang. Kita perlu bicara dari hati ke hati." Ucap Alessandro menatap sendu.

"Tidak bisakah menunggu esok hari, sekarang aku mau tidur." Jawabnya.

"Please... Sofia, aku merindukanmu. Aku ingin mengakhiri kesalahpahaman diantara kita. Aku ingin... Kita kembali seperti dulu. Aku... Aku masih mencintaimu."

"Simpan rasa cinta itu untuk dirimu sendiri, karena aku sama sekali tidak butuh. Kamu sudah pernah menghancurkan hatiku, kemudian kamu rusak masa depanku dengan cara licik menghamiliku saat aku mabuk."

"Sekarang kamu ingin apa lagi dariku Alessandro?" Ucap dingin Sofia.

"Aku ingin kamu menjadi istriku, aku akan menikahi kamu. Bayi kita butuh orang tua lengkap..."

"Tidak, bayi ini hanya milikku. Kamu tidak berhak menjadikannya alasan untuk semakin menjerat hidupku." Suara lantang Sofia memotong perkataan Alessandro.

"Apakah kamu masih membenciku, Sofia?"

"Aku harus apa supaya hati kamu yang beku itu sedikit saja mencair. Apa aku harus mati lebih dulu." Ucap Alessandro.

"Kau tau Alessandro, aku jijik setiap mengingat jika tubuhmu sudah digerayangi dan dinikmati banyak wanita. Mulut manismu sekarang lebih banyak membual dan menggombal. Itu membuatku muak, ingin sekali aku memuntahimu."

Tanpa berkata apa lagi, Alessandro menodongkan pistol di keningnya sendiri. Dia mungkin seorang mafia, dia juga seorang pria playboy. Tapi jika dihadapkan dengan Sofia, Alessandro bagaikan seorang laki-laki lemah.

"Aku akan buktikan jika aku mencintaimu Sofia, dan penyesalan terbesarku adalah menyakiti hatimu. Akan aku bawa mati, rasa sesal itu."

Tak,

Suara pelatuk ditarik sedikit demi sedikit hingga....

Brak

DOR

Pyar...

"Kamu gila Alessandro..." Teriak Sofia dengan linangan air mata.

Saat melihat jika tidak ada kebohongan dari Alessandro demi meluluhkan hatinya. Seketika Sofia menatap tajam jari telunjuk Alessandro yang siap menarik pelatuk, dengan sekali gerakan Sofia menendang keras tangan Alessandro.

Jantung Sofia berdetak sangat kencang, jika sedetik saja dia terlambat mungkin bukan kaca yang pecah, melainkan kepala dari mantan kekasihnya.

"Kenapa kamu hentikan Sofia, bukankah kamu tidak ingin melihatku lagi." Ucap Alessandro dengan tatapan kosong.

Bruk... Sofia berhambur memeluk erat tubuh tegap pria masa lalunya.

"Jangan bertindak bodoh." Ucap Sofia.

"Aku memang tidak ingin melihatmu lagi, tapi bukan berarti aku ingin kamu mati. Karena kamu masih punya banyak hutang padaku, kamu harus membayar mahal kesedihanku 5 tahun dengan hidupmu." Lanjutnya.

"Aku masih ingin memberikan hukuman untukmu, karena mati terlalu ringan untuk pria pengkhianat seperti dirimu. Jadi, tetaplah hidup hanya untukku."

"Terima kasih Sofia, terima kasih telah memberikan aku kesempatan kedua. Aku berjanji tidak akan membuat luka di hatimu. Aku berjanji..."

"Tidak perlu banyak bicara, apalagi banyak janji. Meskipun aku membiarkan kamu tetap hidup, tapi statusmu tidak lebih dari partner ranjang untukku. Aku tidak ingin menjalin sebuah hubungan yang melibatkan hati."

"Cukup sekali aku jatuh cinta dan ternyata aku salah karena telah memberikan seluruh hatiku pada seorang pria yang tidak setia. Jadi, anggap saja kita friends with benefits. Jangan berharap lebih."

Meskipun dengan berat hati, Alessandro tetap menyetujui permintaan Sofia. Untuk sementara, pria tampan itu akan mengalah. Dia memahami perasaan Sofia.

Tidak mudah bagi Sofia menjalani hidup selama lima tahun dengan menanggung rasa sakit akibat perbuatannya. Benar kata Sofia, bahkan kematian terlalu mudah untuk Alessandro menebus semua kesalahan di masa lalu.

"Kalau begitu, bolehkah aku menikmati malam seperti kemarin?" Tanya Alessandro.

"Tentu saja, kita akan ber cinta hingga pagi." Jawab Sofia.

Dengan cinta yang sama-sama terpendam, Alessandro dan Sofia memulai ritual per cintaan panas dengan saling berbalas ciuman penuh gairah.

"Ouhhh... Al..." Suara desahan manja terdengar indah di telinga Alessandro.

Alessandro semakin semangat, dia memberikan banyak jejak kepemilikan di semua bagian tubuh Sofia tanpa terkecuali.

Jleebbb...

"Ahhh....Sofiaahhh..." Teriak Alessandro.

"Kenapaahhh... kamuuhhh... masiihhh... sangatthhh... sempitthhh... Ouuhhh..." Alessandro memacu tubuhnya dengan ritme yang semakin lama semakin cepat, membuat tubuh Sofia yang berada di bawahnya melengkung meliuk-liuk tidak karuan. Bahkan teriakan keduanya terdengar saling bersautan. Mereka seolah sedang berlomba mencari kepuasan.

"Ahhh... Al... Akuuhhh... Mauuhhh... Sampaiihhh..."

"Bersama-samaahhh... Sofiaahhh..." Ucap Alessandro.

Benar terjadi, malam berbagi peluh itu berlanjut hingga pagi. Keduanya sama-sama memiliki gairah yang tinggi. Saling menggebu, menyalurkan cinta yang tidak mampu terucap melalui kata. Berlindung di balik luka, Sofia berhasil menjerat kembali hati Alessandro. Hanya teman ranjang, sejatinya Sofia tidak ingin kehilangan pria yang telah membawa seluruh hatinya.

Hari-hari pun berlalu, kini hubungan Alessandro sudah semakin dekat. Tidak hanya di atas ranjang, tapi Alessandro sudah dengan terang-terangan memperkenalkan Sofia sebagai ibu dari calon penerusnya ke depan publik. Alessandro tidak berani mengakui Sofia sebagai seorang kekasih apalagi calon istri, karena itu syarat yang diminta langsung oleh Sofia.

Terdengar aneh, tapi itulah kenyataannya. Jika wanita lain sibuk menuntut pertanggung jawaban ketika dihamili. Berbeda dengan Sofia, dia tetap teguh pada pendiriannya. Tidak ingin menjalin hubungan yang melibatkan hati apalagi terikat pernikahan tanpa ada kejelasan.

Ya, sampai saat ini Sofia masih mencari jawaban mengapa harus dia yang dihamili oleh Alessandro.

Malam ini, Sofia menemani Alessandro menghadiri undangan perayaan ulang tahun pemilik perusahaan rekan bisnis Alessandro.

Dengan memakai gaun terbuka berwarna putih membuat tubuh Sofia nampak begitu menggoda. Wanita itu sengaja ingin menunjukkan kemolekan tubuhnya supaya Alessandro terbakar api cemburu. Bagian dari hukuman yang harus Alessandro jalani jika masih ingin bersamanya.

"Selamat datang Tuan muda Alessandro, siapa wanita cantik ini?" Tanya tuan Carlos Imanuel pemilik acara.

"Sofia, teman Alessandro." Sebelum pria di sampingnya menjawab, Sofia lebih dulu bersuara lantang dan tegas.

"Hai... Alessandro apa kabar? kenapa tidak pernah memintaku datang lagi untuk memuaskanmu. Aku kangen suara eranganmu." Ucap manja seorang wanita.